Rabu (4/12/2024) pagi itu, Ineu Damayanti (38) serius melihat informasi melalui gawainya yang mengabarkan sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi terdampak bencana akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12). Ia tidak sadar, hari itu Sungai Cimandiri juga meluap.
Sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai merayap masuk ke dalam rumah Ineu. Awalnya hanya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri yang meluap terus meninggi hingga akhirnya menenggelamkan seluruh ruangan rumahnya.
Banjir yang terjadi itu merupakan dampak dari hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi selama dua hari berturut-turut. Sungai Cimandiri meluap dan merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banjir mulai menggenangi rumah warga sekitar pukul 06.00 WIB. Ada sekitar 20 rumah yang terendam, namun alhamdulillah sejauh ini tidak ada korban jiwa maupun luka. Kerugian lebih pada materiil," ungkap Gingin Ginanjar, relawan Tagana Kecamatan Simpenan, menjelaskan situasi terkini di lokasi.
Proses evakuasi dilakukan secara mandiri oleh warga dengan bantuan relawan yang sudah berada di lapangan. "Untuk evakuasi, masyarakat melaksanakannya sendiri, dibantu beberapa relawan yang memang sudah ada di lokasi," jelas Gingin.
Kembali ke Ineu, di tengah air nyaris setinggi dua meter yang menerjang, ia nekat berenang demi menyelamatkan baju sekolah anaknya. Aksi Ineu itu terekam kamera detikJabar yang datang ke lokasi kejadian.
"Saya cuma kepikiran, kalau baju sekolahnya basah, anak saya nggak bisa ikut ulangan," ucap Ineu sambil mengingat kejadian yang baru pertama kali dialaminya itu kepada detikJabar.
Dalam video itu, Ineu terlihat berenang perlahan menyusuri banjir. Tepat di depan tembok bangunan rumah, ia terlihat memanjat dan masuk ke dalam rumah.
Seraya membersihkan genangan lumpur di dalam rumahnya. Ineu bercerita air mulai menggenangi rumahnya sekitar pukul 08.00 pagi. Awalnya hanya setinggi lutut, tapi perlahan naik hingga menenggelamkan seluruh ruangan. Ineu yang panik, melihat barang-barangnya mulai hanyut terbawa arus.
"Saya berenang dari rumah tetangga, Pak Buyok, menuju rumah sendiri. Baru belajar berenang sedikit-sedikit, tapi alhamdulillah bisa. Yang penting baju anak selamat," katanya dengan senyum getir.
![]() |
Dalam bencana itu, Ineu tak sempat menyelamatkan barang-barang lain. Mesin cuci, kipas angin, hingga kasur terendam dan rusak. "Yang penting keluarga selamat. Tapi ya, anak saya harus tetap sekolah," ujarnya sambil menunjuk tumpukan baju yang berhasil ia selamatkan.
Bencana menerjang di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi, nyaris merata. Catatan terakhir yang diperoleh detikJabar, tercatat 10 orang meninggal dunia dan dua lainnya masih dalam pencarian akibat bencana alam di berbagai wilayah.
Korban meninggal dunia sebagian besar berasal dari Kecamatan Simpenan, Tegalbuleud, dan Ciemas. Berikut identitas korban yang telah terkonfirmasi:
• Dappa (11), Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
• Ade Wahyu (11), Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
• Elma Ayunda (27), Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
• Sahroni (50), Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
• Dadang (60), Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas.
• Euis (44), Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud.
• Siti Hamidah (8), Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
• Resti (23), Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud.
• Santi (2), Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud.
• Emah (50), Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung.
Sementara itu, dua orang dilaporkan hilang dan masih dalam proses pencarian oleh tim gabungan BPBD Kabupaten Sukabumi dan relawan. Identitas korban hilang adalah:
• Eros (80), Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud.
• Ojang (53), Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran.
Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, mengungkapkan bahwa tim terus bekerja keras melakukan evakuasi dan pencarian korban di tengah kondisi cuaca yang masih tidak menentu.
"Kami fokus pada pencarian korban yang hilang dan memberikan bantuan kepada warga terdampak. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, serta relawan dikerahkan di lokasi-lokasi terdampak," ujarnya.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.
Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, dengan tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah menjadi bencana utama yang merusak.
Di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, tanah longsor dan pergerakan tanah berdampak pada rumah-rumah warga rusak dan sebagian tanah persawahan terkikis, membuat beberapa warga terpaksa mengungsi.
Di Desa/Kecamatan Ciemas tanah longsor membuat beberapa titik jalan utama terputus akibat longsor besar, menghambat akses transportasi. Lalu di Kecamatan Tegalbuleud banjir dan angin kencang berdampak di Desa Rambay dan Desa Bangbayan. Banjir merendam permukiman warga, sementara angin kencang merusak atap rumah dan fasilitas umum.
Lalu di Kecamatan Gegerbitung, Desa Karangjaya, beberapa rumah rusak akibat pergeseran tanah yang mempengaruhi pondasi bangunan. Di Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran banjir besar yang terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi, ditambah longsor yang menutup akses jalan menuju desa.
(sya/dir)