Menikmati Jajanan Tradisional Laklak Khas Bakas di Warung Pengangon Klungkung

Menikmati Jajanan Tradisional Laklak Khas Bakas di Warung Pengangon Klungkung

Sui Suadnyana, Putu Krista - detikBali
Minggu, 10 Nov 2024 15:39 WIB
Kuliner laklak di Warung Laklak Pengangon, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. (Putu Krista/detikBali).
Foto: Kuliner laklak di Warung Laklak Pengangon, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. (Putu Krista/detikBali).
Klungkung -

Warung Laklak Pengangon, di Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, menjadi persinggahan populer bagi wisatawan yang menuju Bangli atau Pura Besakih, Karangasem. Pengunjung yang datang tidak hanya wisatawan, tetapi juga warga lokal yang ingin bersantai sambil menikmati jajanan tradisional.

Lokasi Warung Laklak Pengangon berada di pinggir jalan utama Desa Bakas. Warung ini buka setiap hari dari pukul 10.00 Wita hingga 20.00 Wita.

Warung Laklak Pengangon terkenal dengan jajanan khas Bali, laklak, yang disajikan dengan cita rasa khas Bakas. Laklak di sini dimasak secara tradisional menggunakan tungku kayu bakar sehingga memberikan sensasi autentik yang membuat banyak pengunjung penasaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengunjung bisa menikmati satu porsi laklak hanya dengan merogoh kocek Rp 5 ribu. Laklak disajikan dengan parutan kelapa segar dan lelehan gula aren yang manis dan menggoda.

Kadek Sriani, penjual di Warung Laklak Pengangon, memastikan semua bahan selalu segar. Tepung beras sebagai bahan utama pembuatan laklak diolah sendiri untuk menjaga cita rasa yang khas. Warung ini bisa menghabiskan 3 hingga 4 kilogram (kg) tepung beras setiap harinya.

ADVERTISEMENT

"Kurang lengkap rasanya makan laklak tanpa minum. Kami juga menyediakan kopi dengan berbagai merek internasional, namun tetap dengan harga warung," kata Sriani.

Selain laklak, Warung Laklak Pengangon juga menawarkan jajanan tradisional lainnya, seperti pisang rai dan ketan hitam. Jajanan tradisional itu juga bisa dikombinasikan sesuai selera dan harganya tetap Rp 5 ribu per porsi.

Warung ini juga menyediakan menu nasi sela (ketela) dengan lauk tradisional khas Desa Bakas yang terdiri dari ayam sisit, sayur urap, dan kacang panjang, seharga Rp 10 ribu per porsi. Kombinasi antara harga yang terjangkau dan porsi yang mengenyangkan membuat warung ini selalu ramai.

Pemilik Warung Laklak Pengangon, I Wayan Malendra, menjelaskan nama 'pengangon' berasal dari aktivitas warga setempat yang bekerja sebagai petani dan penggembala. Malendra membuka warung ini saat erupsi Gunung Agung yang berdampak pada ekonomi Bali.

"Dampak erupsi itu menjadi hikmah bagi saya untuk membuka usaha sambil tetap bertani," kata Malendra.

Warung Laklak Pengangon awalnya dibuat untuk menyediakan kopi dan laklak bagi para petani yang beristirahat. Setelah pariwisata pulih, Malendra mengembangkan warungnya menjadi educative tourism dengan memperkenalkan kuliner tradisional Bali dan budaya pertanian kepada wisatawan.

Selain menikmati laklak, pengunjung juga bisa merasakan suasana alam sekitar dan mengenal lebih dalam tentang budaya lokal.

"Dengan dukungan pelanggan yang sering membagikan pengalaman di media sosial, Warung Kopi Laklak Pengangon makin dikenal luas," tambah Malendra.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads