Cerita Penumbuk Biji Melinjo di Indramayu yang Hidupi 9 Anak

Cerita Penumbuk Biji Melinjo di Indramayu yang Hidupi 9 Anak

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 13 Feb 2023 08:30 WIB
Para pekerja penumbuk melinjo di Indramayu.
Mutiah, tukang gedig melinjo di Indramayu. (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu - Kampung produksi keripik melinjo di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, banyak memberdayakan warga setempat. Hal ini dirasakan Mutiah (65) yang kini masih ikut menjadi penumbuk biji melinjo.

Meski sudah berusia senja, Mutiah masih bersemangat menumbuk setiap biji melinjo. Dengan kapak besinya, Mutiah hanya butuh dua kali tumbukan untuk membuat biji melinjo gepeng.

Bekerja menumbuk atau gedig melinjo itu sudah dilakoni Mutiah sejak muda. Tak hanya rasa pegal dan kesemutan karena berjam-jam duduk di tempat produksi, jarinya pun sering terkena tumbukan kapaknya sendiri ketika sedang tidak fokus.

"Ya sudah lama sejak masih muda, dari dulu ikut gedig di tempat produksi mana saja yang sedang dibutuhkan," kata Mutiah kepada detikJabar belum lama ini.

Bagi Mutiah, menjadi tukang gedig melinjo cukup membantu kebutuhan sehari-hari. Bahkan, hasil dari kerja tersebut, ia bisa membantu suaminya menghidupi 9 anaknya sampai dewasa.

"Dulu waktu pakai harian, kadang dapat Rp 11 ribu sehari, sudah dikasih cemilan sama makan," katanya.

"Sekarang Rp 4 ribu per kilogramnya, sehari bisa selesai 10 sampai 15 kilogram," lanjut Mutiah.

Para pekerja penumbuk melinjo di Indramayu.Para pekerja penumbuk melinjo di Indramayu. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Kini, aktivitas itu hanya dirasakan Mutiah beberapa hari saja. Sebab, selain tempat produksi banyak yang tutup, jumlahnya kian berkurang.

"Saya datang kadang jam 7 atau jam 9, sesempatnya aja sampai sore. Kalau lagi nggak ada produksi, ya kerja lainnya," ujarnya.

Proses Produksi Keripik Melinjo

Menumbuk biji melinjo seperti yang dilakukan Mutiah merupakan salah satu tahapan membuat keripik melinjo. Namun, proses pembuatan keripik melinjo dilakukan dengan beberapa tahap.

Mulanya, biji melinjo yang sudah bersih disangrai menggunakan wajan besar. Dengan campuran pasir, pekerja mengaduk biji itu selama beberapa menit hingga matang sampai kulit biji menghitam.

Setelah itu, biji yang sudah matang dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Proses ini dilakukan untuk mengupas kulit biji melinjo agar lebih mudah. Barulah kemudian ditumbuk hingga gepeng oleh para buruh gedig melinjo.

"Kalau lagi musim tandur atau panen tukang tumbuknya sedikit, maksimal paling 30 orang," kata perajin keripik melinjo, Tawinah.

Guna menjaga kualitas keripik, satu pekerja secara khusus menyortir hasil tumbukkan para pekerja. Hal itu dilakukan sambil menghitung hasil untuk menentukan besaran upah pekerja.

Selanjutnya, biji melinjo yang sudah gepeng itu dibawa ke tungku penggorengan. Sebelumnya, pekerja sudah menyiapkan racikan bumbu sebelum menggoreng biji melinjo.

"Setelah digoreng, melinjo dicampur dengan racikan bumbu. Racikannya pakai bawang putih dan lainnya. Kalau yang manis itu tinggal tambahkan gula terus di aduk," kata Tawinah. (iqk/orb)



Hide Ads