Mengintip Kesibukan Tempat Produksi Kue Keranjang di Bandung

Mengintip Kesibukan Tempat Produksi Kue Keranjang di Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 20 Jan 2025 14:30 WIB
Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung.
Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Jelang perayaan Imlek 2025, suasana di sebuah bangunan di kawasan Jalan Pajagalan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, tampak lebih hidup dari biasanya. Sejak pagi hingga larut malam, deru aktivitas tak pernah surut.

Di tempat inilah, sebuah tradisi turun-temurun yakni membuat dodol cina atau kue keranjang, makanan manis yang tak pernah absen dari perayaan Imlek berlangsung.

Dari tahun 1960 lalu, tempat ini jadi usaha keluarga yang secara turun-temurun menjaga tradisi budaya Imlek. Meski zaman terus berubah, proses pembuatan kue keranjang di sini tetap dilakukan dengan cara sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak awal Januari, rumah produksi ini berubah menjadi 'dapur besar' yang tak pernah berhenti beroperasi. Pekerja di sana mulai menyiapkan bahan, mengaduk adonan, hingga membungkus kue keranjang.

Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung.Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Selain dijual di Bandung, kue keranjang dari Jalan Pajagalan ini juga dikirim ke berbagai kota di Jawa Barat dan luar daerah. Dalam sehari, rumah produksi ini mampu menghasilkan ribuan kue keranjang.

ADVERTISEMENT

"Sehari produksi kami 1.000-2.000 menjelang Imlek itu. Permintaan ramai memang menjelang Imlek. Kalau hari biasa kita di sini gak produksi, khusus jelang imlek saja," ucap Vincent Rusdianto, pemilik usaha, Senin (20/1/2025).

Tempat produksi kue keranjang di Jalan Pajagan ini sudah mulai ramai sejak awal Januari. Mereka terus membuat kue keranjang yang dipesan dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Terdapat tiga jenis kue keranjang yang dibuat di sini.

"Kita ada tiga varian, original, pandan, dan kulit jeruk, ukurannya ada 330 gram, 500 gram dan 1 kilogram," katanya.

Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung.Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Dalam membuat kue keranjang, Vincent tiap tahun selalu mendapat kendala yang tak jauh berbeda, yakni naiknya harga bahan baku. Hal itu membuat dia mau tak mau harus menaikkan juga harga jual kue keranjang. Selain itu, menurutnya minat masyarakat terhadap makanan tradisional ini semakin berkurang.

"Pertama, bahan kan tiap tahun naik ya, jadi kita pun mau nggak mau harus naikin harga juga. Kemudian anak mudanya makin lama makin nggak suka kue keranjang, peminatnya berkurang. Jadi pelanggan itu kalangan orang tua," jelasnya.

Berdayakan Warga

Tidak hanya mempertahankan tradisi, tempat ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar. Setiap menjelang Imlek, puluhan pekerja dari lingkungan sekitar dilibatkan dalam proses produksi.

"Kita juga rekrut karyawan, mereka biasa dipanggil jelang imlek itu sekitar 20 orang. Mereka langganan kerja di sini kalau jelang Imlek," terang Vincent.

Salah satu pekerja bernama Tini (47) menuturkan, sudah tujuh tahun dirinya ikut bekerja membuat kue keranjang. Tini yang sehari-hari adalah ibu rumah tangga menyebut, Imlek membawa berkah tersendiri bagi keluarganya.

"Lumayan buat tambah-tambah pemasukan, sehari-hari kerjanya ibu rumah tangga, tapi tiap tahun jelang Imlek dipanggil," ucap Tini.

Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung.Tempat pembuatan kue keranjang di Jalan Kota Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Tini biasanya ikut bekerja membuat kue keranjang selama 10-12 hari. Dalam seharinya, dia diberi upah Rp90 ribu. "Sudah 7 tahun bekerja di sini setiap Imlek. Seharinya saya dibayar Rp90 ribu, karena sudah 7 tahun," ujarnya.

Begitupun dengan Hani (40) yang diajak tetangganya untuk ikut bekerja di tempat produksi kue keranjang. Karena baru, Hani mengaku mendapat bayaran Rp60 ribu per hari.

"Kerja di sini lumayan buat tambah-tambah. Di sini dibayar Rp60 ribu sehari, karena kan baru. Kalau yang lain bisa lebih, tiap tahun naik begitu," terangnya.

Filosofi Kue Keranjang

Menurut Vincent, kue keranjang bukan sekadar makanan tradisional. Kue keranjang punya filosofi di dalamnya yang sangat dipegang teguh masyarakat Tionghoa.

"Kue keranjang itu sebenarnya makanan tradisional Tionghoa, biasanya kue keranjang itu lengket yang punya filosofi agar dekat dengan keluarga. Makanya dimakan bareng-bareng," jelas Vincent.

"Juga ada kebiasaan kue keranjang itu dipotong setengah, tahun ini dimakan setengah, tahun depan makan lagi setengah supaya kita bisa ketemu lagi tahun depan. Jadi kumpul lagi, begitu seterusnya kebiasaannya," tandasnya.

(bba/orb)


Hide Ads