Harga Ekonomis Bikin Bus Pantura Tetap Eksis

Harga Ekonomis Bikin Bus Pantura Tetap Eksis

Devteo Mahardika - detikJabar
Senin, 22 Jan 2024 20:30 WIB
Bus pantura di Cirebon.
Bus pantura di Cirebon. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Cirebon -

Semua kalangan mengenal moda transportasi umum bus. Moda transportasi ini terus berkembang. Bus telah bertransformasi dengan kecanggihan dan layanannya.

Meskipun sudah mulai banyak bermunculan bus dengan tipe terbaru dan memiliki sejumlah fitur kecanggihannya. Namun siapa sangka, bus keluaran terlama dengan rute pantura masih tetap diminati dan eksis hingga saat ini.

Salah satunya rute pantura Cirebon-Jakarta yang masih mendapat tempat di hati penggunannya. Seperti yang dirasakan Saeful, pria berusia 41 tahun itu mengaku jatuh cinta pada bus rute pantura. Sebab, bus pantura rute Cirebon-Jakarta mempermudah dirinya untuk mencari nafkah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saeful pun bercerita tentang kesetiaannya untuk tetap menggunakan bus pantura sebagai transportasi andalannya. Jurnalis detikJabar berbincang dengan Saeful di tempat pemberhentian bus di perempatan By Pass Kanggraksan Kota Cirebon, Jumat (19/1/2023).

Sudah belasan tahun Saeful menggunakan bus pantura. Saeful kala itu bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Selama bekerja sebagai kuli, ia menggunakan bus pantura untuk mengadu nasib di Ibu Kota. Tepatnya saat ia bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta.

ADVERTISEMENT

"Ya kalau saya tukang bangunan selalu pilih bus yang lewat pantura, dari 2008 saya udah biasa langganan bus pantura," ungkapnya.

Pria yang tinggal di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon ini menceritakan alasannya memilih bus pantura. Tarif yang ramah di kantong menjadi alasan kuat Saeful setia pada bus pantura. Bus pantura memang terkenal dengan harganya yang ekonomis.

"Kenapa saya pakai bus pantura? Ya karena ongkosnya masih bisa di tawar. Tahu sendiri kan kalau jadi tukang bangunan bayarannya nggak seberapa," terangnya.

Dia menjelaskan, tarif normal bus pantura Cirebon-Jakarta rata-rata Rp 120.000. Akan tetapi, tarif tersebut masih bisa berkurang karena masih terdapat praktik tawar menawar dengan kondektur bus pantura.

"Ya biasanya kan Rp 120.000, tapi sebelum naik saya pasti tawar dulu sampai Rp 85.000," ucapnya.

Suasana Bus Pantura

Selain tarif yang dianggap ramah, Saeful juga bercerita tentang sensasi saat menggunakan bus pantura. Ia merasakan banyak pengalaman.

Sebab, kuli asal Kecamatan Beber itu bisa berinteraksi dengan banyak orang saat di bus pantura. Rasa sepi dan pikiran yang membebani hidupnya lenyap seketika. Saeful mengaku mendapatkan hiburan saat menggunakan bus pantura.

Dibanding bus patas, Saeful mengaku lebih bisa menikmati suasana di bus pantura. Sebab, di bus patas ia tak menemukan pedagang asongan, pengamen yang menghibur, dan perilaku para penumpang di bus pantura.

"Nggak tahu ya, kalau di bus pantura pasti ada pedagang asongan sama pengamen yang bisa kasih hiburan. Kalau di bus patas kan belum tentu ada yang begitu," bebernya.

Dia juga tidak mempermasalahkan soal waktu tempuh yang terlalu lama, karena dia menyadari jika bus pantura seringkali berhenti di sejumlah titik di jalur arteri pantura untuk mencari penumpang.

"Dari dulu juga kan sering ngetem (berhenti mencari penumpang), kalau dihitung-hitung sekali ngetem bisa 10 menit. Jadi nggak masalah, saya sadar diri kan saya cari yang murah," bebernya.

Hindari Calo

Dalam sebulan, dia mengaku bisa menggunakan moda transportasi bus pantura sebanyak 2 kali. Pasalnya, setiap dua minggu sekali dirinya menyempatkan diri untuk pulang setelah bekerja sebagai kuli bangunan.

"Saya sih pasti izin dari tempat kerja di Jakarta buat pulang ke Cirebon dan saya pasti naik bus pantura," paparnya.

Dia juga memilih naik di perempatan jalan, karena untuk menghindari praktik calo yang sering menaikkan tarif bus pantura. "Kalau naik dari terminal biasanya ada calo, jadi saya naik di pinggir jalan supaya nggak kena getok ongkos dari calo," ungkapnya.

Dirinya berharap bus pantura bisa segera meremajakan unitnya supaya penumpang bisa lebih nyaman saat menggunakan moda transportasi yang satu ini.

Bus pantura memang sempat berjaya. Namun, bus pantura kini berjuang untuk tetap bisa mengaspal sebagai raja pantura. Persaingan angkutan umum, serta adanya jalan tol membuat eskistensi bus pantura perlahan pudar. Seperti yang dirasakan oleh Perusahaan Otobus (PO) Sahabat asal Cirebon yang saat berusaha tetap bertahan.

PO Sahabat hanya menyisakan beberapa unit bus untuk trayek jalur pantura. Kepala Bagian Operasional PO Sahabat, Sunarto menuturkan masih terdapat 10 unit bus yang masih beroperasi menggunakan rute trayek pantura.

"Kenapa kita masih mempertahankan rute bus pantura? Karena masih ingin memberikan pelayanan transportasi umum buat masyarakat pantura," kata dia saat ditemui detikJabar, Rabu (17/1/2024).

Sunarto mengatakan untuk tarif bus pantura trayek Cirebon-Merak hanya Rp 120.000, Cirebon-KP Rambutan Rp 80.000, dan Cirebon-Pulogebang Rp 80.000. "Bus bumel, atau bus pantura ini uniknya penumpang masih bisa menawar tarif dari bus," ucapnya.

"Kenapa masih ada tawar menawar antara crew bus dan penumpang, karena masih didominasi sama penumpang jarak dekat," ungkapnya.

PO Sahabat telah melayani penumpang di pantura sejak 1984. Kini, penumpang yang masih setia menggunakan bus pantura adalah kalangan pelajar dan kelas pekerja.

(sud/sud)


Hide Ads