Hari Raya Idul Fitri biasanya dimanfaatkan oleh sejumlah warga untuk menziarahi kuburan dari keluarga atau kerabat tercinta. Di balik tradisi itu ada segelintir yang meraup cuan dari peziarah yang datang.
Itulah yang dirasakan Sari saat ini. Wanita paruh baya ini memanfaatkan momen Lebaran dengan berjualan bunga di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rancacili, Kota Bandung.
Bunga jenis mawar, aster hingga sedap malam dijajakan Sari di atas sebuah meja. Dia menjual bunga itu seharga Rp 10-15 ribu per tangkainya. Selain itu, Sari juga menjual air dan juga bunga tabur serta rampe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga yang datang ke TPU Rancacili yang hendak melakukan ziarah kubur silih berganti membeli bunga yang dijual oleh Sari.
"Alhamdulillah ramai, semoga semakin banyak yang belinya," kata Sari kepada detikJabar di TPU Rancacili, Rabu (10/4/2024).
Sari yang merupakan warga Rusun Rancacili mengungkapkan, dia berjualan bunga bersama anak dan suaminya. Selain itu, warga yang merupakan penghuni Rusun Rancacili lainnya juga turut berjualan bunga.
"Musiman kalau jualan bunga, biasanya kita jualan seminggu sebelum puasa atau sebelum munggah dan di Hari Lebaran hingga seminggu setelah Lebaran," ungkapnya.
Baca juga: 128 Warga Binaan Jabar Bebas di Hari Lebaran |
Sari menyebut, dalam sekali berjualan di periode Lebaran, dia mengeluarkan modal sekitar Rp 500 ribu dan dibelikan bunga beragam jenis.
"Belinya ke pengepul, modal Rp 500 ribu, keuntungan alhamdulillah bisa dua kali lipat," ujarnya.
Keuntungan bisa mencapai tiga kali lipat, tergantung pembeli. Karena menurutnya, tak jarang ada pembeli yang menawar bunga yang dijual.
"Alhamdulillah berkah, apalagi kalau cepat habis, bisa cepat beli lagi," ujarnya.
Berkah Lebaran juga dirasakan oleh penjual bunga lainnya bernama Atikah. Sama dengan Sari, Atikah juga merupakan warga Rusun Rancacili dan memilih berjualan bunga di Hari Lebaran.
"Saya jual bunga Rp 10 ribuan, ada yang Rp 15 ribuan kaya sedap malam, terus bunga tabur ini Rp 5-10 ribuan," ujarnya.
"Keuntungan alhamdullilah dapat. Kalau ini bunga yang saya jual punya kakak, ramai yang beli," pungkasnya.
Cuan dari Bersih-bersih Makam
Sementara itu, Ratna (46) yang merupakan warga sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kemlaten Kota Cirebon yang meluangkan waktu sebagai pembersih makam saat tiba momen ziarah seperti sekarang.
Berbekal sapu lidi dan sejumlah perangkat kebersihan lainnya, dalam langkahnya di lingkungan pemakaman Kemlaten ia bersama kelompoknya selalu menawarkan jasa kepada setiap peziarah.
"Hampir semua masyarakat disini ikut membersihkan makam," kata dia kepada detikJabar saat ditemui di pemakaman Kemlaten, Rabu (10/4/2024).
Setiap menawarkan jasa kepada peziarah, ia menyampaikan tidak pernah mematok harga. Ia bersama kelompoknya hanya mengandalkan bayaran seikhlasnya dari setiap peziarah di pemakaman tersebut.
"Kalau bayaran seikhlasannya aja dan dibagi dengan kelompok saya yang jumlahnya orang 10," paparnya.
![]() |
Dalam sekali membersihkan makam saat peziarah datang, ia mengaku tidak pernah mendapatkan bayaran upah yang pasti mulai dari Rp20.000 sampai Rp100.000.
"Rata-rata peziarah yang datang kesini dari luar kota, jadi kalau ngasih mulai dari Rp20.000 sampai Rp100.000," terangnya.
Sejak dua hari yang lalu, ia rela berhenti berjualan seblak dan memilih menjadi jasa pembersih makam.
"Ya udah biasanya sih jualan seblak, saya libur dulu soalnya kan makam rame sama peziarah," ungkapnya.
Dalam setiap momen ini selama ia membersihkan makam mulai beraktivitas sejak pukul 06.00 - 18.00 WIB.
"Biasanya sih pagi rame pengunjung makamnya, jam 06.00 saya dari rumah sampe maghrib," tuturnya.
Ia mengaku sudah menjalankan kegiatan sejak 14 tahun terakhir dan biasanya membersihkan makam dari rumput serta menyapu daun-daun kering yang berada didekat makam.
"Udah lama banget saya jadi pembersih makam pas momen-momen seperti ini kurang lebih 14 tahun. Alhamdulillah saya bisa mendapatkan uang sebesar Rp150-200 ribu/hari," jelasnya.
Sementara itu, salah seorang peziarah Tutiek (52) mengaku jasa pembersih makan sangat membantu saat hendak melakukan ziarah ke makam orang tuanya.
"Sangat ngebantu banget, jadi saat ziarah kondisi makam udah bersih dan enak buat berdoanya," tuturnya.
Peziarah dari Jakarta ini menyampaikan jika sebelum puasa Ramadan dan saat Idulfitri ia bersama keluarganya rutin melakukan ziarah ke makam orang tuanya.
"Kalau dibilang udah tradisi di keluarga saya, pokoknya kalau Idulfitri saya selalu nyekar kesini," ungkapnya.
(yum/yum)