- Sejarah Kue Keranjang Imlek
- Penamaan Kue Keranjang Imlek
- Mitologi Kue Keranjang Imlek 1. Pengganti Makanan Raksasa Nian 2. Sajian untuk Dewa Tungku
- Penyajian Kue Keranjang Imlek
- Makna Penyajian Kue Keranjang Imlek 1. Keluarga Diharap Terus Bersatu 2. Rezeki dan Kemakmuran 3. Keuletan, Kegigihan, dan Daya Juang 4. Suka Cita dan Kegembiraan 5. Bermakna Sabar 6. Menyimbolkan Kesetiaan
- Resep Kue Keranjang Imlek Bahan Cara Membuat
Kue keranjang menjadi salah satu menu yang ditunggu-tunggu dalam perayaan Tahun Baru China atau Imlek. Bagi sebagian orang, perayaan Imlek bahkan tidak lengkap jika tidak ada kue keranjang.
Di Indonesia sendiri, kue keranjang biasa disebut dengan dodol China. Selayaknya dodol, kue keranjang memiliki tekstur kenyal dan lengket dengan rasa manis.
Penyajian kue keranjang pada perayaan Tahun Baru Cina sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Kue keranjang juga tidak disajikan begitu saja, namun kehadirannya memiliki makna mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, bagi detikers yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kue keranjang Imlek, berikut detikSulsel menyajikan ulasannya.
Yuk, pelajari!
Sejarah Kue Keranjang Imlek
Kue keranjang dalam perayaan Imlek disebut-sebut sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu. Terdapat berbagai macam cerita legenda yang menjadi latar belakangnya.
Dikutip dari China Highlights, pada 484 SM seorang jenderal Kerajaan Wu bernama Wu Zixu (伍子胥) meninggal dunia. Kematiannya itu, membuat seorang jenderal dan politikus bernama Raja Goujian dari Yue menyerang Ibu Kota Wu.
Akibatnya, penduduknya terperangkap di dalam kota tanpa makanan sedikit pun. Karena itu, banyak orang yang mati kelaparan untuk bersembunyi dari serangan Raja Goujin.
Pada masa krisis kelaparan itu, salah seorang penduduk teringat kata-kata Wu Zixu. Kata-kata tersebut adalah "Jika negara dalam kesulitan dan orang-orang membutuhkan makanan, pergilah dan gali tiga kaki di bawah tembok kota dan dapatkan makanan".
Prajurit yang tersisa di Ibu Kota Wu lantas melakukan instruksi Wu Zixu. Mereka mencari tembok yang dimaksud dan menemukan fondasi yang dibangun dengan batu bata khusus.
Batu bata itu ternyata terbuat dari tepung ketan yang bisa dimakan oleh seluruh penduduk kota. Batu bata itulah yang saat ini disebut sebagai kue keranjang atau dalam bahasa Mandarin disebut nian gao.
Sejak saat itu, untuk memperingati sosok pemimpin bijaksana Wu Zixu, masyarakat membuat kue keranjang setiap tahunnya. Seiring berjalannya waktu, kue keranjang pun dikenal sebagai kue Tahun Baru Imlek.
Melansir laman Sastra Cina Universitas Brawijaya, tradisi memakan kue keranjang setiap Imlek dimulai pada masa Pemerintahan Dinasti Liao. Pada masa itu, orang-orang di Beijing punya kebiasaan memakan kue pada tahun baru termasuk salah satunya kue keranjang.
Kemudian pada masa Dinasti Ming, kue keranjang mulai menjadi kudapan untuk masyarakat umum. Sejak saat itu, masyarakat mulai memakan dan menyediakan kue keranjang meskipun bukan pada masa perayaan Tahun Baru China.
Penamaan Kue Keranjang Imlek
Seperti yang disebutkan sebelumnya, istilah Mandarin dari kue keranjang adalah "nian gao" (年 糕 ). Di dalam dialek Hokkian disebut dengan "ti kwe" (甜棵).
Kata "粘 (nián)" berarti "lengket" dan memiliki pelafalan yang sama dengan kata "年" yang berarti "tahun". Sementara, kata "糕 (gāo)" berarti "kue" serta memiliki pelafalan yang sama dengan kata "高" yang artinya "tinggi".
Akan tetapi, secara umum arti kue keranjang atau nian gao adalah kue lengket sesuai dengan teksturnya. Tekstur lengket dari kue keranjang sendiri didapatkan dari bahan utamanya yaitu ketan atau tepung beras, gula merah, dan minyak sayur.
Adapun secara harfiah, sebutan "nian gao" juga berarti "kue tahunan". Dinamai seperti itu karena kue keranjang umumnya hanya dibuat satu tahun sekali bertepatan dengan Hari Raya Imlek.
Di Indonesia sendiri, dinamai kue keranjang karena pembuatannya dilakukan dengan dicetak pada wadah berbentuk keranjang. Sebutan lainnya adalah kue bakul, dodol China, atau kue manis.
Penamaan dodol China diberikan karena bahan dasar, tekstur, dan warnanya yakni cokelat sama seperti dodol. Sedangkan, istilah kue manis diberikan karena cita rasanya yang manis.
Mitologi Kue Keranjang Imlek
Terdapat beberapa legenda atau cerita rakyat yang mengisahkan tentang kue keranjang Imlek. Berikut di antaranya:
1. Pengganti Makanan Raksasa Nian
Menurut mitologi China Kuni, dahulu hidup raksasa di sebuah gua di gunung bernama "nian". Dirinya keluar hanya ketika lapar untuk berburu manusia dan hewan ternak khususnya ketika musim dingin saat sebagian besar hewan sedang berhibernasi.
Begitu memasuki musim dingin, nian turun ke desa-desa untuk mencari korban santapannya yang membuat seluruh warga desa ketakutan. Kejadian ini terjadi selama puluhan tahun, sampai ada seorang warga desa bernama Gao yang memiliki akal untuk membuat beberapa kue sederhana dari tepung ketan dan gula.
Setelah dibuat, kue tersebut lalu disuguhkan kepada Nian dengan cara meletakkan di depan pintunya. Begitu Nian hendak keluar mencari mangsa, dia menemukan kue tersebut dan menyantapnya.
Cara tersebut ternyata berhasil karena sejak saat itu Nian sudah tidak pernah turun ke desa mencari mangsa. Untuk itu, penduduk secara rutin membuat kue keranjang setiap musim dingin untuk mencegah Nian berburu.
Nama raksasa "Nian" dan salah seorang warga desa yakni "Gao" pun dipadukan menjadi "Nian Gao" untuk menamai kue.
2. Sajian untuk Dewa Tungku
Terdapat kisah lain yang melatarbelakangi penamaan kue keranjang pada Hari Raya Imlek. Dikisahkan mulanya kue keranjang adalah hidangan yang disajikan untuk menyenangkan Dewa Tungku atau Cau Kun Kong.
Tujuannya yaitu agar Dewa Tungku memberi kabar baik dan menyenangkan pada Raja Surga atau Giok Hong Siang Te.
Penyajian Kue Keranjang Imlek
Kue keranjang sudah sangat identik dengan perayaan Imlek. Penyajiannya senantiasa dilakukan bahkan disebut sebagai kue wajib saat perayaan ini.
Adapun penyajiannya pada Tahun Baru Imlek, yaitu biasa digunakan untuk ritual sembahyang kepada leluhur bagi warga etnis Tionghoa. Penyajian tersebut dilakukan pada 7 hari atau sepekan sebelum Tahun Baru Imlek.
Selain itu, kue keranjang umumnya akan disajikan dengan cara dibagi-bagikan kepada tamu dan orang-orang yang merayakan Imlek. Beberapa orang juga melakukan penyajian dengan menyediakan kue keranjang namun tidak dimakan sampai datang waktu Cap Go Meh, yakni malam ke-15 Tahun Baru Imlek.
Makna Penyajian Kue Keranjang Imlek
Penyajian kue keranjang pada Hari Raya Imlek memiliki makna dan filosofi tersendiri bagi etnis Tionghoa. Berikut maknanya:
1. Keluarga Diharap Terus Bersatu
Kue keranjang memiliki bentuk bulat. Makna bentuk kue tersebut adalah harapan keluarga yang merayakan Imlek akan dapat terus bersatu, rukun, dan berbulat tekad untuk menghadapi tahun yang baru.
Makna lainnya yaitu kehidupan keluarga akan selalu bersama tanpa batas waktu sehingga tercipta kerukunan dalam hidup dan siap menghadapi hari depan. Terutama, Tahun Baru Imlek adalah momen berkumpul bersama keluarga sehingga bermakna memberi spirit menjaga kerukunan hidup berkeluarga.
2. Rezeki dan Kemakmuran
Kue keranjang kerap kali dibagi-bagikan pada perayaan Imlek untuk melambangkan rezeki dan kemakmuran. Harapannya, seseorang akan mendapatkan berkah dan kemakmuran sepanjang tahun yang akan datang.
Dengan dibagi-bagikannya kue keranjang juga sebagai lambang nilai-nilai positif berupa membahagiakan orang lain. Terkandung juga nilai ataupun sikap saling tolong-menolong.
3. Keuletan, Kegigihan, dan Daya Juang
Berikutnya, tekstur kenyal dan lembut dari kue keranjang dimaknai sebagai keuletan, kegigihan, dan daya juang yang tinggi. Dimaknai pula sebagai persaudaraan yang erat dan menyatu.
Bukan cuma itu, kue keranjang memiliki sifat yang bertahan lama sehingga menggambarkan hubungan kekeluargaan yang juga bertahan lama. Sederhananya, keluarga disimbolkan memiliki hubungan abadi meski zaman sudah berubah.
4. Suka Cita dan Kegembiraan
Suka cita dan kegembiraan digambarkan dari cita rasa manis dari kue keranjang. Dengan cita rasa manis itu pula, seseorang dapat menikmati keberkatan serta kesediaan untuk memberikan yang terbaik dalam hidup.
5. Bermakna Sabar
Pembuatan kue keranjang membutuhkan waktu sekitar 11-12 jam. Prosesnya yang lama itu bermakna seseorang harus bersikap sabar, gigih, ulet, teguh, dan memiliki daya juang demi hasil yang terbaik.
6. Menyimbolkan Kesetiaan
Terakhir, seperti yang diketahui kue keranjang bisa bertahan dalam waktu yang lama bahkan satu tahun. Daya tahannya itu melambangkan sebuah kesetiaan.
Resep Kue Keranjang Imlek
Kue keranjang bisa dibuat dengan mudah karena menggunakan sedikit bahan saja. Jika ingin membuatnya untuk perayaan Imlek, berikut resep kue keranjang sederhana:
Bahan
- 100 gram tepung beras ketan
- 50 gram tepung sagu
- 50 gram tepung beras
- 200 ml air
- 250 gram gula merah, sisir halus
- ½ sdt garam
- 1 lembar daun pandan
Cara Membuat
- Rebus gula merah bersama air, garam dan daun pandan hingga mendidih. Saring kemudian tunggu hingga dingin.
- Ayak tepung beras ketan, tepung sagu dan tepung terigu.
- Tuang tepung ke dalam air gula, aduk rata.
- Oles cetakan dengan sedikit minyak hingga rata. Tuang adonan kemudian kukus selama 1 jam sampai 2 jam sampai matang.
- Angkat kue keranjang, lepas dari cetakan dan dinginkan. Sajikan.
Baca juga: 20 Makanan Wajib Imlek dan Filosofinya |
Itulah ulasan lengkap mengenai kue keranjang pada Hari Raya Imlek. Semoga bermanfaat!
(edr/urw)