Mengenal Pemikiran Buya Syafii dari Tiga Titik Kisar Perjalanannya

Mengenal Pemikiran Buya Syafii dari Tiga Titik Kisar Perjalanannya

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 27 Mei 2022 14:22 WIB
Buya Syafii Maarif di rumahnya, Sleman, Kamis (15/8/2019).
Buya Syafii Maarif di rumahnya, Sleman, Kamis (15/8/2019). Foto: Usman Hadi/detikcom
Solo -

Sebagai cendekiawan, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii selalu menekankan pentingnya memahami segala persoalan dari dasar dari akarnya. Pemikiran itu tak lepas dari latar belakang pendidikan beliau yang penah menimba ilmu sejarah di Universitas Ohio di Athens, Amerika Serikat (1980).

Tak ayal jika semasa hidupnya Buya kerap berpesan kepada generasi muda bahwa memahami kondisi negeri ini setidaknya dimulai dari bagaimana negeri ini bisa terbentuk, seperti disampaikan Direktur Eksekutif MAARIF Institute Abd Rohim Ghazali dalam pengantar buku Merawat Pemikiran Buya Syafii, Keislaman, Keindonesiaan dan Kemanusiaan (MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2019).

Begitu pula untuk memahami pemikiran-pemikiran Buya, kita juga perlu mengenal perjalanan panjang beliau sedari awal. Berikut ini biografi ringkas Buya Syafii yang dirangkum detikJateng dari jurnal Ahmad Syafii Maarif: Kajian Sosial-Intelektual dan Model Gagasan Keislamannya karya Muhammad Qorib, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Intiqad, Vol 9, No 2, 2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahmad Syafii Maarif lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Buya adalah bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Ma'rifah dan Fathiyah. Ayahnya, Ma'rifah, merupakan tokoh terpandang di kampungnya.

"Dapat diduga, selain terpengaruh oleh pendidikan Barat yang memang egaliter, sikap Syafii Maarif yang egaliter bisa saja dibentuk oleh kultur Minang itu (Intiqad, 2017: 64)."

ADVERTISEMENT

Menurut Muhammad Qorib, ada tiga tahapan untuk melacak rekam jejak perkembangan intelektual Syafii Maarif. Meminjam istilah yang dipakai Syafii Maarif dalam bukunya Titik-Titik Kisar di Perjalananku, Autobiografi Ahamd Syafii Maarif (penerbit Ombak, 2006), Qorib menyebut tiga tahapan itu dengan titik-titik kisar.

Titik kisar pertama, saat Syafii mengenyam pendidikan di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah di Balai Tangah, Lintau, setelah menganggur selama tiga tahun dari Sekolah Rakyat (1947). Latar pendidikan Muhammadiyah ini membentuknya menjadi pribadi yang pemberani secara intelektual.

Titik kisar kedua, Syafii Maarif meneruskan belajar ke Madrasah Mu'allimin Yogyakarta dan selesai tahun 1956. Di Jogja, wawasan Syafii semakin luas. Setelah lulus dari FKIS IKIP (sekarang UNY) pada 1968, Buya Syafii Maarif kemudian meneruskan studi ke Amerika Serikat, salah satunya belajar sejarah di Universitas Ohio di Athens.

Titik kisar ketiga, Syafii mengikuti program doktor di Universitas Chicago, AS, selesai tahun 1983. Di universitas tersebut, Syafii mengalami titik balik intelektual secara signifikan. Di bawah bimbingan Fazlur Rahman (1919-1988), Syafii Maarif memiliki pandangan yang realistis dan rasional tentang Islam ini.

"Setelah melalui titik kisar ketiga, Syafii memantapkan diri sebagai seorang pemikir Muslim yang intens mengkaji relasi antara Islam, Indonesia, dan nilai-nilai kemanusiaan (Intiqad, 2017: 67).

Selain Fazlur Rahman, Qorib menjelaskan, Mohammad Hatta turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan intelektual Syafii Maarif. Sejumlah tulisan Syafii Maarif memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap pemikiran dan aktivisme Wakil Presiden Indonesia pertama itu.

Dari Hatta, Syafii Maarif mendapatkan spirit di mana nilai-nilai moral mesti ditegakkan meski harus berhadapan dengan kekuasaan. Dari Bung Hatta pula, Syafii Maarif belajar memahami Islam secara substansial.




(dil/mbr)


Hide Ads