Jalan Terjal Ai Rajut Keberagaman di Pangandaran

Sumpah Pemuda 2022

Jalan Terjal Ai Rajut Keberagaman di Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Kamis, 27 Okt 2022 14:00 WIB
Pemuda perajut keberagaman di Pangandaran, Ai Nur Hidayat
Pemuda perajut keberagaman di Pangandaran, Ai Nur Hidayat (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Nama Ai Nurhidayat (33) atau sapaan akrabnya Kang Ai di Pangandaran sudah tidak asing lagi, tokoh pemuda yang menyatukan keberagaman di SMK Bakti Karya. Ia merajut persatuandengan menginisiasi kelas multikultural di Kampung Nusantara, Dusun Cikubang, Desa Cintakarya, Pangandaran.

Selain itu nama Ai telah melanglangbuana di nasional, karena beberapa kali mendapatkan penghargaan dalam dunia pendidikan.

Merajut toleransi yang dilakukan Kang Ai menempuh perjalanan panjang. Berawal dari keresahan melihat perbedaan yang selalu menjadi cikal bakal permasalahan, Ai berpikir jika pendidikan menjadi salah satu ujung tombak bersatunya perbedaan dan penyelamatan pikiran bangsa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan Ai keliling ke berbagai Provinsi yang ada di Indonesia menjadi modal pikiran untuk memperkuat toleransi di daerah.

"Dulu memang awalnya saya punya rekan di hampir setengahnya provinsi Indonesia, dan saya keliling untuk melihat sisi lain negeri ini," kata Ai kepada detikJabar, Kamis (27/10/2022).

ADVERTISEMENT

Menurutnya setelah mendatangi lebih dari setengah provinsi yang ada di Indonesia dan bertemu kawan-kawan di sana. Ia melihat keresahan dari anak muda Indonesia akan masa depan Indonesia.

"Kemudian ngobrol-ngobrol soal kebangsaan ternyata masih banyak anak muda resah, gelisah melihat masa depan bangsa yang selalu kena percikan konflik hal sepele, seperti perbedaan agama, kultur dan adat," kata Ai

Padahal kata Ai, masih banyak anak muda yang punya optimisme cukup tinggi. Tetapi rata-rata frustasi melihat hari ini yang ternyata seperti melupakan semangat cinta tanah air, semangat kebangsaan dan melupakan warisan budaya salah satunya bahasa dan kebudayaan lainnya.

"Ditambah dengan situasi mudah tersurut konflik, terpecah belah, akhirnya menuntut kawan-kawan dengan situasi seperti ini menikmati masa tua atau bahkan mewarisi generasi selanjutnya dengan beragam perbedaan yang damai," ucapnya.

Keresahan seperti itu menurut Ai, yang memunculkan paling tidak berupaya untuk menyambungkan daya dengan banyak pihak, bukan hanya di satu daerah tetapi di berbagai penjuru. "Kemudian saya bersama komunitas belajar Sabalad di Pangandaran pada membuat konsep kelas multikultural SMK Bakti Karya Parigi," katanya.

Dari keliling Indonesia itu betapa banyaknya ragam nusantara yang banyak sekali potensi di daerah-daerah. "Tapi seperti lampu cempor tidak terhubung satu sama lain, mudah-mudahan kelas Multikultural ini jadi rangkaian saling terhubung supaya bisa membagi daya manakala ada yang redup," ucapnya.

Ai mengatakan kelas Multikultural ini tujuan adalah semakin banyak yang terhubung semakin banyak yang memahami satu sama lain, semakin banyak orang-orang yang berpotensi di kemudian hari untuk saling mengupayakan damai, mengabarkan potensi-potensi daerah-daerah lain atau kebudayaan lain sehingga akan mudah mengeksplorasi hal-hal baru.

"Membangun kelas multikultural di Pangandaran tidaklah mudah banyak jalan terjal yang dilalui selama pendirian SMK Bakti Karya bersama komunitas Sabalad," ucapnya.

Penolakan kelas Multikultural di awal pendirian tahun 2016-2017 mengalami konflik yang cukup alot. "Tetapi bukan dari warga lokal, melainkan pihak yang tidak bertanggung jawab menyebarkan ujaran kebencian," kata Ai.

Ia mengatakan masyarakat di Desa Cintakarya tidak ada yang mempermasalahkan. Tetapi ada beberapa kalangan tertentu di Pangandaran yang berpikirnya masih fanatik, menyebarkan fitnah, melakukan konsolidasi untuk penolakan tahun 2017, tetapi kini isu-isu itu telah terklarifikasi.

"Waktu itu Bupati Pangandaran mengundang semua pihak termasuk muspida. Orang yang menyebarkan ujaran kebencian sudah diamankan waktu itu, dan semuanya beres hanya kesalahpahaman," katanya.

Perjalanan Kang Ai membuahkan hasil yang berdampak pada murid alumni SMK Bakti Karya sebagai sekolah dengan jurusan multimedia, ada empat program pendukung di sekolah ini, yaitu School of Media, Kelas Ekologi, Kelas Multikultural dan Kelas Profesi. Pendidikan multikultural diajarkan di setiap kelas.

Berkat geliat yang digaungkan Ai, dirinya beberapa kali diganjar penghargaan di bidang pendidikan salahsatunya, SATU Indonesia Award 2019 bidang Pendidikan, Frans Seda Award 2021 bidang Pendidikan dan Pemuda Pelopor Jawa Barat 2019 bidang Pendidikan.

Selain itu Ai menjadi pembicara di berbagai talk show diantaranya, Guru Penggerak Kemendikbud (Oktober 2020), Semiloka Pendidikan Multikultural Universitas Atma Jaya (Oktober 2019), Bukatalks (Juni 2019), TEDxJakarta Talks (September 2018), Ashoka Changemaker Exchange Thailand (Oktober 2018), ASEAN Community Forum Singapore (Maret 2018) dan Sarasehan Literasi - Kemendikbud (Juli 2018).

(yum/yum)


Hide Ads