Pantauan detikJabar di lokasi, sejumlah material seng dari atap pabrik tampak masih ada yang masih berserakan di tepian ruas jalannya. Beberapa bangunan pabrik tampak mengalami kerusakan di bagian dinding dan atapnya yang mayoritas bermaterialkan seng.
Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Dinkes dan pihak terkait lainnya diterjunkan untuk penanganan di sana. Dua tenda pun didirikan di titik lokasi tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Atang Sutarno mengatakan, jumlah pabrik di kawasan Dwipapuri yang terdampak jumlahnya ada 13 pabrik. Sementara yang di luar kawasan Dwipapuri ada 12 pabrik.
"Kita saat ini masih mengutamakan assessment soal keselamatan jiwa dulu, kita belum assessment kerusakan di dalam pabrik," ungkap Atang kepada detikJabar di lokasi, Kamis (22/2/2024) siang.
Disinggung soal ada tidaknya korban luka di kawasan pabrik, dikatakan Atang, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan terkait hal tersebut. Hal itu lantaran kawasan pabrik memiliki SOP (Prosedur Operasi Standar) tersendiri.
"Saat ini kami belum menerima laporan (ada tidaknya korban luka) dari kawasan pabrik karena mereka punya cara atau SOP sendiri," ujarnya.
Sementara untuk jumlah warga di permukiman yang mengalami luka ringan, sambung Atang, jumlahnya ada 8 orang. "Semuanya atau 8 orang itu luka ringan," terangnya.
Adapun data terbaru terkait jumlah permukiman warga yang terdampak, diakui Atang, sejauh ini pihaknya masih melakukan pendataan sehingga data pastinya belum diketahui. Namun, diperkirakan angkanya mencapai ratusan rumah.
"Untuk jumlah pastinya belum dapat kami sampaikan tapi kemungkinan dikisaran ratusan rumah," tuturnya.
Atang menambahkan, berdasarkan hasil rapat bersama Forkopimda maka untuk penanganan selanjutnya yakni disepakati bahwa 7 hari ke depan diberlakukan status tanggap darurat.
"Tujuh hari ke depan kita berlakukan status tanggap darurat," ucapnya.
Sementara itu, kondisi permukiman warga yang dikelilingi pabrik atau berada di kawasan industri Dwipapuri pun turut mengalami kerusakan cukup parah usai diterjang angin puting beliung.
Salah satunya rumah milik Susilawati (49) di Dusun Situbuntu, Desa Mangunharga, Kecamatan Cimanggung.
"Rumah saya bagian atapnya habis semuanya dan bagian bawahnya basah kuyup lantaran setelah angin puting beliung kemudian dilanjutkan dengan hujan deras," ungkapnya.
Rumah Susilawati sendiri dihuni oleh tiga keluarga, yakni ia dan suaminya serta dua keluarga dari kedua anaknya. Dari keluarga tersebut, ada tiga orang di antaranya mengalami luka ringan.
"Keponakan saya terluka sampai harus dijahit 6 jahitan, kemudian satu orang lainnya luka di bagian kepala karena benturan sedikit sobek, dan satu orang lagi luka memar di bagian tangannya," terangnya.
Kini keluarga Susilawati sendiri terpaksa harus mengungsi sementara ke sebuah musala sambil menunggu rumahnya diperbaiki. "Semalam kita semua tidur di musala karena kebetulan musala utuh tidak terkena dampak," ucapnya.
Ia menyebut, jumlah rumah yang terdampak di dusun Citubuntu ada sekitar 12 rumah. Kerusakannya sendiri rata-rata menimpa di bagian atapnya.
Sekadar diketahui, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap kejadian bencana alam yang melanda wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung hingga Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2/2024) sore. BRIN menyebut bencana tersebut merupakan angin tornado.
Hal itu diungkap peneliti BRIN, Erma Yulihastin. Erma menyebut dari analisa BRIN terhadap fenomena alam yang melanda perbatasan Bandung dan Sumedang kemarin, bukanlah fenomena angin puting beliung.
"Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," kata Erma yang merupakan peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di BRIN saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (22/2/2024).
(sud/sud)