Ini yang Dirasakan Warga Sebelum Tornado Terjang Sumedang

Ini yang Dirasakan Warga Sebelum Tornado Terjang Sumedang

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Kamis, 22 Feb 2024 10:00 WIB
Angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang
Angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang (Foto: Istimewa)
Sumedang -

Sebelum azan subuh, Rabu (21/2/2024), kawasan Bandung Timur sudah diguyur hujan. Yang turun, adalah hujan dengan intensitas sedang. Hujannya tidak lama. Begitu azan bergema, hujan reda.

Namun, anomali udara terasa. Meski hujan, udara membuat gerah. Bulir-bulir keringat menyembul dari pori-pori kulit dahi. Sedikit lebih banyak bergerak, keringat makin banyak. Hal itu dapat dirasakan di antaranya di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang.

Reda hujan cukup lama, hingga ada hujan lagi sekitar pukul 05.30. Hujan yang ini deras. Hujan berlangsung hingga pukul 08.30.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lagi-lagi, meski hujan. Sedikit sekali nuansa dingin yang terasa. Kebanyakan gerahnya. Hingga hujan betul-betul berganti panas matahari.

Matahari menyala dengan normal. Sinarnya cukup untuk menjemur pakaian basah baru dicuci hingga kering pada siang hari. Cerah. Cuaca cerah hingga pukul 14.30.

ADVERTISEMENT

Pada saat hujan pun udara terasa panas. Saat tak hujan, udara lebih panas. Pakaian tipis pun tak mempan untuk memerangkap angin ke badan.

Pukul 15.15, terjadi hujan poyan. Hujan, tapi sinar matahari masih terang. Sepuluh menit kemudian, matahari redup. Situasi lebih gelap.

Sekitar pukul 15.30, ketika hujan deras, dari Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, detikJabar melihat di arah barat menuju ke timur, angin puting beliung melenggang di langit.

Angin itu, nyatanya baru saja mengamuk di kawasan Desa Cuitamulya, Jatinangor merambat ke desa lainnya hingga ke Desa Sukadana, Cimanggung.

Sejumlah pabrik dan rumah warga dilaporkan rusak. Kios pedagang kaki lima gerobak, dan truk-truk di kawasan industri juga banyak yang roboh dan terguling disapu angin.

Ciri dan Gejala Angin Puting Beliung

Brosur BPBD Kota Denpasar tentang angin puting beliung atau small tornado menyebutkan udara panas dan gerah memang menjadi ciri utama angin dengan daya rusak tinggi itu akan datang ke suatu wilayah.

Angin puting beliung sendiri merupakan angin yang berembus dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer per jam, yang bergerak dengan garis lurus dalam tempo 5-10 menit.

"Angin ini dapat menghancurkan apa saja. Karena dengan pusarannya benda-benda yang dilewatinya akan terangkat dan terlempar," tulis brosur itu.

Ada sejumlah ciri atau gejala yang perlu dicatat sebagai pengetahuan akan datangnya angin puting beliung:

1. Udara panas dan gerah.

2. Di langit tampak ada pertumbuhan awan kumulus (awan putih bergerombol berlapis-lapis).

3. Awan tiba-tiba berubah dari warna putih menjadi hitam pekat (awan Cumulonimbus).

4. Ranting pohon dan daun-daun bergoyang cepat karena tertiup angin yang terasa sangat dingin.

5. Jika fenomena ini terjadi, kemungkinan besar hujan disertai angin kencang akan datang.

Terbentuknya Angin Puting Beliung

Brosur BPBD Denpasar menyebutkan proses terjadinya angin puting beliung adalah karena gesekan udara panas dan dingin secara vertikal.

"Proses terjadinya angin puting beliung biasanya terjadi pada musim pancaroba. Pada siang hari suhu udara panas, pengap dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertical. Selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan tinggi menghembus kepermukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak," tulis brosur itu.

Penjelasan BMKG

Angin puting beliung melanda kawasan di perbatasan Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore. Video amatir detik-detik terjangan angin puting beliung beredar luas di media sosial.

Dalam video yang beredar, terlihat terjangan angin puting beliung meluluhlantakkan area yang dilintasinya. Dari video itu dinarasikan, angin puting beliung terjadi di kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menganalisa kejadian angin puting beliung tersebut. Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menuturkan, terjangan angin puting beliung terjadi sekitar pukul 16.00 WIB.

"Angin puting beliung mengakibatkan atap rumah warga di Kecamatan Jatinangor berterbangan. Angin puting beliung merobohkan pagar PT. Kahatex, Bandung," ucap Rahayu dalam keterangan tertulisnya.

Dia menyebut, saat terjadinya puting beliung tersebut, kawasan di perbatasan Bandung-Sumedang sedang dilanda hujan dengan intensitas yang masuk ke kategori ekstrim. Menurutnya puting beliung terjadi karena adanya pertumbuhan awan CB yang disertai angin kencang.

"Tampak hujan ekstrim dari radar lokasi kejadian. Puting beliung merupakan dampak ikatan pertumbuhan awan CB dan berlanjut hujan lebat disertai angin kencang tiba-tiba dengan durasi singkat dan skala lokal," jelasnya.

Lebih lanjut, dari hasil analisa cuaca sementara, BMKG menyebut jika suhu air laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat. Hal ini mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia, termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Hal ini selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 Mb yang relatif basah yakni antara 45-95%.

Selain itu, terpantau juga adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Kondisi ini menurutnya mampu meningkatkan pertumbuhan awan disekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.

"Indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal," ujar Rahayu.

Masih kata Rahayu, BMKG telah membuat peringatan dini cuaca ekstrim di Jabar per tanggal 21 Februari 2024 mulai pukul 11.30 hingga 16.40 WIB sebanyak 4 kali. "Untuk wilayah terdampak kejadian cuaca ekstrim bencana hidrometeorologi masih kami pantau hingga saat ini," pungkasnya.

Tornado Pertama di Indonesia?

Dikutip dari CNN Indonesia, Ahli klimatologi membuka opsi bahwa bencana angin kencang yang merusak banyak bangunan di Sumedang-Bandung sebagai tornado.

"Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia? KAMAJAYA sudah memprediksi "extreme event" 21 Februari 2023," kicau Erma Yulihastin, pakar klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam unggahannya di Twitter, Rabu (21/1).

"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini."

Simak Video 'Mengenal Perbedaan Tornado, Puting Beliung dan Waterspout':

[Gambas:Video 20detik]

(yum/yum)


Hide Ads