Dari Asongan ke Pemilik Toko: Perjalanan Salpiah Rintis Kerajinan Laut

Dari Asongan ke Pemilik Toko: Perjalanan Salpiah Rintis Kerajinan Laut

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Jumat, 14 Mar 2025 08:00 WIB
Salpiah sedang menunjukkan hasil kerajinan limbah laut
Salpiah sedang menunjukkan hasil kerajinan limbah laut. Foto: Aldi Nur Fadiilah
Pangandaran -

Berbicara soal limbah, kebanyakan orang akan menganggapnya sebagai sampah yang tidak berguna. Namun, di tangan orang kreatif, limbah justru bisa menjadi berkah. Seperti yang dilakukan oleh Salpiah (56), seorang ibu tiga anak asal Pangandaran yang berhasil mengubah limbah laut menjadi kerajinan bernilai tinggi.

Di toko suvenirnya yang bernama Anugerah Salpiah menjajakan berbagai suvenir unik berbahan dasar limbah laut seperti kerang, terumbu karang mati, hingga cangkang lobster yang terdampar di pantai. Dengan tangan terampilnya, ia menyulap material yang sering dianggap sampah itu menjadi hiasan dinding, jam tangan, pigura, hingga aksesori cantik.

Dari Asongan ke Pemilik Toko

Perjalanan Salpiah dalam dunia kerajinan dimulai sejak tahun 2006. Awalnya, ia berjualan secara asongan, menawarkan suvenir ke wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. "Dulu saya keliling menjual gelang dan kalung ke wisatawan. Ternyata banyak yang suka," kata Salpiah kepada detikJabar, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat tingginya minat pembeli, Salpiah mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya. Ia tak hanya menjual barang dari orang lain, tetapi juga mulai membuat sendiri suvenir yang lebih unik. "Saya dan suami sering ke pantai, dari situ muncul ide untuk memanfaatkan limbah laut," ujarnya.

Awalnya, Salpiah mencoba membuat bingkai foto dengan hiasan kerang dan pasir laut. Ia belajar secara autodidak, mencari inspirasi dari internet, dan berdiskusi dengan suaminya soal desain yang menarik. Dari eksperimen kecil itu, bisnisnya mulai berkembang.

ADVERTISEMENT

Kejujuran Membawa Berkah

Kesuksesan Salpiah juga tak lepas dari prinsip kejujuran yang selalu ia pegang dalam berdagang. Saat masih berjualan asongan, ia sering mengambil barang dari tetangga dengan sistem bagi hasil. "Saya tidak pernah mengurangi laporan penjualan. Itu yang membuat mereka percaya dan akhirnya memberi harga khusus," katanya.

Kejujuran itu berbuah manis. Ia bisa mengumpulkan modal untuk membuka toko sendiri. Kini, ia memiliki dua toko suvenir yang dikelola bersama putrinya. "Alhamdulillah, tidak asongan lagi. Sekarang sudah punya toko sendiri," ucapnya dengan bangga.

Limbah Laut yang Disulap Jadi Kerajinan

Berbagai limbah laut yang biasanya terbuang, seperti mata lembu, kerang campur, dan ogong, kini menjadi bahan utama dalam pembuatan suvenir. Bahkan, tubuh lobster yang dibuang nelayan pun bisa disulap menjadi hiasan dinding yang menarik.

Salpiah tidak selalu mencari sendiri bahan bakunya. Kini, banyak pengepul yang menjual limbah laut kepadanya. "Satu kilogramnya Rp5 ribu, saya tampung," katanya. Dengan modal kecil, ia bisa menciptakan produk bernilai ekonomi tinggi.

Kerajinan yang dibuatnya cukup beragam, mulai dari jam dinding berhiaskan kerang seharga Rp140 ribu, hiasan dinding berbentuk lobster seharga mulai dari Rp60 ribu hingga Rp80 ribu, hingga suvenir kecil seperti kalung dan gelang mulai dari Rp10 ribu.

Salpiah sedang menunjukkan hasil kerajinan limbah lautSalpiah sedang menunjukkan hasil kerajinan limbah laut Foto: Aldi Nur Fadiilah

Omzet Jutaan dari Limbah Laut

Meski berbahan dasar limbah, pendapatan Salpiah dari bisnis ini sangat menjanjikan. Saat hari biasa, tokonya bisa menghasilkan cukup untuk sekadar penglaris. Namun, saat akhir pekan atau musim liburan, omzetnya bisa mencapai Rp10 juta dalam sehari.

"Kalau weekend, satu hari bisa dapat Rp1 juta lebih. Kalau libur panjang, bisa sampai Rp10 juta," ujarnya. Selain menjual langsung di toko, ia juga menerima pesanan borongan dari luar daerah, terutama dari Tegal, Jawa Tengah.

Proses Pembuatan yang Penuh Ketelitian

Meskipun hasilnya menguntungkan, proses pembuatan kerajinan dari limbah laut tidaklah mudah. Setelah dikumpulkan, limbah harus dibersihkan menggunakan cairan HCL, dikeringkan selama sehari semalam, lalu dipilah berdasarkan bentuk dan warna.

Setelah itu, barulah limbah laut dirangkai sesuai desain yang diinginkan, apakah menjadi bingkai foto, hiasan dinding, atau pernak-pernik lainnya. "Harus teliti dan sabar, karena kalau salah potong atau salah rangkai, bisa rusak hasilnya," katanya.

Dukungan Digitalisasi dalam Bisnis

Di era digital saat ini, Salpiah juga mulai beradaptasi dengan pembayaran digital. Awalnya, ia kesulitan karena kurang familiar dengan teknologi. Namun, berkat dorongan anak-anaknya, kini ia menerima pembayaran via QRIS BRI.

"Banyak anak muda yang lebih suka bayar pakai QRIS. Awalnya saya tidak ngerti, tapi sekarang sudah terbiasa," ucapnya.

Dukungan sistem pembayaran digital ini terbukti membantu bisnisnya, terutama dalam melayani pelanggan yang lebih memilih transaksi tanpa uang tunai.

Bertahan di Tengah Persaingan

Selama hampir dua dekade menekuni bisnis ini, Salpiah telah mengalami berbagai tantangan. Sebelum pandemi, usahanya berkembang pesat hingga sulit memenuhi pesanan. Namun, setelah COVID-19, persaingan semakin ketat karena semakin banyak orang yang menekuni usaha serupa.

Meski begitu, ia tetap bertahan dan terus mencari peluang. Kini, bisnisnya mulai diteruskan oleh putrinya, sementara ia lebih fokus pada produksi. "Saya ingin usaha ini tetap berjalan, makanya anak saya juga ikut mengelola," katanya.

BRI Mudahkan Transaksi UMKM

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan tujuan Qris adalah mempermudah sistem pembayaran digital. Selain itu, pihak BRI sangat mendukung dari adanya QRIS karena proses transaksi lebih cepat, mudah dan aman.

"BRI menyambut baik dengan adanya qris sebagai salah satu opsi alat pembayaran, QRIS juga membantu merchant BRI menyediakan pilihan pembayaran yang mudah karena merchant cukup menyediakan satu kode QR yang bisa digunakan untuk berbagai sumber dana baik melalui mobile banking maupun uang elektronik (e-wallet)," kata Sadmiadi saat melalui pesan WhatsApp, belum lama ini.

Menurutnya, nilai perputaran transaksi melalui QRIS BRI naik sekitar 7 juta transaksi dari 1.9 juta di tahun 2022. "Tahun 2023 ini menjadi 8.9 juta transaksi yang dilakukan melalui QRIS," ucapnya.

(sud/sud)


Hide Ads