Sardono W Kusumo: Jawa Tengah Butuh Sinergi dan Public Trust

Menuju detikJateng

Sardono W Kusumo: Jawa Tengah Butuh Sinergi dan Public Trust

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Minggu, 30 Jan 2022 17:53 WIB
Sardono W Kusumo, Koreografer/Budayawan
Sardono W Kusumo. (Foto: Muchus Budi R/detikJateng)
Solo -

Jawa Tengah (Jateng) diyakini memiliki potensi besar dalam pengembangan wilayah melalui kebudayaan. Sebagai sentralnya budaya Jawa, Jateng dinilai membutuhkan kolaborasi antardaerah dan sebuah kepercayaan publik.

Hal tersebut disampaikan oleh budayawan Sardono W Kusumo. Pendiri MasDon Art Center di Solo itu menyebut kekhasan budaya masing-masing daerah di Jateng memiliki nilai yang tinggi, asalkan dikelola dalam sebuah platform yang baik.

"Platform ini bisa disebut sebagai platform rekonsiliasi, karena kalau politik hanya sibuk mencari followers pasti akan terpecah belah. Maka justru lewat budaya itulah kita bisa bersinergi untuk bersama-sama mengembangkan Jateng," kata Sardono kepada detikJateng, Minggu (30/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, budaya tidak mengenal hierarki, sehingga Jateng pun tidak dapat dibagi secara vertikal. Dengan demikian, setiap daerah adalah pusat bagi kebudayaannya masing-masing.

"Kebumen dengan burung waletnya itu juga pusat, wilayah Blora itu juga pusatnya orang Samin, Ambarawa juga pusat. Jadi semuanya itu pusat. Tidak perlu lagi bersaing membuat hal yang sama, (misalnya) semua mengadakan arak-arakan seperti Jember. Di sini peran gubernur untuk mengorkestrasi itu semua," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Guru besar tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu menyebut kebijakan budaya yang tepat pernah dibuat oleh Pemprov Jateng. Pemerintah dinilai tepat ketika meletakkan Taman Budaya Jawa Tengah di Solo, meskipun bukan ibu kota provinsi.

"Dulu sudah ada sistemnya, seperti menempatkan taman budaya di Solo. Jadi pusat itu bukan hierarki. Ternyata justru berfungsi baik di Solo," katanya.

Dengan melihat budaya sebagai ekosistem, Sardono yakin para pemangku kepentingan bisa saling berkolaborasi. Dampaknya, berbagai aspek pun bisa tumbuh dengan baik.

"Maka kalau bicara budaya itu adalah ekosistem. Kalau kita saling mengisi, maka platform Jawa Tengah itu bisa memangku banyak kepentingan, ekonomi, sosial, dan sebagainya," ujar Sardono.

Namun tak cukup dengan kolaborasi. Kepercayaan publik atau public trust juga harus bisa dirawat sehingga masyarakat bersedia turut serta dalam proses sinergi.

"Di situ itu dibutuhkan public trust sehingga peran media juga penting karena bisa menjadi katalisator yang menjembatani konektivitas melalui platformnya," kata Mas Don, sapaannya.

Menurutnya, media bisa menjadi katalisator karena selalu mewadahi semua unsur. Selain itu, media juga selalu bekerja berdasarkan fakta.

"Wartawan itu tugasnya riset dan investigasi. Bukan penyelidikan seperti detektif, tetapi penyelidikan dasar-dasar yang membangun sebuah platform rekonsiliasi publik," kata dia.

"Jadi wartawan itu sebenarnya bukan pewarta. Selain katalisator sosial dia selalu merawat barang berharga yang kita tinggalkan karena percepatan modernisasi. Modernisasi selalu ada korbannya dan selalu ditinggalkan, tapi wartawan selalu merawat fakta-fakta itu," pungkasnya.




(aku/aku)


Hide Ads