Siomai, Skripsi, dan Mimpi: Perjalanan Arif Menuju Sukses

Serba-serbi Warga

Siomai, Skripsi, dan Mimpi: Perjalanan Arif Menuju Sukses

Devteo Mahardika - detikJabar
Jumat, 28 Feb 2025 10:00 WIB
Arif saat berjualan siomai dan batagor di Jalanan Cirebon.
Arif saat berjualan siomai dan batagor di Jalanan Cirebon. Foto: Devteo Mahardika
Cirebon -

Langkah kaki Arif Fahrudin Wijayanto (23) tak pernah surut meski hari sudah larut. Dengan gerobak siomai dan batagor yang ia dorong, ia menyusuri jalanan Kota Cirebon sejak pagi hingga larut malam. Bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga demi meraih cita-citanya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan membangun usaha kuliner sendiri.

Arif yang lahir di Surabaya pada 2001 sejak tahun 2020 lalu, ia meninggalkan kota kelahirannya dan merantau ke Cirebon untuk mencari pekerjaan. Tanpa kenalan maupun modal besar, ia rela bekerja apa saja demi bertahan hidup. Namun, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan tak pernah padam. Kesempatan itu akhirnya datang ketika ia berhasil masuk Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon.

Kuliah sambil bekerja bukan hal mudah, apalagi bagi Arif yang mengandalkan usaha kecilnya untuk biaya hidup dan kuliah. Setiap hari, sejak pukul 10.00 pagi hingga 23.00 malam, ia mendorong gerobaknya, menjajakan siomai dan batagor dari satu tempat ke tempat lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sehari, ia membawa minimal 150 potong siomai dan batagor, dengan pendapatan sekitar Rp50 ribu per hari, hasil bagi dari penjualan dengan pemilik gerobak dan bahan dagangan.

"Cape itu pasti, tapi saya punya tujuan yang lebih besar. Saya ingin sukses dan bisa mandiri," ujar Arif saat ditemui detikJabar di sela-sela kesibukannya berjualan, Kamis (27/2/2025).

ADVERTISEMENT

Arif adalah anak pertama dari dua bersaudara. Kesulitan ekonomi membuatnya memilih untuk tidak bergantung pada orang tua di Surabaya. "Saya ingin meringankan beban mereka. Makanya, saya berusaha sebisa mungkin untuk mandiri," tuturnya.

Kini, Arif berada di semester akhir. Tantangan baru pun muncul untuk menyelesaikan skripsi di tengah jadwal berdagang yang padat. Setiap malam, setelah selesai berjualan, ia masih menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas akhirnya.

"Kadang ngantuk banget, tapi harus tetap dikerjakan. Saya ingin segera lulus dan mengejar cita-cita saya," katanya penuh semangat.

Tak hanya sekadar berjualan, pengalaman berwirausaha ini memberi Arif wawasan yang lebih luas tentang dunia kuliner. Setelah lulus, ia bercita-cita membuka usaha rumah makan sendiri, dengan ilmu yang ia dapatkan dari pengalamannya menjajakan batagor di jalanan Cirebon.

"Dulu saya hanya berpikir bagaimana bisa bertahan hidup. Tapi sekarang, saya punya mimpi lebih besar. Saya ingin punya rumah makan sendiri," pungkasnya.

Melihat semangat Arif, menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih mimpi. Dengan kerja keras dan tekad kuat, ia terus melangkah, menjadikan gerobak siomai dan batagor bukan sekadar alat mencari nafkah, tapi juga batu loncatan menuju masa depan yang lebih baik.

(sud/sud)


Hide Ads