Bunuh diri masih menjadi fenomena yang terus terjadi hingga hari ini. Namun, tidak hanya zaman sekarang, fenomena bunuh diri juga sudah terjadi sejak zaman Hindia Belanda. Khusus di Cirebon, fenomena bunuh diri dikabarkan dalam banyak surat kabar yang terbit pada masa Hindia Belanda.
Kala itu, ada banyak motif dari penduduk Cirebon yang melakukan bunuh diri, dari mulai karena kalah bermain judi, lalu jatuh miskin, hingga karena masalah asmara. Bahkan, ada kasus bunuh diri yang dilakukan bersamaan dengan aksi pembunuhan. Namun, karena masih dianggap bukan masalah serius, dan isu kesehatan mental masih minim perhatian, beberapa kasus bunuh diri juga tidak diketahui motifnya, seperti yang dilakukan oleh seorang penduduk Eropa yang tinggal di Cirebon.
Warga Eropa Bunuh 3 Anak
Mengutip surat kabar Avondpost edisi 18 November 1930, seorang warga negara Eropa, bernama Uhlenbusch, melakukan tindakan bunuh diri di rumahnya. Sebelum melakukan bunuh diri, ia membunuh ketiga anaknya terlebih dahulu. Baru, setelah ketiga anaknya meninggal, ia langsung menembak dirinya sendiri. Masih belum diketahui apa motif yang melatarbelakangi bunuh diri dan pembunuhan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cirebon,17 November (Aneta). Seorang penduduk Eropa, Uhlenbusch, menembak putranya yang berusia tiga tahun dan dua putrinya yang berusia sepuluh tahun dan empat belas tahun, dengan pistol pagi ini, setelah itu dia bunuh diri. Alasannya tidak diketahui," tulis surat kabar De Avondpost edisi 18 November 1930.
Wanita Tionghoa Bunuh Diri Usai Harta Habis karena Judi
Selain keturunan Eropa, bunuh diri juga dilakukan oleh seorang perempuan Tionghoa, mengutip surat kabar de Locomotif edisi 3 Oktober 1901, menuliskan tentang seorang perempuan Tionghoa yang tinggal di daerah Pekalipan, Cirebon yang melakukan bunuh diri pada tanggal 28 September 1901. Perempuan tersebut nekat melakukan aksi bunuh diri, setelah kekayaannya habis karena kecanduan bermain judi.
"Seorang perempuan Tionghoa dari kampung Pekalipan (Cirebon ) kecanduan permainan judi. Setelah menghabiskan seluruh kekayaannya dan jatuh ke dalam kemiskinan, dia bunuh diri pada tanggal 28 September," tulis surat kabar de Locomotif edisi 3 Oktober 1901.
Suami Bunuh Mantan Istri
Selain di Pekalipan, kasus bunuh diri juga terjadi di Palimanan, Kabupaten Cirebon, kali ini yang melakukan bunuh diri adalah rakyat pribumi, seperti yang dipaparkan dalam surat kabar Nederlandsch-Indië edisi 10 Oktober 1928. Kala itu, seorang lelaki yang berasal dari kalangan rakyat jelata (inlander) melakukan bunuh diri, gara-gara merasa putus asa dan cemburu kepada mantan istrinya. Sebelum bunuh diri, lelaki tersebut membunuh mantan istrinya terlebih dahulu, setelah itu melakukan aksi bunuh diri.
![]() |
Sedangkan pada tahun 1914, dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 14 April 1914 menceritakan tentang seorang pemuda Ambon yang bunuh diri di Cirebon. Dia melakukan bunuh diri dengan cara yang cukup tragis, yakni dengan menembak dirinya sendiri melalui mulut yang terbuka lebar. Sebelum melakukan bunuh diri, dia mengunci kamarnya terlebih dahulu. Untuk motif bunuh dirinya adalah rasa putus asa, dan kekhawatiran tidak punya uang.
3 Pengurus Pegadaian Tembak Diri Sendiri
Sedangkan di daerah Losari, Kabupaten Cirebon, karena putus asa, tiga orang pengurus pegadaian Losari melakukan bunuh diri dengan tembakan pistol, meski kepolisian sudah melakukan penyelidikan, masih belum diketahui kenapa tiga pegawai tersebut bisa merasa putus asa.
"Baik uang tunai maupun barang yang dijaminkan tidak hilang. Pengurusnya adalah seorang pemuda yang berhati-hati, tetapi tidak ada teman dari asisten Wedana. Kasus ini sedang diselidiki. Menurut Inspektur, Ini sudah kali ketiga pengurus pegadaian Losari yang bunuh diri," tulis surat kabar Nederlandsch-Indische edisi 27 Januari 1915.
Sedangkan di tahun 1922, dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 4 Januari 1922, kepolisian Cirebon menemukan sosok mayat yang meninggal karena bunuh diri di sebuah kamar hotel. Wanita yang berprofesi sebagai pegawai toko perhiasan tersebut, bunuh diri dengan cara gantung diri di dalam kamar.
Meski pada awalnya belum diketahui motif dari wanita tersebut bunuh diri, namun, setelah penyelidikan polisi ditemukan motif kenapa wanita tersebut bunuh diri, yakni karena telah meminjam perhiasan sebanyak dua ribu euro atas namanya sendiri, di sebuah pegadaian yang ada di Jogja.
![]() |
Ada juga yang bunuh karena sakit yang tak kunjung sembuh, sehingga membuat putus asa, lalu melakukan bunuh diri, seperti yang dilakukan seorang petugas polisi dari Kejaksan, Kota Cirebon. Kala itu, surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 21 April 1915 memberitakan tentang seorang polisi yang bunuh diri dengan cara digantung.
"Cheribon, 21 April, pagi ini seorang petugas polisi bernama Rasa, dari desa Kejaksaan, bunuh diri dengan cara digantung. Pria itu menderita asma, tidak ada alasan lain atas tindakannya," tulis surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 21 April 1915.
Aksi bunuh diri juga pernah dilakukan di kantor polisi, seperti yang dipaparkan oleh surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 13 Oktober 1926, saat itu, ada seorang warga Tionghoa yang melakukan penipuan sebesar 2.600 gulden, uang hasil penipuan tersebut ia gunakan untuk keuntungannya sendiri. Namun, ketika dibawa ke kantor polisi, dan mengakui tuduhan terhadapnya, saat akan ditangkap, tersangka malah menembak dirinya sendiri di bagian mulut.
"Tersangka menembak dirinya sendiri di bagian mulut di ruang jaga kantor kepolisian, menggunakan pistol yang disimpan di saku celananya, tanpa ada satu pun personel polisi yang ada di ruang jaga mencegah tindakan ini, " tulis Batavia Nieuwsblad edisi 13 Oktober 1926.
Tidak semua bunuh diri berjalan lancar, ada juga tindakan bunuh diri yang dapat digagalkan. Kala itu, seorang pemain drum dari Batalyon infanteri ke 20, tiba-tiba mengamuk di desa Sindangjawa, distrik Plumbon, Kabupaten Cirebon.
![]() |
Menurut surat kabar de Locomotif edisi 12 Oktober 1929, lelaki drummer tersebut sebelumnya menderita sakit pada pagi harinya, setelah diperiksa, kondisi tubuhnya meningkat dan dokter memutuskan untuk memberikan dia aspirin. Namun, sekitar pukul 2 siang, tiba-tiba laki-laki drummer tersebut melompat bangun dengan membawa kelewang yang terhunus, dan menyerang seorang sersan dan kopral dari dinas radio.
Setelah menyerang sersan dan kopral, dia lari ke desa Sindangjawa, lalu melukai sekaligus membunuh beberapa orang penduduk desa. Selesai membunuh, ia mencoba untuk melakukan usaha bunuh diri dengan melukai lehernya, namun, dapat digagalkan oleh para tentara, dan langsung diikat, lalu dibawa ke penjara Kesambi, Kota Cirebon.
"Kemudian dia lari ke desa dan membunuh masing-masing 3 laki-laki penduduk asli dan 1 perempuan penduduk asli, bernama Roem, Gavil, Damhoeri dan Saar. Dia juga menimbulkan luka yang mengancam jiwa pada seorang gadis pribumi berusia 18 tahun dan seorang gadis lainnya berusia 12 tahun. Setelah menyebabkan pembantaian ini, orang gila itu ingin bunuh diri, namun, ia hanya mampu melukai dirinya sendiri, karena ia dikalahkan dengan susah payah oleh beberapa tentara," tulis surat kabar De Locomotif edisi 12 Oktober 1929.
(yum/yum)