Tolong! Suami Meninggal, Janah dan 2 Anaknya di Purworejo Terkulai Sakit

Tolong! Suami Meninggal, Janah dan 2 Anaknya di Purworejo Terkulai Sakit

Rinto Heksantoro - detikJateng
Senin, 17 Okt 2022 13:33 WIB
Keluarga Janah di Purworejo menderita sakit. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi bawah. Foto diambil Senin (17/10/2022).
Keluarga Janah di Purworejo menderita sakit. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi bawah. Foto diambil Senin (17/10/2022). Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng
Purworejo -

Satu keluarga di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ini hidup dalam kondisi ekonomi bawah. Tiga anggota keluarga juga menderita sakit dan sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan.

Keluarga tersebut tinggal di RT 03/RW 05, Desa Pucang Agung, Kecamatan Bayan, Purworejo. Sang ibu, Janah (80), hanya bisa terbaring di atas tempat tidur kayu tanpa kasur di samping ruang tamu. Ia menderita stroke sejak dua tahun lalu.

Ketika detikJateng berkunjung ke rumahnya, Senin (17/10/2022), ibu empat orang anak ini masih meringkuk dengan ditemani para tetangga. Tubuh Janah terlihat kurus. Suaminya, Gering, yang dulu menemaninya kini telah tiada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan nada merintih menangis terbata-bata, sesekali ia meminta dipijit dan dielus-elus siapa saja yang ada di dekatnya dengan harapan bisa sedikit mengurangi rasa sakit yang terus menggerogotinya. Salah satu anaknya, Raswan (40), dengan setia merawatnya setiap hari.

"Ibu sakit stroke, sudah berobat tapi belum sembuh juga," kata Raswan saat ditemui detikJateng, Senin (17/10/2022).

ADVERTISEMENT

Raswan pun kemudian berkisah tentang keluarganya yang hidup miris dalam kekurangan dan penderitaan. Tak hanya ibunya yang sakit, kakak serta adiknya juga sakit sejak lama. Mereka tinggal di rumah sederhana berukuran 7x12 meter dengan lantai tanah. Ruang utama terbuat dari tembok batu bata tanpa ditutup semen, sedangkan dinding di ruang lainnya hanya terbuat dari anyaman bambu.

"Semuanya anak ada empat, yang satu di Sumatra, yang tinggal bareng ibu ada tiga termasuk saya. Terus selain ibu yang sakit, kakak dan adik juga sakit," tuturnya.

Sang kakak, Siti Maesaroh (45), diketahui mengalami kelumpuhan sejak kecil sehingga tidak bisa tumbuh normal seperti anak pada umumnya. Selain itu, ia juga menderita tunawicara. Siti Maesaroh pun juga tak bisa ke mana-mana dan hanya terkulai di atas tempat tidur tanpa alas yang berada di kamar samping. Kamarnya lebih layak disebut gudang lantaran beberapa barang berserakan menemani tidurnya setiap hari.

Keluarga Janah di Purworejo menderita sakit. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi bawah. Foto diambil Senin (17/10/2022).Keluarga Janah di Purworejo menderita sakit. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi bawah. Foto diambil Senin (17/10/2022). Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng

Sementara itu, Miswanto (37) adik Raswan, mengalami gangguan kejiwaan. Ia selalu menyendiri di ruang paling belakang rumahnya. Ketika detikJateng mencoba mengajak komunikasi, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Wajahnya terus tertunduk dengan tatapan kosong.

"Kalau kakak saya Siti sakit sejak kecil lumpuh dan nggak bisa ngomong mau diobati nggak tahu obatnya apa. Terus yang adik saya yang di belakang itu dia depresi ya gangguan kejiwaan gitu sejak tahun 2015, sudah diobati ke Magelang tapi belum sembuh juga," lanjutnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Setiap hari, Raswan yang hanya lulusan SD ini hanya bisa bekerja sebagai buruh serabutan demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Ia juga harus mengurus ketiga anggota keluarganya yang sakit, mulai dari memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, hingga memandikan mereka.

Meski hidup terbalut beban derita dan kepiluan, Raswan tetap bersabar dan tak pernah meminta-minta pada siapa pun. Bantuan sembako dari pemerintah bisa sedikit meringankan beban untuk menyambung hidup karena kebutuhan lain juga tentu sangat diharapkan. Jika ada tetangga yang memberikan bantuan apa pun ia terima dengan rasa syukur.

"Saya kesehariannya buruh serabutan. Kalau dibilang repot ya repot, tapi ya tetap dipaksa bagaimana caranya biar bisa ngopeni semua. Kalau saya nggak mau kalau disuruh minta ini minta itu, ya tahu sendirilah kalau saya repot. Tapi kalau saya suruh minta-minta ya gimanalah, yang penting ada yang bantu meringankan," tuturnya.

Bahkan, karena repotnya, ia rela untuk tidak menikah demi mengurus keluarganya. Selain repot, ia juga sadar akan kondisi ekonomi keluarga yang mungkin membuat calon istri tidak bisa menerima.

"Sampai sekarang belum nikah. Ya gimana, kondisi saya aja begini jadi tidak sempat mikir perempuan dan nikah," imbuhnya.

Ditemui di rumah keluarga Raswan, Kaur Perencanaan Desa Pucang Agung, Poniran (43), mengatakan keluarga tersebut sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Para tetangga pun juga sering memberikan bantuan berupa makanan.

"Keluarga ini sudah tercatat dalam Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) jadi tiap bulannya ambil di kantor pos," kata Poniran.



Hide Ads