Umat Hindu dari berbagai daerah di Kabupaten Boyolali melaksanakan upacara melasti dan mendak tirta jelang Hari Raya Nyepi tahun Saka 1947. Pelaksanaan tahun ini dilakukan lebih sederhana tanpa ada arak-arakan atau sebagai bentuk toleransi karena saat ini bulan Ramadhan.
Upacara melasti dan mendak tirta digelar umat Hindu di Umbul Siti Inggil, di Dukuh Karangduwet, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono. Yakni pengambilan air suci di umbul atau sumber air tersebut.
"Hari ini kami melaksanakan upacara melasti mendak tirta. Setelah mengadakan persembahyangan bersama, terus kita mengambil air suci yang ada di sendang (umbul) Siti Inggil ini," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Kecamatan Banyudono, Heru Kuncoro, usai upacara melasti/mendak tirta di Umbul Siti Inggil, Dukuh Karangduwet, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Selasa (25/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dijelaskan Heru, makna dari melasti yakni membersihkan pratima-pratima atau benda-benda yang dianggap keramat yang ada di pura masing-masing. Melasti dilanjutkan dengan mendak tirta, yaitu pengambilan tirta atau air yang fungsinya untuk melaksanakan persembahyangan yang di ada di pura masing-masing di wilayah kecamatan Banyudono, antara lain mecaru hingga pawai ogoh-ogoh.
Mendak tirta dilakukan di Sendang Siti Inggil, menurut Heru, karena berdasarkan kepercayaan dari Umat Hindu di Banyudono, dari para sesepuh dulu. Sumber air Siti Inggil merupakan mata air yang dianggap paling sesuai dan paling cocok serta lokasinya yang paling atas di antara yang lain.
"Di atasnya ini sudah jauh sekali, mata air sudah nggak ada, sumur pun dalam sekali," jelasnya.
![]() |
Lebih lanjut Heru menyampaikan, pelaksanaan melasti/mendak tirta tahun ini memang disepakati digelar lebih sederhana, tanpa kirab atau arak-rakan. Namun umat Hindu langsung datang ke lokasi acara.
"Mengapa tidak ada kirab, kami sebagai umat Hindu yang ada di wilayah kecamatan juga punya satu toleransi agama. Karena pada saat ini bulan puasa, sehingga nanti mau tidak mau dengan adanya arak-arakan itu nanti umat yang lain kan sama ikut dan sebagainya. Lha ini nanti takutnya mengganggu kekhusyukan dia dalam menjalankan ibadah puasa. Akhirnya disepakati tahun ini nggak usah pakai arak-arakan tapi langsung ke lokasi," kata Heru.
Begitu juga untuk pelaksanaan pawai ogoh-ogoh. Heru mengatakan pawai Ogoh-ogoh yang biasanya dilaksanakan pada sore hari setelah upacara mecaru, nantinya akan dilaksanakan pada malam hari setelah umat muslim melaksanakan salat tarawih.
![]() |
Pelaksanaan Hari Raya Nyepi ini, dengan berbagai prosesi mulai dari upacara melasti, mecaru, tawur agung, pengerupukan, brata penyepian, dan diakhiri dengan ngembak geni. Heru berharap umat Hindu di mana pun berada selalu diberikan keselamatan. Karena Nyepi merupakan upacara di samping menghilangkan sukerta atau energi negatif baik di dunia juga pada diri manusia itu sendiri.
"Diharapkan dengan pelaksanaan Nyepi nanti, mudah-mudahan umat Hindu yang ada di dunia ini, khususnya di masyarakat Banyudono dan sekitarnya, diberikan keselamatan. Karena Nyepi sendiri adalah satu bentuk upacara yang intinya adalah disamping menghilangkan sukerta atau energi negatif baik yang ada di alam atau di dunia ini yang disebut makro kosmos, maupun yang ada di dalam diri manusia yaitu mikro kosmos," tandasnya.
(rih/ams)