Masyarakat Sunda memiliki banyak tradisi, istilah dan hal-hal unik berkaitan dengan bulan Ramadan. Satu yang paling terkenal adalah istilah ngabuburit yang merupakan bahasa Sunda yang kini berubah menjadi istilah yang menasional.
Tradisi, istilah dan hal unik ditularkan secara turun temurun sehingga hingga kini masih tetap ada dan terus digunakan. Salah satu hal unik berkaitan dengan Ramadan adalah cara menghitung hari, mengingat sudah berapa lama berpuasa.
Kerap kali terdengar orang Sunda bergumam nama-nama hari sebelum akhirnya menjawab sudah berapa lama berpuasa. Contohnya pada Rabu (20/3/2024) ini, detikJabar mencoba menanyakan sudah berapa hari menjalani puasa kepada Euis Mardiani (65) warga Singaparna Tasikmalaya. "Selasa, Selasa, Rabu, 9 hari," jawab Euis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Euis menjawab relatif cepat, tak harus menggunakan jari mengabsen urutan hari per hari sejak Selasa pekan lalu. Tapi cukup menyebut "Selasa, Selasa, Rabu" maka diperoleh hasil 9 hari.
"Ya itu cara orang tua dulu menghitung hari, memang anak-anak sekarang tidak tahu?," kata Euis balik bertanya.
Dia menjelaskan rumus utama perhitungan tersebut terletak pada penyebutan "Selasa, Selasa", itu artinya Selasa bertemu lagi Selasa yang jumlahnya 8 hari. Kemudian ditambah Rabu ini, sehingga total sudah 9 hari menjalani puasa.
"Kalau zaman sekarang sih sebenarnya gampang, tinggal lihat almanak kan banyak, di HP juga ada. Nggak perlu pusing-pusing, tapi jangan aneh kalau orang tua punya cara beda," kata Euis.
Untuk penghitungan yang lebih banyak, penghitungan dilakukan per 10 hari. Jadi dilafalkan, "Selasa, Selasa, Rabu, Kamis".
Model perhitungan masyarakat Sunda zaman dulu ini juga bisa digunakan untuk mengetahui hari apa Lebaran yang akan datang, jika lama puasa 30 hari.
"Ingin tahu Lebaran nanti hari apa, ya gampang. Selasa, Selasa, Rabu, Kamis, 10 hari. Jumat, Jumat, Sabtu, Minggu, 20 hari. Senin, Senin, Selasa Rabu, 30 hari. Berarti Lebaran hari Kamis," kata Euis.
Istilah Sunda Khas selain Ngabuburit
Sementara itu terkait istilah, masyarakat Sunda pun memiliki istilah khas Ramadan lain. Misalnya 'Lilikuran', ini adalah istilah untuk menyebut hari-hari antara hari ke 20 sampai hari 30.
Lilikuran ini merupakan istilah untuk 10 hari terakhir Ramadan yang memiliki banyak keistimewaan, baik istimewa dari sisi keutamaan ibadah mau pun istimewa karena perubahan suasana akibat menjelang Lebaran.
Kemudian ada pula istilah 'Ngabeubeurang'. Istilah ini serupa dengan Ngabuburit. Beurang berarti siang, sehingga ngabeubeurang berarti berkegiatan menunggu waktu siang.
Istilah ini biasanya digunakan untuk kata ganti aktivitas setelah sahur hingga siang hari. Baik itu berolahraga, bekerja ke sawah dan lainnya.
(sud/sud)