Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Winong, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali hampir penuh. Daya tampung TPA Winong seluas 5 hektare itu disebut akan penuh 300 hari atau sekitar 10 bulan lagi.
"(TPA Winong) Itu kalau dihitung-hitung blok aktif tinggal 300 hari (akan penuh)," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, Jumat (22/7/2022).
Dijelaskan Wiwis, TPA Winong akan penuh dalam 300 hari ke depan dengan prediksi sampah yang masuk 60 ton per hari. Selain itu sampah yang masuk tanpa dipilah langsung dimasukkan ke lubang penimbunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, kondisi sampah di Boyolali sekarang ini sudah kritis dan perlu pengelolaan yang tepat secara bersama-sama termasuk masyarakat. Yaitu pemilahan sampah dengan pola 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
Wiwis menyatakan pihaknya telah membentuk tim pemilahan sampah dengan melibatkan para pemulung. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang atau memiliki nilai jual, diberikan kepada pemulung.
Tim pemulung pemilah sampah itu tak hanya di TPA Winong. Tetapi juga di TPS-TPS, khususnya di wilayah Boyolali Kota.
"Di dalam kota ada 72 tempat, baik yang TPS bangunan dan kontainer. Nah itu tim pemulung di TPS yang melakukan (pemilahan). Di TPA kami juga punya pemulung TPA, ada 26 orang," terang Wiwis.
Dengan pemilihan 3 R sampah yang masuk ke penimbunan tinggal residunya saja. Selain itu, dalam event-event tertentu di Boyolali, DLH juga membuat bank sampah. DLH mengerahkan tim pemulung TPS untuk mengumpulkan sampah di acara tersebut sekaligus memilahnya.
Edukasi kepada masyarakat, lanjut dia, juga perlu dilakukan untuk memberikan kesadaran perlunya pemilahan sampah dimulai dari rumah tangga. Sehingga diharapkan TPA tidak akan cepat penuh.
"Sampah itu emergency, kritis. Ini usaha untuk mengurangi sampah di TPA (Winong)," ujarnya.
"Sekarang kita harus menyadarkan pilah sampah di tempat. Kalau bisa jangan sampai sampah ke TPA. Di event-event tertentu di Boyolali juga mengerahkan pemulung TPS untuk memilah langsung di lokasi. Usaha pengurangannya di situ. Tapi kalau tidak terkendali, tidak terkontrol, tidak terkonsep, sudah semua dimasukkan TPA. Penuh," pungkas Wiwis.
(rih/ahr)