Cerita Awal Mula Wildan Pergi ke Luar Negeri hingga Jadi Korban TPPO

Cerita Awal Mula Wildan Pergi ke Luar Negeri hingga Jadi Korban TPPO

Whisnu Pradana - detikJabar
Rabu, 07 Feb 2024 16:48 WIB
Warga KBB Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar
Warga KBB Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung Barat -

Wildan Rohdiawan,warga Kampung Bantar Gedang, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myawaddy, Myanmar.

Hal itu berawal dari penawaran bekerja di luar negeri yang sudah lama diidamkan pria 36 tahun tersebut. Malang tak dapat ditolak, Wildan harus menjalani kehidupan pahit di negara orang.

Yulia Rosiana (34), adik kandung Wildan bercerita awal mula kakak pertamanya itu bisa berakhir di Myanmar. Bermula di tahun 2020, saat Wildan menaruh minat bekerja di Korea Selatan. Ia kemudian menjalani kursus bahasa Korea di salah satu LPK di Kabupaten Sukabumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya itu ditawari sama teman sekolahnya, mau nggak kerja di Korea? Kakak akhirnya mau, kemudian masuk LPK di Sukabumi," kata Yulia saat ditemui di kediamannya, Rabu (7/2/2024).

Namun pandemi COVID-19 yang melanda, membuat rencana Wildan berangkat ke Korea Selatan itu urung terlaksana. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi guru honorer di salah satu sekolah di KBB.

ADVERTISEMENT

"Ke Korea itu rencananya ditempatkan di manufaktur perakitan HP. Waktu itu, proses kakak saya mau ke luar negeri sudah secara legal dan terdaftar di BP2MI, dan BNP2TKI. Tapi gagal karena COVID-19, daripada nganggur akhirnya jadi honorer dulu (guru)," kata Yulia.

Di tahun 2021, LPK tersebut memberi kabar bahwa keberangkatan ke Korea Selatan kembali dibuka. Wildan diminta uang Rp20 juta agar bisa berangkat ke negeri ginseng tersebut.

"Mungkin habis lebih dari Rp20 juta, tapi waktu itu juga lama nggak berangkat-berangkat. Akhirnya disarankan ke Thailand dulu, karena katanya masih anak perusahaan yang di Korea. Nah akhirnya November 2022 itu kakak saya berangkat ke Thailand," ujar Yulia.

Sesampainya di Thailand, Wildan masih sempat berkomunikasi dengan keluarga. Namun beberapa hari berselang, jalinan komunikasi itu menjadi tak intens lagi. Wildan jarang membalas pesan keluarganya.

"Jadi komunikasi nggak lancar, kadang dibalas kadang nggak. Kalau diminta foto nggak pernah kasih. Keluarga kan resah, curiga juga. Sempat putus komunikasi, nah baru di Juni 2023 kakak itu mulai cerita. Keluarga kaget, ternyata dia bukan di Thailand, tapi ada di Myanmar. Dia minta dipulangkan, sudah nggak tahan di sana," ujar Yulia.

Pada keluarga, Wildan bercerita ia kerap mendapat penyiksaan fisik. Mulai dari pemukulan, dijemur di bawah terik matahari, hingga disetrum. Perusahaan tempat Wildan bekerja meminta tebusan agar ia bisa pulang.

"Ternyata kakak saya bukan kerja di manufaktur HP, tapi di sana jadi scammer. Dia kerja itu sehari 20 jam, kalau ketiduran disiksa. Makanya keluarga di situ panik. Apalagi perusahaannya bilang kalau mau pulang harus bayar denda Rp150 juta. Kita orang kecil darimana uang segitu," kata Yulia.

Lantaran tak kunjung dituruti, perusahaan itu kemudian menjual Wildan ke perusahaan lainnya dengan harga USD6.000. Wildan tak juga selamat, bahkan kondisinya kian menyedihkan.

"Katanya diancam dimasukkan ke ruang bawah tanah, disekap di situ. Nggak bisa kabur soalnya dijaga sama semi militer. Kalau mau keluar, harus bayar seharga itu (USD6.000) dan 3 orang sebagai ganti Wildan," ujar Yulia.

Pihak keluarga kemudian melapor kesana ke sini. Ia berharap kakaknya bisa segera dipulangkan. Ia bahkan sempat berkomunikasi dengan warga Cimahi korban TPPO di Myawaddy, Myanmar yang berhasil dibebaskan pemerintah pada pertengahan Mei 2023 lalu.

"Saya komunikasi sama keluarga Novi (korban TPPO di Myanmar asal Cimahi). Diminta supaya jangan kasih uang tebusan. Karena memang kasusnya sama banget, jadi scammer di Myawaddy. Mudah-mudahan bisa segera dipulangkan," kata Yulia.




(dir/dir)


Hide Ads