Sejarah Hari Sumpah Pemuda, Titik Balik Perjuangan Bangsa Indonesia

Sejarah Hari Sumpah Pemuda, Titik Balik Perjuangan Bangsa Indonesia

Putri Fadyla - detikSumbagsel
Rabu, 23 Okt 2024 22:20 WIB
ilustrasi peringatan Hari Sumpah Pemuda
Foto: Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda (Freepik)
Palembang -

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Sejarah Sumpah Pemuda menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia tentang perjuangan meraih kemerdekaan.

Sumpah Pemuda adalah titik balik perjuangan Bangsa Indonesia hingga akhirnya dapat meraih kemerdekaan. Pada hari itu, Indonesia yang bersifat kedaerahan diliputi rasa persatuan dan kesatuan yang kuat.

Lantas, bagaimana sejarah Sumpah Pemuda? Berikut penjelasan lengkapnya telah dirangkum oleh detikSumbagsel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Hari Sumpah Pemuda

Dikutip dari buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional, gerakan Sumpah Pemuda berawal dari munculnya organisasi pemuda kedaerahan di Nusantara. Kemudian terdapat kesadaran untuk menyatukan dan memperkuat hubungan antar sesama perkumpulan pemuda.

Langkah awal sebelum lahirnya hari Sumpah Pemuda adalah Kongres Pemuda Pertama. Kongres ini dilaksanakan selama 3 hari dengan pembagian dalam tiga kali rapat.

ADVERTISEMENT

Rapat tersebut berlangsung pada sejak hari Jumat, 30 April 1926 hingga Minggu, 2 Mei 1926. Ketiga rapat tersebut dilaksanakan di Gedung Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia Farma, di Jalan Boedi Oetomo), Jakarta Pusat.

Dalam kongres ini terjadi ketidaksepahaman antara perwakilan pemuda sehingga tidak mendapatkan keputusan kongres. Hingga akhirnya kegagalan kongres ini menjadi salah satu alasan dilaksanakan Kongres Pemuda Kedua.

Setelah gagal mencapai kesepakatan, banyak organisasi pemuda yang kemudian mulai menunjukkan diri. Beberapa organisasi itu, seperti Jong Java, Jong Indonesia yang berubah menjadi Pemoeda Indonesia dan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).

Dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, Sumpah Pemuda merupakan ikrar kebangsaan yang dirumuskan pada Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda Kedua digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).

Saat itu, para pemuda terlebih dahulu melakukan pertemuan pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928. Mereka membahas tentang pembentukan panitia, susunan acara, waktu dan tempat, serta biaya.

Pada pertemuan itu disepakati bahwa Kongres Pemuda Kedua akan diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928, di tiga lokasi, yaitu gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw. Biaya akan ditanggung oleh organisasi yang hadir dan sumbangan sukarela.

Panitia yang disusun dalam pertemuan tersebut sebagai berikut:

1. Ketua: Sugondo Djojopuspito dari PPPI.

2. Wakil Ketua: R M. joko Marsaid dari Jong Java.

3. Sekretaris: Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond.

4. Bendahara: Amir Sjarifudin dari Jong Bataks Bond.

5. Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja dari Jong Islamieten Bond.

6. Pembantu II: R. Katja Soengkana dari Pemoeda Indonesia.

7. Pembantu III: R.C.L. Sendoek dari Jong Celebes.

8. Pembantu IV: Johannes Leimena dari Jong Ambon.

9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud dari Pemoeda Kaoem Betawi.

Penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua terjadi dalam rangkaian acara sebagai berikut:

1. Rapat Pertama di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond

Rapat pertama Kongres Sumpah Pemuda ini dilaksanakan pada Sabtu malam tanggal 27 Oktober 1928. Kata sambutan disampaikan oleh Ketua Kongres yang mengharapkan bahwa kongres tersebut dapat memperkuat semangat persatuan dalam diri pemuda.

Dalam rapat ini, Mohammad Yamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Ia menyampaikan bahwa ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

2. Rapat Kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop

Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928. Dalam rapat ini membahas masalah pendidikan.

Selanjutnya Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menjadi pembicara. Mereka berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan dan pendidikan yang seimbang antara di sekolah dan di rumah.

3. Rapat Ketiga di Gedung Indonesische Clubgebouw

Rapat ketiga dilaksanakan pada sore hari, Minggu, 28 Oktober 2928. Dalam rapat terakhir ini Soenario menjadi pembicara yang menjelaskan tentang pentingnya nasionalisme dan demokrasi.

Kemudian Ramelan mengemukakan tentang gerakan kepanduan yang menjadi hal penting dalam perjuangan, untuk mendidik anak anak menjadi disiplin dan mandiri. Theo Pengamanan menyampaikan bahwa pandu sejati adalah pandu berdasarkan semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air.

Pada rapat ketiga ini ditutup dengan lagu "Indonesia Raya" yang pertama kali diperdengarkan melalui lantunan biola. Lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman tersebut akhirnya menjadi lagu kebangsaan Indonesia hingga saat ini.

Dalam Kongres Pemuda Kedua dirumuskan sebuah putusan yang dirumuskan oleh Mohammad Yamin dan dibacakan oleh Sugondo Djojopuspito, yang di dalamnya terdapat tiga ikrar, yaitu sebagai berikut:

1. Pertama, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

2. Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

3. Ketiga, Kami Putra dan Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Dengan lahirnya putusan dan ikrar tersebut, tanggal 28 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda untuk mengingat sejarah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan.

Nah, itulah sejarah Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928. Semoga bermanfaat detikers!

Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads