Nita Rahayu (39), warga Pangandaran, sukses membangun bisnis telur ayam yang kini menghasilkan omzet ratusan juta Rupiah per bulan. Kesuksesan ini tidak diraih dalam sekejap, melainkan melalui perjalanan panjang yang dimulai sejak tahun 2013.
Awal Mula Berbisnis Telur Ayam
Sebagai ibu dari tiga anak, Nita awalnya hanya berjualan makanan ringan dan kue di pasar. Namun, ia melihat peluang besar ketika saudara yang memiliki peternakan ayam petelur menawarkan telur untuk dijual.
"Awalnya saya punya grosir makanan ringan dan kue di pasar. Kemudian, saya tertarik menjual telur karena permintaan cukup tinggi," kata Nita kepada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya menjadi perantara, Nita memberanikan diri untuk beternak ayam petelur sendiri dengan modal kecil. "Saya mulai dengan 200 ekor ayam di kandang belakang rumah, modalnya pun masih terbatas," ujarnya.
Meski awalnya hasil panen tidak maksimal, Nita terus belajar dan mengembangkan usahanya. Ia tidak takut mengambil risiko, bahkan berani menjual telur dalam jumlah besar meskipun stoknya belum mencukupi.
"Saya tawarkan telur ke toko-toko, kalau stok kurang, saya ambil dulu dari peternak lain. Yang penting suplai selalu tersedia," ungkapnya.
Perjalanan Bisnis yang Semakin Berkembang
Usahanya terus berkembang hingga akhirnya bertemu dengan seorang peternak yang membantunya memperluas bisnis. Pada tahun 2018, setelah memiliki peternakan sendiri yang lebih besar, Nita berhasil mencatatkan pesanan hingga 7 ton telur ayam per minggu.
"Saat itu, permintaan terus meningkat, terutama dari toko dan hotel di Pangandaran. Saya juga memberikan harga khusus untuk mereka yang ingin menjual kembali," katanya.
Modal awal bisnisnya berasal dari tabungan pribadi sebesar Rp 10 juta hasil berjualan makanan ringan. Namun, berkat ketekunan dan strategi pemasaran yang tepat, usahanya semakin maju.
![]() |
Ujian Berat: Sakit Selama Lima Tahun
Di tengah kesuksesannya, Nita mengalami cobaan berat. Ia jatuh sakit selama lima tahun hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur.
"Ketika usaha sedang naik, saya justru jatuh sakit. Sampai tidak bisa melihat dunia luar, bahkan dapur rumah pun saya tidak tahu karena hanya bisa terbaring," ungkapnya.
Selama sakit, bisnisnya tetap berjalan berkat dukungan suami dan rekan-rekannya. Setelah pulih dua tahun lalu, Nita kembali bangkit dan semakin bersyukur atas pencapaiannya.
Omzet dari Bisnis Telur Ayam
Saat ini, bisnis telur ayam Nita semakin besar dengan volume pesanan mencapai 20 ton per bulan. "Kalau sedang ramai, bisa lebih dari itu. Omzetnya sekitar Rp 500 juta per bulan, meskipun tetap naik turun tergantung harga pasar," jelasnya.
Keberhasilan ini membuatnya semakin yakin untuk terus mengembangkan usaha. Bahkan, ia sering diundang oleh pemerintah daerah untuk mengikuti berbagai bazar di Kabupaten Pangandaran.
"Alhamdulillah, meski banyak cobaan, usaha ini masih bertahan dan berkembang hingga sekarang," katanya.
Dukungan Teknologi Pembayaran Digital
Untuk mempermudah transaksi, terutama di bazar dan pasar murah, Nita menyediakan layanan pembayaran digital melalui QRIS BRI.
"Kami selalu menyiapkan QRIS BRI karena lebih mudah dan praktis," ujarnya. Dengan QRIS, pengelolaan keuangan juga menjadi lebih rapi karena transaksi tercatat dengan baik.
Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, menjelaskan bahwa penggunaan QRIS semakin meningkat di kalangan UMKM karena prosesnya yang cepat, aman, dan efisien.
"Tahun 2023, transaksi QRIS BRI meningkat menjadi 8,9 juta, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya," katanya.
(yum/yum)