Khidmatnya Ritual Mendak Tirta Jelang Nyepi di Umbul Siti Inggil Boyolali

Khidmatnya Ritual Mendak Tirta Jelang Nyepi di Umbul Siti Inggil Boyolali

Ragil Ajiyanto - detikJateng
Sabtu, 26 Feb 2022 16:40 WIB
Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil.
Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil, Sabtu (26/2/2022). .(Foto: Ragil Ajiyanto/detikJateng)
Boyolali -

Umat Hindu di Boyolali menggelar ritual mendak tirta jelang perayaan Hari Raya Nyepi. Mendak tirta berlangsung sederhana namun tetap khidmat.

Mendak tirta berlangsung di Umbul Siti Inggil, Desa Benda, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Karena masih pandemi COVID-19, ritual ini pun dilaksanakan secara terbatas dan sederhana serta dengan menaati protokol kesehatan (prokes).

"Memang kita tidak buat sedemikian besar, tetapi sangat-sangat sederhana dan umat pun kita batasi. Kalau dulu pakai prosesi arak-arakan dan sebagainya, tapi kita menyesuaikan dengan prokes yang ada. Sebab segala sesuatunya kalau kita patuhi apa yang menjadi program pemerintah tentang prokes ini ya keselamatan jiwa sangat diutamakan," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Boyolali, Pinandita Sutarto, ditemui usai acara mendak tirta di Umbul Siti Hinggil, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Sabtu (26/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikemukakan Sutarto, mendak tirta ini sudah menjadi tradisi dan adat umat Hindu di Boyolali. Mendak tirta dilaksanakan menjelang Hari Raya Nyepi untuk mengambil air suci yang diyakini sebagai saran pembersihan lahir dan batin.

"Mendak tirta tiada lain bertujuan untuk mengambil air suci, dimana air suci ini diyakini oleh umat Hindu, sebagai sarana untuk pembersihan lahir dan batin. Sebab melalui air atau tirta inilah, dunia itu tersucikan. Termasuk mikrokosmos, dunia kecil dalam diri kita juga bisa disucikan dengan mengambil air suci itu," jelas Sutarto.

ADVERTISEMENT
Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil.Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil. Foto: Ragil Ajiyanto/detikJateng

"Apa sebabnya air? Karena air ini adalah kehidupan, air adalah amerta. A itu tidak, merta itu mati. Tidak mati. Artinya apa? Air itu adalah abadi. Sehingga siapapun yang terkena air suci yang kita sakralkan itu paling tidak ya keselamatan, kebahagiaan, kedamaian, kesehatan. Mudah-mudahan dengan mengambil air ini ada hikmah seperti itu, lebih-lebih masih dalam masa pandemi (COVID-19) seperti ini," imbuh dia.

Air suci yang diambil dalam tradisi mendak tirta di Umbul Siti Inggil ini selanjutnya akan digunakan untuk upacara pecaruan atau tawur agung di satu hari sebelum hari raya Nyepi. Upacara pecaruan akan dilaksanakan di masing-masing pura di Boyolali karena saat ini kegiatan masih dibatasi dampak pandemi COVID-19.

"Air ini nanti akan digunakan di dalam menyelesaikan upacara Pecaruan, kalau di Prambanan tawur agung itu. Karena kita masih dibatasi dengan Prokes dan sebagainya, maka (Pecaruan) dilaksanakan di pura masing-masing dengan pencucian tirta yang kita ambil dari tempat ini. Jadi (air) disimpan di pura dulu," paparnya.

Air ini dimaksudkan untuk menyucikan diri dari berbagai hawa nafsu, sehingga saat masuk dalam dunia penyepian atau brata penyepian sudah lepas dari emosional, kedengkian, keserakahan dan sebagainya. Sehingga umat Hindu di dalam perenungan saat Nyepi itu, kondisi lahir batin sudah disucikan.

Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil.Umat Hindu di Banyudono, Boyolali menggelar ritual mendak tirta di Umbul Siti Inggil. Foto: Ragil Ajiyanto/detikJateng

Pinandita Sutoyo menambahkan, tirta amerta di samping menjadi sumber kehidupan umat seluruh dunia, terlebih dahulu yang paling utama dalam Melasti untuk membersihkan yang ada di dalam diri kita sendiri. Yaitu yang bersifat arogan, cemburu, emosi, dan sad ripu (hawa nafsu) yang ada di dalam ini.

"Dengan tirta amerta bisa hilang dengan sendirinya dan kita bisa bersatu, berkumpul, bergotong-royong demi melaksanakan cita-cita daripada dunia ini, hayu-hayuning bawono," tambah Sutoyo.




(aku/sip)


Hide Ads