Orkes musik dangdut melayu asal Sukoharjo, OM Lorenza, menyita perhatian karena penampilannya selalu diiringi penonton berkostum jadul. Tak hanya soal penampilan, fans OM Lorenza juga dinilai mengembalikan marwah musik dangdut yang santun.
Hal itu disampaikan etnomusikolog sekaligus dosen Program Pascasarjana ISI Solo, Aris Setiawan. Aris menilai ada pesan tersembunyi yang muncul di balik fenomena Om Lorenza. Yakni esensi musik dangdut yang penuh dengan kesantunan.
"Dangdut lawas seolah-olah ingin mengenalkan aspek kesantunan dalam berdangdut. Kalau berdangdut ya ayo kita menikmati, berjoget bersama, tanpa harus mabuk, tanpa harus tawuran. Itu tercermin dalam konteks dangdut OM Lorenza," jelasnya saat dihubungi detikJateng, Kamis (13/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dangdut mulai muncul di dunia musik Indonesia pada 1970-an. Bermula dari tulisan Putu Wijaya di Koran Tempo pada 27 Mei 1972 yang menyebutkan bahwa lagu 'Boneka India' adalah campuran musik melayu, irama pasir, dan dang-ding-dut, tercetuslah 'Dangdut' sebagai sebuah nama untuk penyebutan musik Melayu yang dipengaruhi musik India.
Dalam perkembangannya, dangdut mengalami sejumlah penyesuaian. Perkembangan musik dangdut semakin beragam hingga muncul dangdut tarling (gitar suling) di daerah Pantura, dangdut koplo di Jawa Timur, hingga congdut (keroncong dangdut).
Saat ini yang tengah populer ialah dangdut koplo. Banyak musisi yang muncul dengan karya-karya yang diterima masyarakat luas. Di tengah itu, muncul satu orkes musik yang mengingatkan kembali musik dangdut era lawas. Ya, orkes itu bernama OM Lorenza asal Sukoharjo.
OM Lorenza membawakan lagu dangdut era 1970-1980-an. Tidak ada musik dengan hentakan keras pada lagu-lagu yang dibawakan Om Lorenza, tidak ada penyanyi dengan pakaian seksi, arasemen lagu dibawakan original.
![]() |
Aris mengatakan, dangdut lawas terinspirasi dari sejarah musik melayu dan India. Musik dangdut jadul memiliki frekuensi ketukan yang lebih stabil, melodinya lebih terstruktur rapi, dan lirik yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Sehingga musik dangdut lawas menjadi sesuatu yang menyegarkan di tengah popularitas musik koplo.
"Dangdut lawas lebih nyaman didengarkan untuk kalangan orang tertentu yang selama ini terdistorsi dangdut koplo. Musik dangdut koplo dengan pola bunyi yang menghentak dan sebagainya, yang kadang-kadang mereka tidak menikmati liriknya, tapi lebih menikmati musiknya. Kalau dangdut lawas tidak, mereka sepenuhnya menikmati bagaimana lirik itu disampaikan, dan tidak menyampingkan sisi musikalitasnya. Jadi itu berbeda dengan dangdut koplo yang mendistorsi musiknya, sehingga lirik mungkin tidak begitu dianggap penting," ujarnya.
Lambat laun, musik OM Lorenza dapat diterima oleh masyarakat, hingga terbentuk fans Om Lorenza dengan ciri khas busana jadul. Mereka seolah-olah ikut mengkampanyekan kembali esensi awal musik dangdut yang santun dan enak dinikmati.
Fans OM Lorenza sangat menikmati musik yang dibawakan, mereka berjoget dengan santun tanpa mengganggu orang di sebelahnya. Bahkan keunikan dari fans OM Lorenza dengan pakaian jadulnya menjadi daya tarik tersendiri.
Aris menilai ada pergeseran kebiasaan orang dalam menikmati musik dangdut yang ditunjukkan oleh fans OM Lorenza. Sebab, biasanya orang nonton dangdut hal yang disiapkan adalah tubuh yang prima dan minuman beralkohol.
"Ketika mereka nonton dangdut lawasan, mereka itu memang niat mendengarkan musik dan memahami konteks musik itu, tidak sekedar joget. Tidak hanya dari segi musikalitasnya, tapi juga kostumnya. Itu jarang terjadi," ucapnya.
Penampilan jadul para fans OM Lorenza menurut Aris sebagai simbol untuk mengingatkan kembali perjalanan musik dangdut yang dulu populer dengan kostum era 70-an.
"Orang-orang dengan penampilan lawas, kalau dari aspek viralitas oke. Tapi saya melihatnya, yang dilakukan itu adalah mempertahankan elemen sejarah musik dangdut yang hari ini mulai terlupakan. Mereka mencoba mengingatkan kembali tentang perjalanan musik dangdut yang hari ini terdistorsi dengan goyang sensual, koplo," urainya.
Ditemui terpisah, Manajer OM Lorenza, Murjiyanto mengatakan musik dangdut jadul kini semakin diterima masyarakat. Tak hanya kalangan tua, namun kalangan muda juga sudah banyak yang menikmati.
"Dengan munculnya OM Lorenza, gen Z (remaja) yang harusnya suka koplo jadi menikmati dangdut jadul, sehingga jadi agak menurun (dangdut koplo). Mereka kembali ke original lagi," kata Murjiyanto, saat ditemui di basecamp Om Lorenza di Dusun Ngemul RT 2/I, Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Selasa (11/2).
(afn/aku)