Di zaman sekarang orang biasanya akan memutar musik lewat smartphone atau gawai. Tetapi, tidak bagi Karnadi Sela, di tengah berkembangnya alat pemutar musik yang lebih canggih, Karnadi Sela tetap menggunakan piringan hitam atau radio untuk memutar musik.
"Di rumah ada pemutar piringan hitam dan radio lama dengan berbagai macam merek, ada juga kaset-kaset lawas, dan lagu dari piringan hitam," tutur Sela, Senin (14/10/2024).
Pria berusia 67 tahun, asal Karangsembung, Kabupaten Cirebon itu bernostalgia melalui piringan hitam atau radio. Seolah masa lalu datang menghampirinya kala piringan hitam ia putar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena saya fanatik, dengan menggunakan alat pemutar klasik saya dapat bernostalgia. Terus terang, saya juga jiwanya nggak tergoyah dengan hal-hal modern, bahkan hp juga cuman pakai hp jadul pemberian anak," tutur Sela sambil menunjukkan Hp jadul miliknya.
Sela menceritakan ada banyak momen yang ia ingat ketika memutar lagu dengan piringan hitam atau radio. Salah satu yang diingat Sela adalah ketika ia masih kecil. Kala itu, sekitar tahun 1960-an, kehidupan Indonesia sedang masa sulit, terjadi pemberontakan dan ekonomi melemah. Jangankan untuk membeli piringan hitam atau radio, untuk makan saja Sela tak mampu. Pria dengan rambut beruban itu dulunya hanya makan nasi jagung.
Meski keadaan sedang sulit, tidak menurunkan minat Sela untuk mendengarkan musik. Setiap ada orang yang mengadakan pesta, lalu di sana ada yang memutar musik. Sela selalu hadir di dalamnya. Menurutnya, hanya dengan cara seperti ini ia bisa menikmati dan mendengarkan musik yang menjadi kesukaannya.
"Saya selalu senang ketika ada orang mengadakan pesta, lalu memutar radio atau piringan hitam, di situ saya nongkrong dengarkan lagu. Jadi ketika sekarang memutar piringan hitam atau radio, kayak mengingatkan kita tentang masa lalu saat makan susah, yang sampai sekarang saya masih teringat," tutur Sela.
Sela mengatakan, bahkan, beberapa lagu mengingatkan ia tentang pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami. Lagu Penantianku yang dinyanyikan oleh Husein Munis Alatas, misalnya, mengingatkan Sela tentang masa sulit saat kuliah dulu.
"Itu lagu yang paling mengingatkan saya pas saya kuliah. Dulu kuliah saya sulit, harus menginap di rumah dosen saya, sambil membantu di percetakan. Setiap masuk kuliah, saya duduk di luar, karena malu selalu pakai sandal jepit pas kuliah. Nah, masa-masa sedih itu saya menghibur diri dengan musik," tutur Sela.
Bagi Sela, ada perbedaan yang sangat kentara antara memutar musik menggunakan alat putar klasik seperti radio atau piringan hitam, dan alat pemutar musik di zaman sekarang. Menurutnya, lagu yang diputar dengan alat musik klasik, lebih enak didengarkan daripada lagu yang diputar dengan smartphone.
"Suaranya lebih enak saja, sama wujud musiknya juga ada kayak piringan hitam atau kaset. Meski sekarang lagu lawas sudah ada di Hp semua, tapi saya tetap lebih suka pakai PH (piringan hitam) atau radio," tutur Sela.
Sambil menunjukkan kaset lawas, Sela memaparkan, ada banyak jenis kaset dan piringan hitam yang dikoleksi oleh Sela, dari mulai genre pop sampai dangdut. Koleksi kaset dan piringan hitam lawas tersebut sudah Sela koleksi sejak masih belia.
Menurut Sela, kebanyakan kaset dan piringan hitam yang dikoleksi Sela merupakan lagu dari grup musik atau penyanyi lawas, yang kaset dan piringan hitamnya sudah jarang ditemukan di pasaran. Tetapi, Sela tidak menyerah, di usianya yang tak lagi muda, Sela masih tetap berburu koleksi kaset atau piringan hitam yang berisi lagu lawas. Tak hanya di Cirebon, bahkan sampai keluar Cirebon hanya untuk mencari sebuah kaset dan piringan hitam yang menjadi incarannya.
"Saya senang lagu-lagu tahun 1957-an, seperti orkes Melayu Purnama, orkes melayu Chandraleka, Chandralela, Anari, kemudian Sinar Kemala, dan kaset itu adanya di Pekalongan, Pemalang dan Tegal, kalau saya punya uang saya naik motor ke sana," tutur Sela.
Bagi Sela dengan berburu dan mendengarkan lagu lawas lewat piringan hitam dan radio, membuat ia merasa lebih berbahagia dalam menjalani hidup di masa tuanya. "Saya pensiunan ASN, usia sudah tua, anak sudah menikah, hidup sendiri dengan ditemani lagu-lagu lawas di rumah. Tetapi, saya tidak ada masalah kesehatan, kaki masih bisa lari-lari. Ternyata orang sehat itu bukan karena apa-apa, tapi karena kesenangan dan menyenangi sesuatu, dan hidup apa adanya," pungkas Sela.
(sud/sud)