Sudah puluhan tahun Budi Prim merantau dari kampung halamannya di Kampung Cijambe, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut ke Kota Cirebon untuk menjual pigura di bantaran Sungai Sukalila. Pria Garut berusia 44 tahun itu mengaku kampung halamannya merupakan sentra pembuatan pigura. Nyaris setiap rumah memproduksi pigura, termasuk keluarga Budi.
"Emang kebanyakan yang jualan pigura di sini tuh orang Garut, soalnya dulu Garut itu jadi tempat pembuatan bingkai kayu, dari kecil juga saya sudah ikut buat bingkai di kampung, jadi nggak asing sama beginian mah. Dulu, hampir setiap orang di sana perajin. Jadi ibaratnya yang di kampung itu memproduksi, yang merantau itu menjualnya," tutur Budi, Senin (20/1/2025).
Budi memaparkan mulanya hanya berjualan pigura yang dibuat dari Garut. Namun, seiring berjalannya waktu, perajin bingkai kayu di Garut semakin sedikit, akibat hadirnya pabrik pembuatan pigura yang lebih besar. Adanya pabrik pigura, membuat perajin pigura yang masih menggunakan cara tradisional mulai tersisihkan. Imbasnya, penjual pigura tak lagi mengandalkan Garut sebagai pemasok barang. Namun, langsung dari pabrik pigura yang ada di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Budi, ada perbedaan yang signifikan antara pigura buatan tangan dan pabrik. Biasanya, pigura buatan tangan masih menggunakan kayu asli dengan waktu pembuatan cukup lama, namun untuk pigura pabrik pembuatannya cukup cepat dan hanya menggunakan bahan serat kayu fiber.
"Sekarang ngambilnya nggak di Garutnya, karena di Garutnya itu sudah mati suri termasuk di daerah saya, kalah sama yang di pabrik. Di Pabrik sehari bisa puluhan ribu keping pigura, tapi kalau pigura kayu yang dibuat di Garut, sehari paling cuman bisa 50 keping," tutur Budi.
Karena dari segi kualitas dan efisiensi lebih bagus buatan pabrik. Membuat banyak perajin pigura di Garut menjadi gulung tikar dan beralih profesi menjadi buruh tani. "Hilang total perajin pigura di desa saya itu 2014, itu sudah nggak gulung tikar semua, tadinya setiap hari bisa buat ribuan pigura atau bingkai, sekarang gulung tikar ganti profesi jadi tani. Saya juga nggak nyangka bakalan ada produk kayu fiber kayak gini," tutur Budi.
Penjualan Menurun
Ada banyak pigura yang dijual Budi, dari mulai kaligrafi, lukisan, hingga foto Presiden dan Wakil Presiden Prabowo dan Gibran. Budi sendiri sudah berjualan di bantaran sungai Sukalila sejak 2000. Menurutnya, bantaran Sungai Sukalila memang sudah sejak dulu dikenal sebagai pusat penjualan pigura di Cirebon.
"Saya jualan dari tahun 2000, sampai sekarang jadi penjual pigura, awal-awal masih ngambilnya dari Garut, baru sekitar 2013 mulai ngambilnya dari pabrik, di bantaran sungai sini ada 30 orang yang jualan bingkai pigura," tutur Budi.
Menurut Budi, sekarang penjualan pigura tidak seramai dulu, ia mencontohkan bagaimana penjualan pigura foto presiden menurun drastis dibandingkan 10 tahun yang lalu.
"Biasakan kalau bingkai tuh ramai pas musim kayak ganti presiden, tapi sekarang nggak sesuai prediksi, sepi, jauh dari harapan, bingkai presiden baru nggak terlalu laris, paling sehari cuman 40 sampai 50 bingkai," tutur Budi.
Padahal, dulu, ketika ganti presiden, Budi bisa menjual ratusan bingkai presiden dengan omzet mencapai puluhan juta rupiah per hari. "Nggak kayak pas zaman Jokowi sama SBY itu ramai, bisa sampai ribuan bingkai seminggu, seharinya minimal pisan habis 100 pasang lah, 1 pasang isinya 2 bingkai, 1 pasangnya Rp 100.000, jadi kalau di total itu bisa sampai Rp 10.000.000 sehari," tutur Budi.
Budi sendiri kurang tahu pasti apa penyebabnya kenapa daya beli masyarakat semakin menurun. Ia memperkirakan, kebanyakan orang tidak membeli bingkai, karena masih menggunakan pigura lama, yang diisi kembali dengan foto presiden terbaru. Meski tidak seramai dulu, Budi merasa masih cukup menghidupi keluarganya sehari-hari dari berjualan pigura.
"Anaknya 2 yang satunya sudah kerja, yang satunya masih sekolah, untuk sehari-hari masih ada yang beli, kayak 2 atau 3 bingkai kaligrafi, alhamdulillah cukup untuk kebutuhan sehari-hari mah," pungkas Budi.
(sud/sud)