Masa penjajahan Belanda di Indonesia meninggalkan catatan sejarah hingga peninggalan. Mulai dari bangunan rumah hingga benda-benda yang hingga kini masih berdiri kokoh bahkan masih digunakan.
Di Tasikmalaya, salah satu 'warisan' peninggalan Belanda merupakan kotak surat dan pagar besi. Di era milenial dan gen z saat ini, aktivitas surat menyurat sebagai alat komunikasi jarak jauh sudah ditinggalkan. Bahkan anak-anak muda saat ini banyak yang tidak mengalami atau bahkan tidak mengetahui bagaimana cara berkirim surat melalui jasa pos.
Kemajuan teknologi informasi telah menggantikan cara manusia modern berkomunikasi dalam perbedaan ruang dan waktu. Namun demikian, sisa-sisa peninggalan masa kejayaan surat menyurat itu hingga kini masih ada. Salah satunya adalah keberadaan kotak surat yang umumnya berada di pusat kota dan di depan Kantor Pos sebagai operator surat menyurat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan kotak surat berukuran besar itu hingga kini masih kokoh berdiri, hampir di semua daerah ada. Termasuk di depan Kantor Pos Tasikmalaya. Benda kotak dengan tinggi sekitar 160 cm itu masih berdiri kokoh. Di bagian depannya tertulis Brievenbus, istilah Belanda yang berarti kotak surat.
Sementara di bagian samping tertulis "Diepenbrock & Reigers Ulft - 1915". Dikutip dari berbagai dokumen pemerintahan Hindia Belanda, Diepenbrock en Reigers Ulft atau DRU ini merupakan pabrik yang memproduksi kotak surat tersebut. Sementara angka 1915 merujuk kepada tahun pembuatan kotak surat itu. Ya, dengan demikian di tahun 2024 ini usia kotak surat tersebut sudah 109 tahun.
![]() |
DRU merupakan perusahaan penghasil dan pengolahan besi yang didirikan pada tahun 1754 di Ulft Belanda. Hingga kini pabrik itu masih beroperasi memproduksi berbagai produk berbahan logam.
"Kuat dan awet, mungkin terbuat dari baja berkualitas tinggi. Bayangkan saja selama satu abad lebih berada di luar ruangan, terkena hujan dan panas, tapi kotak surat ini masih kokoh," kata Irman Sukmana, salah seorang warga yang mengamati kotak surat di depan Kantor Pos Tasikmalaya, Kamis (16/5/2024).
Selain di depan Kantor Pos, kotak pos serupa juga terdapat di Jalan Mayor Utarya Kota Tasikmalaya atau di bagian belakang gedung Kantos Tasikmalaya. Namun ukurannya berbeda, sedikit lebih kecil dengan tahun pembuatan yang lebih tua, yakni 1911.
Selain kotak pos, benda logam lain yang juga peninggalan Belanda dan berusia lebih dari satu abad adalah pagar dan konstruksi jembatan sungai Cimulu yang berada di dekat stasiun kereta api Kota Tasikmalaya. Pagar besi di jembatan kecil itu ditaksir berusia lebih dari 100 tahun. Dugaan itu merujuk kepada foto lawas kawasan stasiun KA Tasikmalaya yang menampilkan bentuk serupa pagar jembatan Cimulu tersebut.
"Terkadang benda-benda bernilai sejarah ini luput dari perhatian, padahal walau pun dianggap tak seberapa tapi sebenarnya penuh makna," kata Dudu Risana, salah seorang pegiat sejarah di Kota Tasikmalaya.
![]() |
Selain sebagai penanda sejarah, menurut Dudu benda-benda itu menunjukkan kualitas produk-produk jaman dulu memiliki daya tahan yang bagus. "Ketika menggarap fasilitas publik orientasinya jangka panjang, mulai dari konstruksi besar seperti jembatan kereta api Cirahong sampai jembatan sungai kecil seperti Cimulu ini dibangun dengan sangat kokoh," kata Dudu.
(dir/dir)