BMKG menyebut penyebab gempa Cianjur pada 21 November 2022 lalu disebabkan patahan di Sesar Cugenang. Sesar itu baru teridentifikasi setelah gempa bumi di Cianjur. Saat ini para pakar masih terus melakukan penelitian terhadap Sesar Cugenang yang disebut BMKG menjadi penyebab kehancuran di Cianjur.
Pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan, pertemuan yang membahas gempa Cianjur telah dilakukan beberapa waktu lalu dengan melibatkan BMKG dan para pakar. Hasilnya, disetujui jika sebab gempa Cianjur bukan karena aktivitas pada Sesar Cimandiri seperti yang banyak diperkirakan di awal.
Baca juga: Muncul Sesar Cugenang Usai Gempa Mengguncang |
"Iya dalam pertemuan dengan BMKG beberapa hari lalu, bersama beberapa pakar, termasuk saya juga, kita setuju bahwa gempa (Cianjur) lalu tidak terjadi pada bidang utama sesar Cimandiri, itu bagian dari sistem sesar Cimandiri tidak di bidang utamanya," kata Irwan saat dihubungi detikJabar, Rabu (14/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan itu terdapat perbedaan soal sebab gempa yang menurut BMKG terjadi karena Sesar Cugenang. Irwan mengungkap masih perlu waktu untuk memastikan soal sesar yang jadi penyebab terjadinya gempa berkekuatan M 5,6 itu. "Hanya dalam diskusi itu ada perbedaan. Kami melihat dalam konteks riset masih perlu waktu untuk mengumpulkan data lebih baik, jadi dari diskusi kemarin masih ada perbedaan dari soal sesar itu," ujarnya.
"Tapi menurut saya itu bukan sesuatu serius, biarkan itu jadi domain peneliti bidang mana yang lebih dominan. Karena apa yang dihasilkan BRIN dan BMKG itu berbeda, kami dari ITB perlu waktu untuk mengkaji mana yang jadi bidang utama kemarin," lanjutnya.
Irwan dan beberapa pakar lainnya dari ITB saat ini masih meneliti soal Sesar Cugenang yang baru teridentifikasi pascagempa terjadi. Ia memperkirakan perlu waktu hingga 6 pekan ke depan untuk mendapat data pasti soal sesar itu. "Jadi terlalu dini untuk menarik kesimpulan soal bidangnya, itu jadi problem riset peneliti. Itu hal biasa, kita perlu waktu. Kalau saya perlu waktu kira-kira 6 minggu untuk data lebih baik," jelasnya.
Meski berbeda, Sesar Cugenang masih dalam sistem dari Sesar Cimandiri. Itu karena sebuah sesar bukanlah satu bidang lurus. "Menurut saya Sesar Cugenang itu salah satu sistem sesar Cimandiri. Karena sesar itu bukan suatu bidang lurus," ungkapnya.
Irwan mengatakan, soal Sesar Cugenang tidak mesti dipersoalkan. Menurutnya hanya waktu yang akan menjawab mengenai detail dari sesar Cugenang tersebut. "Itu jangan jadi persoalan di publik karena biasa dalam riset. Untuk memastikan itu hanya masalah waktu. Sangat mungkin BMKG benar, bisa jadi juga badan geologi modelnya lebih tepat, jadi hanya perlu waktu. Kemudian kita bisa mendapat penelitian sesungguhnya soal sumber gempa," ungkap Irwan.
Saat ini yang terpenting adalah bagaimana membuat zonasi dan merencanakan relokasi di wilayah-wilayah yang terdampak dari Sesar Cugenang itu sendiri. "Yang jadi konsen itu dampak lokasi relokasi ya, itu serius, lantas wilayah yang kena sesar harus dipindahkan tidak. Itu yang menurut saya punya dampak serius dari pada soal lokasi sesar," ungkapnya.
Para pakar di ITB sedang mencari data untuk menjawab dua pertanyaan yakni mengenai lokasi bidang sesar sebab gempa Cianjur dan juga soal dampak gempa yang begitu dahsyat. Tujuannya agar ke depan tidak terjadi lagi hal seperti di Cianjur yang rusak parah karena gempa berkekuatan medium.
"Kita konsen soal kenapa dampak kerusakan begitu dahsyat, karena kita ingin ini jadi pembelajaran untuk wilayah lain agar jangan sampai gempa dengan magnitudo medium, terjadi dengan kerusakan sama. Jadi kita sedang riset untuk menjawab pertanyaan tersebut," tutup Irwan.
(bba/iqk)