Berbicara limbah tentu erat kaitannya dengan sampah. Dibuang dan tidak dapat dimanfaatkan. Namun, di mata orang-orang kreatif limbah menjadi berkah bagi siapapun yang melihat peluang.
Seperti yang dilakukan Salpiah (56), ibu tiga anak asal Kabupaten Pangandaran. Dia berhasil menyulap limbah laut seperti kerang hingga terumbu karang yang terseret ombak menjadi berbagai kerajinan tangan. Ia pun memanfaatkan sampah laut itu memiliki nilai seni dan menjadi pundi-pundi cuan yang menggiurkan.
detikJabar mencoba mendatangi toko kerajinan dan souvenir oleh-oleh milik Salpiah di Jalan Pasanggrahan, Pantai Barat Pangandaran, Jawa Barat. Toko souvenir bernama Anugerah itu telah menjajakan beragam kerajinan sekitar tahun 2006.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil memasukkan pernak pernik souvenir untuk menjadi gelang, tangan Salpiah terlihat sangat piawai. Dia menyusun berbagai warna batuan cantik untuk menjadikan penghias tangan.
![]() |
Sambil membersihkan pajangan souvenir limbah laut itu, Salpiah memamerkan berbagai biota laut yang dikeringkan menjadi hiasan dinding. Paling populer hiasan lobster dengan pasir kering serta cangkang kerang.
Saat kunjungan objek wisata Pantai Pangandaran sepi pengunjung, Salpiah memanfaatkan waktu itu untuk membuat pernak pernik cantik. Mulai dari kalung hingga gelang. Souvenir itu menjadi incaran para pengunjung saat membeli oleh-oleh atau kenangan dari Pangandaran.
Salpiah mengatakan, memulai usaha souvenir dan kerajinan limbah laut sejak tahun 2006. Waktu itu, masih asongan keliling kepada wisatawan.
"Dulu mah asongan, saya keliling menawarkan kepada wisatawan, ternyata banyak yang suka," ucap saat berbincang dengan detikJabar.
Melihat potensi lakunya penjualan souvenir itu, Salpiah kemudian inisiatif mencari bahan tambahan untuk dijual. "Dulu waktu melihat potensinya bagus saya tertarik untuk melanjutkan," katanya.
Menurutnya, saat masih asongan mengambil barang souvenirnya dari orang lain atau ikut menjual. "Dulu mah ambil dari tetangga yang jual pernak pernik souvenir. Lalu saya ditawarkan untuk menjual dengan sistem bagi hasil," ucapnya.
"Saya itu dulu mantan karyawan di salah satu toko Jakarta. Pulang ke Pangandaran itu karena krisis moneter," sambung dia.
Ia mengaku awalnya cukup bingung mencari kerja di Pangandaran, karena kondisinya lagi susah. Apalagi, kata dia, waktu itu belum seramai sekarang.
"Saya mantan PHK karyawan pulang kampung ke Pangandaran. Sempat menganggur, tapi tetangga memberikan ide untuk jual souvenir ke wisatawan, akhirnya tertarik," ucapnya.
Kejujuran Membawa Berkah
Salpiah mengatakan, souvenir yang diambil dari tetangganya untuk dijual itu menggunakan sistem bagi hasil. "Jadi saya mengambil barang itu dijual ada harga khusus. Untungnya tergantung kelihaian marketing," ucap dia.
Misalnya, kata Salpiah, harga gelang Rp 1 ribu dari distributor, dijual Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu per picisnya. "Nanti jika saya bisa ngasih harga lebih tentu ada bonus," katanya.
Buah kejujuran itu, menurut dia, membuat si pemberi barang menjadi ketagihan dengan memberikan harga khusus. "Karena saya tidak pernah sekalipun mengurangi atau melebihi laporan penjualan. Karena saya ingatnya kalo berbuah tidak baik, pasti balasanya juga sama," ucapnya.
Di tahun 2006, Salpiah mengaku sekali hari libur bisa dapat penghasilan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. "Itu dari sekali hari libur panjang," ucapnya.
Ia mengatakan penghasilan yang didapatkan dikumpulkan untuk keperluan sekolah anak dan biaya hidup sehari-hari. "Alhamdulillah dulu cukup untuk biaya hidup dan sekolah anak," ucapnya.
Awal Mula Merintis Kerajinan Limbah Laut
Ia mengatakan awal mula merintis usaha kerajinan limbah laut itu saat mencoba hal baru untuk dijual agar tidak membosankan hanya souvenir pernak pernik saja.
"Ya dulu kan setelah beberapa tahun jualan, rasanya jenuh yang dijual itu barang serupa. Akhirnya saya sama suami berinisiatif main ke pantai," ujarnya.
Dia bercerita banyak hal baru yang ditemukan, salah satunya saat itu masih banyak bekas kerang laut, terumbu karang mati, hingga batuan laut berwarna putih yang terdampar.
"Jadi memang spontan aja. Mengambil tempurung kerang laut yang terbuang menjadi kerajinan unik," katanya.
Untuk pertama kali, Salpiah mencoba membuat bingkai foto dengan bahan dasar kerajinan limbah laut. "Bingkainya tetap memakai kayu, cuman ditambah kerang-kerangan, taburan pasir laut hingga batuan putih," katanya.
![]() |
Ia mengatakan karena tidak mempunyai basic sebagai seorang seniman. Karenanya pembuatan kerajinan itu banyak belajar dari google.
"Sama sekali tidak ada basic seniman. Saya sering mencoba aja, meminta masukan dari suami jika dibentuk ini dan itu bagus tidaknya. Kalo bagus langsung dibuat," ucapnya.
Untuk bahan baku limbah sampah itu, ia pun mencari bahannya sekitar Pantai barat dan timur Pangandaran. Meski demikian, saat ini sudah dilarang mengambil di daerah Pasir Putih Pangandaran. Salpiah mencari alternatif lain untuk bahan baku kerajinan itu.
"Sekarang ambil juga dari Pantai Madasari dan Legokjawa. Disana banyak saya beli dari pengepul karena sudah pada tahu saya membutuhkan," ucapnya.
Adapun limbah laut yang disulap menjadi itu diantaranya, mata lembu, kerang campur dan ogong. Selain itu, Salpiah pun memanfaatkan bekas tubuh lobster yang dibuang lalu dibersihkan menjadi hiasan dinding.
"Sekarang saya tidak harus mencari sendiri limbah itu, sering ada yang jual. Satu kilogramnya itu Rp 5 ribu saya tampung," katanya.
Ia mengatakan hanya dengan modal Rp 5 ribu dan ide saja bisa menghasilkan karya seni yang bernilai rupiah. Adapun, kerajinan yang dijual itu berupa jam dinding kerang, souvenir laut, hiasan lobster, kalung, gelang dan hiasan rumah.
"Semuanya itu bahan dasar limbah laut dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada," ucapnya.
Menurutnya, selama belasan tahun berdagang menjadi perajin souvenir oleh-oleh. Saat ini Salpiah memiliki dua toko yang dikelola sendiri dan satu putrinya.
"Alhamdulillah sekarang sudah punya toko sendiri tidak asongan lagi. Ada dua toko, satu dikelola saya dan puteri saya," ucapnya.
Ia mengaku permodalan selama berjualan saat ini berasal dari tabungan selama berdagang. "Kalo modal saya muterin uang yang ada. Ada lebih beliin barang, gitu saja," katanya.
Saat ini Salpiah menjual berbagai souvenir dan kerajinan diantaranya, Cermin kerang, jam dinding, pigura lobster dan koleksi kerang.
Untuk jam dinding harganya Rp 140 ribu, koleksi lobster dan hiasan kerang sekitar Rp 60 ribu-Rp 80 ribu.
"Harganya beragam dari mulai Rp 10 ribu hingga Rp 100 ribuan," ucapnya.
Omzet Penjualan Kerajinan Limbah Laut di Pangandaran
Selama berjualan kerajinan, kata Salpiah, cuan yang dihasilkan dari berdagang itu cukup menjanjikan. "Alhamdulillah kalo penghasilan itu lumayan," ujarnya.
Dalam sehari saat Weekdays, Salpiah mengaku sangat bersyukur untuk hanya sekedar penglaris saja. "Kalo weekdays mah untuk penglaris saja lumayan," ucapnya.
Namun ketika weekend, dalam sehari toko Salpiah mendapatkan penghasilan Rp 1 juta lebih. "Bahkan sekali weekend atau libur panjang bisa dapat Rp 10 juta," katanya.
Sehingga, kata dia, dalam sebulan pendapatan atau penghasilan dari jualan kerajinan ini sangat beragam. "Beragam itungannya gitu aja, sekali weekend Rp 5 sampai Rp 10 juta," ucapnya.
Menurutnya, pelanggan yang paling banyak berkunjung itu dari wisatawan yang sudah berenang ataupun tamu yang kembali beli setelah beberapa tahun lalu sempat kesini.
"Jadi ada pelanggan berulang pesan alhamdulillah," ucapnya.
Selain menjual secara offline, Salpiah pun sering menerima pesanan dari luar daerah secara borongan. "Alhamdulillah saya juga dapat pesanan dari luar daerah, ke Tegal Jateng paling sering," ucapnya.
Belanja Puas Harga Pas
Salpiah mengatakan selama berjualan di era modern atau digitalisasi ini sering menerima pembayaran melalui uang digital. Pembayaran itu dilakukan melalui transfer atau Qris.
"Perbandingannya sama yang memberikan uang cash itu memang lebih banyak transaksi digital. Apalagi anak muda tuh paling banyak," ucapnya.
Menurutnya, permintaan pembayaraan QRIS BRI itu cukup banyak untuk kalangan muda. "Banyaknya anak muda. Awalnya saya belum ngerti karena gaptek," ucap dia.
Waktu itu, menurut Salpiah, ada saran dari anak-anaknya untuk menyediakan pembayaran digital apalagi di era saat ini. "Saya juga minta bantuan anak-anak untuk buatkan sistem pembayaran digital. Mereka pasti kirim pesan kalo ada orderan masuk via QRIS," katanya.
![]() |
Sehingga pembayaran di toko Salpiah sudah menggunakan sistem pembayaran digital melalui transfer dan QRIS yang masuk ke rekening BRI. "Pilih BRI ini karena permintaan banyaknya pakai BRI," ucapnya.
Saat berkunjung ke toko kerajinan Salpiah, detikJabar berkesempatan berbincang dengan salah satu langganan kerajinan miliknya.
Satimin (45) salah satu warga Pangandaran membeli sejumlah kerajin mengaku menjadi langganan pembelian kerajinan milik Salpiah. "Sejak dulu kalo ambil barang kerajinan dari sini. Kan saya juga kelola tour travel kalo bawa tamu pasti diarahin ke sini, dekat juga dari pantai cuman 10 meter dekat pos 2 pantai barat," katanya.
Menurutnya, apabila ada tamu yang meminta kolektif untuk pembelian souvenir dan kerajinan pasti melakukan pembayaran digital. "Biar pas aja, belanjanya puas harganya juga pas," ucapnya.
Proses Pembuatan Kerajinan Limbah Laut
Tidak seperti cuan yang didapatkan, proses pembuatan kerajinan limbah laut membutuhkan proses panjang. Waktu pembuatan inilah yang harus telaten.
Dia mengatakan proses pembuatan kerajinan limbah laut ini harus teliti dan sabar. Karena ada tahapan yang harus ditempuh.
"Kan setelah mengambil limbah kerang, batuan putih, kuwuk, itu harus dibersihkan dulu," katanya.
Setelah itu, ada proses pengeringan selama sehari semalam. Saat pencucian harus menggunakan HCL agar bersih dan kualitasnya bagus.
Kemudian, proses pencucian dilanjutkan lagi dengan memilah dan memilih. Dalam tahapan ini limbah laut akan dipisah-pisah dan dirangkai sesuai rencana pembuatan karya.
"Setelah dipilih dan pilih, mulai merangkai apakah menjadi bingkai foto, pas kaca, hiasan dinding dan lainnya. Tentu nanti disesuaikan," ucapnya.
Bertahan Karena Peluang
Perjalanan menekuni usaha kerajinan ini tidak semuanya berjalan mulus. Salpiah mengaku beberapakali jatuh bangun. Karenanya, dia tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhan dan melihat peluang.
"Sekarang kondisinya tidak seperti dulu, pembeli kadang berebut juga. Sudah banyak yang membuat usaha serupa," kata dia.
Ia mengatakan 4 tahun sebelum COVID-19, usahanya cukup moncer, bahkan sempat jarang makan karena pesanan sampai menumpuk. "Dulu kalo laladang (melayani) itu sampai lupa makan. Bahkan untuk ganjal perut masak mie sampai kuahnya abis mienya bekah, " ucapnya.
![]() |
Sementara ini, kata dia, hanya untuk pelaris saja untuk weekday sudah bersyukur. "Sekarang mah kebanyakan pelanggan itu di weekend," katanya.
Toko yang Salpiah kelola saat ini mulai diserahkan kepada putrinya untuk dapat meneruskan usaha ini. "Kalo toko saya kasih satu ke anak saya biar dikelola, saya bisa fokus produksi," ujarnya.
Ia pun mengatakan kedua tokonya memberikan pelayanan yang sama dan sistem pembayaran yang sama. "Kedua toko saya pembayarannya sama masuk ke rekening BRI," katanya.
BRI Mudahkan Transaksi UMKM
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan tujuan Qris adalah mempermudah sistem pembayaran digital. Selain itu, pihak BRI sangat mendukung dari adanya QRIS karena proses transaksi lebih cepat, mudah dan aman.
"BRI menyambut baik dengan adanya qris sebagai salah satu opsi alat pembayaran, QRIS juga membantu merchant BRI menyediakan pilihan pembayaran yang mudah karena merchant cukup menyediakan satu kode QR yang bisa digunakan untuk berbagai sumber dana baik melalui mobile banking maupun uang elektronik (e-wallet)," kata Sadmiadi saat melalui pesan WhatsApp, belum lama ini.
Menurutnya, nilai perputaran transaksi melalui QRIS BRI naik sekitar 7 juta transaksi dari 1.9 juta di tahun 2022. "Tahun 2023 ini menjadi 8.9 juta transaksi yang dilakukan melalui QRIS," ucapnya.
Manfaat menggunakan Qris BRI
a. Mudah dalam mendapatkannya, yaitu bisa daftar mandiri melalui Aplikasi BRIMo, input pada website jadi merchant BRI atau datang ke unit kerja BRI terdekat
b. Cepat dalam melakukan transaksi pembayaran, yaitu tinggal scan Barcode QRIS BRI, baik QRIS statis yang di print/ tempel, maupun QRIS dari EDC BRI menggunakan Handphone pelanggan
c. Aman karena merchant dapat terhindar dari uang palsu dan mudah dalam melakukan monitoring transaksi karena setiap QRIS BRI dilengkapi dengan aplikasi BRI Merchant
Sadmiadi mengatakan QRIS sudah pasti telah memberikan kemudahan transaksi. "Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya transaksi melalui QRIS yang dilakukan masyarakat," katanya.
(mso/mso)