Pendidikan merupakan hal yang penting dalam mencerdaskan anak bangsa. Namun, terkadang fasilitas tak mendukung. Termasuk di Kampung Cijaha, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Berada jauh dari hiruk pikuk perkotaan, anak-anak di wilayah tersebut sangat kesulitan untuk mengakses pendidikan. Bahkan sekolah yang terdekat pun berjarak belasan kilometer.
Melihat permasalahan tersebut, seorang pemuda setempat, Muhammad Rukhiat Sofia Ramdani (23) berjuang dalam mendirikan Perpustakaan Kampung Bahera. Hal tersebut dilakukan supaya anak-anak di wilayah tersebut bisa belajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama sejarah perpus Kampung Bahera waktu saya pindah ke sini tahun 2014. Memang keadaan di sini itu jauh akses, SD, SMP, SMA, jadi sebetulnya pengen bikin ini tuh dari dulu zaman SMA," ujar Rukhiat saat ditemui detikJabar, Kamis (27/10/2022).
Rukhiat menjelaskan, dia baru bisa mendirikan Perpustakaan Kampung Bahera pada saat COVID-19 melanda Indonesia tahun 2019. Apalagi pada tahun tersebut beberapa anak harus bersekolah online. "Jadi pertamanya ngebantu kegiatan madrasah di sini. Terus sama ngebantu juga akses pembelajaran warga. Kaya yang SD dan SMP, apalagi pada waktu itu sekolahnya online, jadi ngebantu kaya ngerjain tugas, pertamanya kaya gitu," katanya.
Rukhiat mengungkapkan akses menuju sekolah di wilayah tersebut sangat jauh. Bahkan bisa dua sampai tiga kilo meter dengan jalan kaki. "Di sini mungkin kurang lebih 2 sampai 3 km kalau ke SD, lewat kebun itu, jalannya tanah, ya lewat kebun aja gimana. Bisa sih dari sini ke SD itu lewat kebun, cuma memang turun nanjak kaya gitu. Jadi memang pemikiran pertamanya ngebantu pengen ngebantu akses pendidikan secara non formal gitu lah," jelasnya.
Dia menjelaskan, Perpustakaan Kampung Bahera dilengkapi berbagai buku bacaan. Sehingga pada anak-anak bisa belajar sambil membaca juga. "Bukunya campur aja, ada buku pelajaran, ada buku novel, ada buku dongeng, ada buku pelajaran untuk bacaan anak-anak kuliah," kata Rukhiat.
Dia mengaku mendapatkan buku-buku tersebut dari kolektifan teman-teman komunitas Cicalengka dan ada juga donasian dari Rumah Bintang (rubin). "Makanya sampai sekarang kita masih open donasi buku. Soalnya rencana ke depan perpus kampung bahera pengen bikin bank buku. Jadi bagi teman-teman yang mau bikin perpus, atau sekolah yang butuh buku-buku, jadi kita bisa mensupply buku-buku itu," ucapnya.
Kegiatan perpustakaan kampung bahera semua full di rumah Rukhiat. Bahkan beberapa keluarganya turun langsung dalam membantu pembelajaran. "Kegiatannya di sini di rumah. Yang ngebantu ngerjain tugas itu fokusnya ya keluarga saya, ada mama, terus adik yang masih SMA. Soalnya karena tempatnya di sini, jadi masih pakai keluarga dulu," kata Rukhiat.
"Terus kalau ada kegiatan gede, suka ada teman-teman yang ikut ngebantu si perpus dari awal mereka suka dateng. Jadi kalau ada kegiatan ngasuh banyakan," lanjutnya.
Terdapat 15 anak-anak yang sering belajar di perpustakaan Kampung Bahera. Namun pembelajarannya dilakukan secara bergiliran. "Soalnya mereka itu di sini belajar sambil main. Mereka belajarmya biasanya jam 1an sampai jam 2, sorenya mereka pada ngaji di masjid setempat," bebernya.
Dia menuturkan berbagai permasalahan hadir di masyarakat tersebut. Sehingga menurutnya perpustakaan tersebut hadir di masyarakat. "Ada kendala bahwa ada orang tuanya yang berkemampuan menyekolahkan anaknya, tapi anaknya gak mau sekolah. Terus ada anaknya tuh pengen sekolah, tapi anaknya gak mampu lah. Jadi kita membantu ditengah-tengah hal itu, jadi orang tua orang tuanya juga mendukung dan welcome dengan adanya perpus ini dari pertama kegiatan sampai sekarang," tuturnya.
Menurutnya yang menjadi kendala saat ini adalah akses internet. Namun kata dia, hal tersebut menjadi suatu keuntungan baginya. "Karena geografis di sini, ya akses internet jadi suatu kendala juga. Tapi itu jadi keuntungan soalnya kita bisa kontrol anak-anak yang ada di sini. Jadi memang anak-anak di sini main gadgetnya masih kurang, jadi mereka masih tertaring kaya mainan-mainan kampung biasa," ujarnya.
Rukhiat menyebutkan masih banyak anak-anak tersebut yang putus sekolah. Makanya dirinya membuat perpustakaan kampung Bahera. "Ada masih banyak. Termasuk landasan bikin perpus ini juga karena itu," tuturnya.
Rukhiat mengaku dengan adanya perpustakaan Kampung Bahare tersebut menjadi ajang pembelajaran dalam mengurus anak. "Sukanya jadi bahan belajar bagi saya pribadi, gimana sih rasanya ngurus anak, serunya ngurus anak, ya kalau ngomongin duka mah belum nemuin sih. Jadi ngelakuin ini teh kaya fun aja we," ucap Rukhiat.
(iqk/iqk)