Banjir bandang akibat amukanS Sungai Cidadap pada Kamis (6/3/2025) malam, merusak jembatan di jalan nasional. Kondisi itu membuat akses kendaraan roda empat terputus hingga hari ini. Ternyata tidak hanya itu, arus deras juga meluluhlantakkan permukiman di bantaran sungai.
Malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi warga yang tinggal di bantaran Sungai Cidadap, Kampung Bojongkopo, Desa Loji, Kecamatan Simpenan. Banjir bandang datang begitu cepat, menghancurkan rumah, warung, hingga penggilingan padi.
Empat rumah hanyut, termasuk milik Ningrum (39) dan Tini (60), yang kini hanya bisa mengenang rumah mereka yang lenyap dalam hitungan menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditemui detikJabar Ningrum terlihat hanya mengenakan daster merah, handuk dililitkan di kepalanya. Ia tampak berjalan di antara puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah. Wajahnya terlihat muram, tangannya memegang kain yang tampaknya merupakan satu-satunya barang yang tersisa dari rumahnya yang hanyut.
"Hanya ini yang tersisa, pakaian yang nempel di badan," lirihnya saat ditemui detikJabar, Rabu (12/3/2025).
Ningrum menceritakan detik-detik sebelum banjir datang menyapu rumahnya, ia sedang berada di rumah bersama dua anaknya. Seperti warga lainnya yang tinggal di bantaran sungai, ia sudah terbiasa melihat air sungai naik saat hujan deras. Namun, malam itu berbeda.
"Biasanya air besar itu naiknya pelan, tapi ini tiba-tiba datang. Habis buka puasa, orang-orang lagi tarawih, anak-anak saya tidur di kamar depan," cerita Ningrum.
Saat pertama melihat ke luar, air masih berjarak beberapa langkah dari pintu rumahnya. Ia pun sempat berteriak ke adiknya yang tinggal tak jauh dari rumahnya untuk keluar dan melihat situasi.
"Pas balik lagi ke rumah, air sudah nyampe pintu. Saya langsung lari selamatin anak," katanya.
Dalam hitungan menit, air semakin meninggi dan arusnya semakin deras. Ningrum berusaha kembali ke rumahnya untuk menyelamatkan barang-barang, namun semua sudah terlambat.
"Pas balik lagi, airnya udah nyampe jendela. Rumah langsung kebawa arus. Mungkin sekarang sudah di laut kali," tuturnya.
![]() |
Rumahnya yang terdiri dari dua kamar, satu ruang tengah, dan dapur, lenyap begitu saja. Semua barang berharga, termasuk dokumen penting, ikut hanyut. Kini, yang tersisa hanya pakaian yang ia kenakan saat itu.
"Belum ke data sama BPBD, enggak tahu gimana nanti," ucapnya pasrah.
Kisah serupa dituturkan Tini (60), warga lainnya, saat banjir menerjang, ia sedang berada di rumah bersama keluarga.
"Posisi saya ada di bawah, di rumah. Tiba-tiba lihat air langsung membesar. Itu sekitar jam 19.30 WIB," kenangnya.
Air yang tiba-tiba naik membuatnya tak sempat menyelamatkan barang-barang. Empat motor miliknya hilang terseret arus. Begitu pula dengan warung yang ia kelola dan rumah tempatnya tinggal.
"Semua habis, tinggal baju yang dipakai. Rumah sama warung juga hilang," ucapnya sambil terisak.
Kini, ia bersama keluarganya yang terdiri dari lima orang, termasuk cucunya, tak punya tempat tinggal lagi. Harapannya hanya satu: bisa bangkit kembali dari keterpurukan.
"Tolonglah dibantu, biar bisa seperti semula lagi. Enggak punya apa-apa sekarang, semua habis," kata Tini dengan suara bergetar.
Pantauan detikJabar, banjir menyisakan pohon-pohon yang akarnya tercerabut berdiri di antara tumpukan lumpur dan kayu-kayu besar yang terbawa arus. Beberapa warga terlihat berkerumun, tampaknya tengah berusaha menyelamatkan sisa-sisa barang yang masih bisa digunakan. Beberapa pakaian dijemur di atas pagar dan pepohonan, menunjukkan bagaimana mereka bertahan di tengah kondisi yang sulit.
Seorang pria berdiri di depan rumah yang sebagian ruangannya terbawa hanyut banjir atapnya terlihat sudah miring akibat terkikis derasnya arus sungai. Dinding rumah tampak retak besar, sementara atap yang sebelumnya kokoh kini nyaris ambruk. Sungai yang meluap tampak di latar belakang, menandakan betapa dekatnya ancaman banjir bandang bagi rumah-rumah yang berdiri di sepanjang aliran sungai.
Banjir bandang yang melanda bantaran Sungai Cidadap bukan hanya menghanyutkan empat rumah, tapi juga merusak satu penggilingan padi, warung, dan gudang penyimpanan hasil panen warga. Jembatan utama di jalan nasional yang menjadi akses vital juga amblas, membuat arus lalu lintas lumpuh total hingga hari ini.
Hingga kini, warga terdampak masih menunggu bantuan lebih lanjut, terutama kebutuhan pokok seperti makanan, air bersih, dan tempat tinggal sementara bagi mereka yang kehilangan rumah.
(sya/yum)