Seafood Krispi, Tumpuan Hidup Ade hingga Jadi Oleh-oleh Pangandaran

Seafood Krispi, Tumpuan Hidup Ade hingga Jadi Oleh-oleh Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Jumat, 28 Mar 2025 09:00 WIB
Seafood krispi Pangandaran.
Seafood krispi Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadiilah
Pangandaran -

Selain terkenal dengan olahan seafood atau boga bahari segarnya, Kabuapten Pangandaran, Jawa Barat, juga memiliki makanan khas yang cocok dijadikan oleh-oleh setelah berlibur.

Salah satu kuliner khas yang banyak diburu wisatawan adalah seafood krispi, camilan olahan laut yang digoreng dengan tepung hingga renyah. Rasanya yang gurih dan lezat menjadikannya pelengkap sempurna untuk berbagai hidangan.

Selain memiliki daya tahan hingga beberapa minggu, makanan khas ini juga kaya akan gizi. Hal ini karena bahan baku seafood krispi berasal dari ikan, kepiting, cumi, dan teri segar yang diperoleh langsung dari para nelayan setempat. Proses produksinya pun dilakukan di dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), menjamin kesegaran bahan yang digunakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan mengunjungi salah satu tempat produksi seafood krispi di Jalan Pantai Timur Pangandaran pada Selasa (18/3/2025) siang. Suara gemericik minyak dari wajan terdengar hingga luar dapur, menandakan aktivitas produksi yang sedang berlangsung.

Menariknya, wisatawan yang datang untuk membeli bisa langsung menyaksikan proses penggorengan seafood krispi di tempat tersebut. Bahkan, mereka diperbolehkan mencicipi terlebih dahulu sebelum membeli.

ADVERTISEMENT

"Di sini bisa coba semua jenis dulu sebelum beli. Kalau enak, boleh beli, kalau hanya ingin mencicipi juga tidak apa-apa," ujar Ibu Ade (55), salah satu pemilik toko seafood krispi.

Dalam sehari, toko milik Ibu Ade bisa mengolah 50 kilogram cumi, belum termasuk kepiting, ikan teri, dan rajungan. Saat akhir pekan atau musim liburan, jumlah produksi bisa meningkat drastis hingga ratusan kilogram per hari.

"Kalau weekend bisa lebih, sampai ratusan kilogram," katanya.

Menurutnya, jumlah produksi tidak selalu sebanding dengan hasil tangkapan nelayan. "Permintaan banyak, sementara cumi tidak selalu tersedia setiap hari. Jadi kalau ada, saya beli stok lebih banyak," ujarnya.

Perjalanan Bisnis Seafood Krispi

Sebelum menjual seafood krispi, Ibu Ade merupakan pedagang ikan asin di sekitar kawasan pantai. Sejak tahun 2000-an, ia mengandalkan ramainya wisatawan yang datang ke Pantai Pangandaran untuk berjualan.

Ia masih ingat saat belum banyak hotel berdiri, jumlah pedagang bisa dihitung dengan jari. Namun, bencana tsunami pada tahun 2006 sempat membuatnya vakum selama dua tahun. Barulah sekitar tahun 2009-2010, sektor pariwisata kembali menggeliat.

Suatu hari, wisatawan yang datang ke tokonya menanyakan apakah ada seafood yang siap disantap. Dari situ, Ibu Ade mendapat ide untuk menjual olahan seafood goreng.

"Awalnya wisatawan nanyain seafood goreng, lalu saya coba bikin cumi, ikan teri, dan ikan lainnya digoreng. Setelah beberapa minggu, banyak yang suka. Akhirnya saya buat varian baru, yaitu seafood krispi yang dibalut tepung terigu," ceritanya.

Kini, seafood krispi sudah menjadi oleh-oleh khas Pangandaran yang banyak dijual di berbagai toko. Namun, Ibu Ade tetap bersyukur karena rezeki setiap pedagang sudah diatur. "Sekarang banyak yang jual, tapi alhamdulillah rezeki tidak akan tertukar," katanya.

Seafood krispi Pangandaran.Seafood krispi Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadiilah

Harga dan Omzet Penjualan

Untuk harga, seafood krispy bervariasi tergantung jenisnya, misal cumi krispi harganya Rp130 ribu per 250 gram, Rp500 ribu per kilogram. Sementara itu, kepiting, ikan asin, rajungan harganya Rp50 ribu per 250 gram, Rp240 ribu per kilogram, Dan, Pembeli juga bisa membeli dalam jumlah kecil mulai dari Rp50 ribu

Dalam sehari saat hari biasa (weekdays), toko ini bisa meraup omzet sekitar Rp1 juta. Saat akhir pekan, pendapatan bisa melonjak hingga Rp5 juta per hari. "Kalau weekend bisa sampai Rp5 juta sehari, belum termasuk biaya produksi dan gaji karyawan," ungkapnya.

Saat ini, Ibu Ade dibantu oleh enam karyawan dan satu juru masak untuk mengelola usahanya.

Perjalanan Memulai Usaha dari Nol

Ibu Ade mengakui bahwa membangun usaha ini tidak mudah. Setelah tsunami 2006, banyak pedagang di Pantai Pangandaran yang mengalami kesulitan ekonomi, termasuk dirinya. Namun, pada tahun 2010, ia bertekad untuk bangkit kembali dengan modal awal sebesar Rp25 juta, yang ia pinjam dari Bank BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Alhamdulillah, saya bisa melunasi pinjaman dalam lima tahun dari hasil usaha ini. Sekarang usaha saya bisa berjalan dengan baik," katanya.

Kini, toko seafood krispi Ibu Ade menjadi salah satu pusat oleh-oleh khas Pangandaran yang terkenal. Salah satu keunggulannya adalah dapur penggorengan yang dibuat terbuka agar pelanggan bisa melihat langsung proses produksi.

"Biar wisatawan juga bisa lihat proses pembuatannya dan yakin kalau bahan yang digunakan segar," pungkasnya.

Pemberdayaan UMKM Melalui KUR BRI di Jabar

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah.

"Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi, melalui pesan WhatsApp.

Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.

Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.

Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 sampai dengan 2023.

"Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.

Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.

"Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads