Misyono dan 23 Tahun Perjalanan Bareng Jajanan Tradisional

Serba-serbi Warga

Misyono dan 23 Tahun Perjalanan Bareng Jajanan Tradisional

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 02 Mei 2024 02:15 WIB
Misyono, penjual jajanan tradisional di Cirebon.
Misyono, penjual jajanan tradisional di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

"Growol, jagung, kacang banten, boled, nasi ketan, jongkong," kata tersebut Misyono ucapkan dengan lantang saat berkeliling menjajakan jajanan tradisional miliknya di Cirebon. Menggunakan becak roda tiga, Misyono yang kini berusia 50 tahun, setiap hari berkeliling kampung untuk mencari pembeli.

"Jualan kelilingnya di dua desa aja, dimulai dari Pamengkang," tutur Misyono (50) penjual jajanan tradisional keliling, Rabu (1/4/2024).

Ada alasan tersendiri kenapa dia menjual jajanan tradisional yang legendaris untuk dijual. Menurutnya, jajanan tradisional itu menyehatkan, karena tidak menggunakan bahan pengawet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sukanya jualan jajan jadul, tidak ada bahan pengawet, paling garam sedikit saja," ungkap Misyono.

Misyono sendiri sudah 23 tahun berjualan jajanan tradisional keliling. "Sudah berjualan dari tahun 2001. Awalnya cuma jualan jagung, dulu masih murah cuma Rp 3.000 per kilonya, sekarang mah udah pada mahal," tutur Misyono.

ADVERTISEMENT

Misyono juga menceritakan, karena belum punya becak sendiri, saat pertama kali berjualan, ia rela menyewa becak untuk berjualan. "Dulu mah becaknya nyewa Rp 5.000 per hari, tapi sekarang mah udah punya sendiri," tutur Misyono.

Dalam sehari, ia bisa mendapatkan laba sekitar Rp 100.000. "Modalnya Rp 600.000 dapatnya Rp 700.000, pada mahal semua sih. Itu Rp 100.000 juga mentok," tutur Misyono.

Misyono, penjual jajanan tradisional di Cirebon.Misyono, penjual jajanan tradisional di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Misyono sendiri memiliki empat anak. "Anak empat, paling tua umur 21 lah udah kerja. Yang kedua udah lulus SMA udah kerja di butik, yang ketiganya kelas 3 SD, yang terakhirnya umur 2,5 tahun," tutur Misyono.

Ia menuturkan, banyak suka-duka yang dialami selama berjualan jajanan tradisional.
"Kena hujan angin, gluduk, kadang kepanasan, tapi saya lakukan, apapun demi cari nafkah buat keluarga mah saya nggak takut. Disabarin aja banyak langgan, meski banyak saingan disabarin aja," tutur Misyono.

Misyono juga menuturkan, pernah suatu ketika jajan tradisionalnya tiba-tiba diborong oleh orang tidak dikenal. "Pernah satu becak tuh diborong semua sama panti asuhan. Katanya ini diborong berapa, saya jawab kebetulan belanjanya Rp 600.000, jadi ya udah Rp 700.000 aja, kan nggak capek juga," tutur Misyono.

"Udah tiga kali buat panti asuhan sama panti jompo, itu orangnya dateng sendiri padahal saya nggak bisa main hp. Karena mungkin setiap gang liat ada jajanan tradisional pake becak jadi beli," tutur Misyono.

Saban hari, Misyono mulai bekerja dari jam 4 pagi, untuk pergi ke pasar membeli jajanan, lalu ia jual kembali saat siang harinya. "Ke pasar jam 4 pagi, jualan jam 9 sampai jam 4 sore," Misyono.

Ada banyak jajanan tradisional yang dijual Misyono seperti growol, jagung rebus, jacang banten, boled, nasi ketan, gadungan, singkong rebus, jongkong, getuk dan jagung yang dicampur kelapa. Untuk harganya sendiri, cukup bervariasi mulai dari harga Rp 2.500 sampai Rp 5.000.

Ke depan, Misyono berharap jajanan tradisionalnya laris dibeli pembeli. "Harapannya semoga ke depan laris aja jualanya," pungkas Misyono.

(orb/orb)


Hide Ads