Kisah Sabay Brigez Tinggalkan Kenakalan hingga Urus Lingkungan

Kabupaten Sukabumi

Kisah Sabay Brigez Tinggalkan Kenakalan hingga Urus Lingkungan

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 27 Okt 2022 11:30 WIB
Sabay Brigez.
Sabay Brigez. (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Jalan menuju kebaikan tidak selamanya mulus, ada saja batu kerikil dari masa lalu yang menghambat laju perubahan hidup seseorang. Namun, perubahan adalah keharusan demi masa depan yang lebih baik dan mengajak orang lain bersama-sama menuju hijrah.

Falsafah itu diungkap pemuda bernama lengkap Bayu Nugraha, pemuda asal Kabupaten Sukabumi yang lebih dikenal dengan nama Kang Sabay Brigez. Nama geng motor yang kini bertransformasi menjadi organisasi kemasyarakatan itu masih tetap tersemat dalam keseharian warga Palabuhanratu itu.

"Tidak pernah pindah ke manapun, tetap Brigez sampai hari ini saya konsisten, murni keluar dari rahim itu walaupun sekarang saya banyak terlibat di organisasi lain, orang tetap mengenal saya sebagai Sabay Brigez, terlepas di manapun saya berada," kata Sabay saat ditemui detikJabar, Rabu (26/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sabay, Brigez yang kini menjadi ormas mau tidak mau harus diikuti seluruh pengikut hingga ke lapisan terbawah. Meski anggapan dan pandangan jelek masih melekat, namun ia yakin suatu saat organisasi yang dikenal dengan tagline 'Abadi' itu akan bisa memberikan manfaat. Meski hanya dengan langkah kecil, namun tetap dengan konsistensi berbuat baik.

"Tahun 2015 kami pernah akan mengadakan acara penanaman satu juta pohon, kegiatan ini melibatkan teman-teman Brigez dari berbagai wilayah. Namun saat itu, entah siapa ada yang menghembuskan isu kalau kita mau bikin rusuh, katanya mau serang warga," ungkap Sabay.

ADVERTISEMENT
Sabay Brigez.Sabay Brigez dan teman-temannya. Foto: Istimewa

Kegiatan sosial itu akhirnya diurungkan. Beberapa anggota Brigez diamankan polisi meskipun kemudian mereka dilepas. Kegiatan peduli lingkungan itupun diurungkan.

"Padahal saat itu kami sudah menyiapkan bibit pohon dan sejumlah peralatan menanam, insiden itu membuat niat baik kami gagal. Padahal saat itu kami sudah kordinasi dengan pihak Dinas Kehutanan (saat itu) dan mereka yang memfasilitasi kita. Saat itu kami sudah dalam posisi akan berhijrah, namun masih dicurigai namun karena latar belakang kami, ya akhirnya kita maklumi," beber Sabay.

Sabay mengingat-ingat jumlah anggotanya pada 2015 yang mencapai 7.220 orang. Mereka berstatus pelajar hingga mahasiswa. Sampai saat ini yang masih dalam satu gerbong menuju hijrah tersisa sekitar 1.700 orang di beberapa kecamatan.

"Dari dulu saya di Brigez sebagai dewan pembina, waktu masih nakal di jalan itu saat masih bujangan di tahun 2007-2008, waktu masih ramai di jalan murni gangster kalau dulu itu ya. Terlibat bentrokan sudah biasa, bisa dibilang selain pergaulan itu juga ya narkoba karena mayoritas kami narkoboy (sebutan gaul untuk pemakai narkoba) tidak terkontrol, kadang teman sendiri kena eksekusi," tuturnya mengenang masa lalu.

Tiba di tahun 2017, Sabay mulai mengurangi aktivitas kenakalan jalanan. Desakan keluarga yang merasa waswas hingga lahirnya buah hati mengerem setiap langkah dan tindakannya. Ia juga mengenang teman-temannya yang jadi korban akibat kekerasan jalanan.

"Masa transisi itu di tahun 2017, pertama hijrah itu kita atas desakan keluarga, orang tua selalu merasa waswas, banyak korban teman kita atau yang lain. Yang paling mendasar adalah ketika punya anak perempuan, sampai akhirnya berpikir untuk maju berbubah menjauhi itu," ucapnya.

"Seperti itu harapan ke depan mengingat kepada dosa masa lalu, bagian dari pejuang di wilayah Kabupaten Sukabumi ingin membawa kepada teman-teman yang hari ini masih dalam masa transisi, ayok transisi ke hal yang pasti ke depan," sambungnya.

Sabay kemudian memutar haluan, lahir dari keluarga petani ia mulai bergerak di sektor pertanian dan menjabat sebagai Ketua Petani Milenial. Ia mengembangkan kemampuannya di bidang itu mukai dari cabai hingga bawang merah yang pernah jadi unggulan.

"Yang menonjol di sektor pertanian, cengek (cabai) bawang kemudian bawang kan sektor unggulan ya di daerah Loji, sempat didatangi oleh Pak Marwan (Bupati Sukabumi) waktu panen dulu. Namun perlahan terbentur karena yang selama ini mengakomodir kami dari dinas pertanian meninggal dunia," ungkap Sabay.

Sabay Brigez.Sabay Brigez saat beraktivitas di kebun. Foto: Istimewa

Saat di bidang pertanian masih berjalan, Sabay kemudian mengalihkan ke dunia lingkungan. Tumpukan sampah kayu di Pantai Loji jadi sasaran. Bersama teman-temannya yang dulu nakal di jalan, ia mulai mengais sampah-sampah itu menjadi cuan.

"Hasil olahan kami dibina langsung oleh PLTU Palabuhanratu sebagai bahan coforing campuran batubara. Nah sekarang saya kembangkan lagi fokus di hutan energi. Saya target biar terealisasi, dengan adanya hutan energi kita paling tidak memberikan nafas baru untuk Kabupaten Sukabumi karena masih banyak lahan tidur yang hari ini tidak terbayang kalau hutan energi ini dapat dimitra dengan PLTU atau siapapun," ujarnya.

Memaknai Sumpah Pemuda, Sabay berkeinginan membuat ikatan pelajar dan mahasiswa. Bagaimana menggiring generasi penerus memiliki kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang dan menjauhi aktivitas yang bersentuhan dengan pelanggaran hukum.

"Saya membentuk ikatan pelajar dan mahasiswa, saya berharap adanya keterkaitan salah satunya dinas pendidikan, kemudian BNN untuk bersama kami road to school bersama kami mengkampanyekan hal baik dengan masuk ke sekolah-sekolah. Memberikan ajakan cukup kami nakal di masa lalu dan tidak mengikuti jejak kelam kami di masa lalu," pungkasnya.

(sya/orb)


Hide Ads