Pemuda bernama Abdul Rasul Amin kini menjalani hari-harinya di Amerika Serikat (AS). Sudah tiga tahun terakhir, ia menjalani profesi sebagai imam masjid.
Pria yang akrab disapa Rasul ini aktif berdakwah di negeri Paman Sam. Saat ini ia aktif berkegiatan di Islamic Center of Scranton, Pennsylvania, Amerika Serikat. Kota ini merupakan kampung halaman Presiden AS ke-46, Joe Biden.
Rasul tak pernah terbayang bisa mendapat tawaran sebagai imam masjid, apalagi lokasinya jauh dari Tanah Air. Terlebih lagi, pria kelahiran 6 Mei tahun 2000 ini juga mengaku belum memiliki kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun tak percaya dengan tawaran yang datang padanya, namun Rasul berusaha meyakinkan dirinya. Kepada detikHikmah, Rasul membagikan kisahnya.
Tawaran Jadi Imam Masjid di Amerika
"Awalnya saya punya project sosial membantu nenek sebatang kara di Depok. Kami bawa nenek itu ke rumah sakit, sambil menunggu, tiba-tiba ada yang mengirim pesan, 'Kamu mau nggak gantiin aku jadi imam di Amerika akhir Juni nanti'?" kata Rasul saat dihubungi detikHikmah melalui pesan singkat, Rabu (26/3/2025).
Mendapat pesan tersebut, Rasul langsung merasa kaget. Tangannya gemetar dan kakinya terasa tidak menapak di bumi.
"Saya ragu karena saya belum bisa bahasa Inggris, saya juga tidak terlalu dekat dengan yang menawarkan," kata Rasul.
Rasul akhirnya menerima tawaran tersebut setelah meminta pendapat dari seorang temannya. Ia pun mengiyakan dan menyiapkan dirinya untuk terbang ke Amerika Serikat sebagai imam masjid.
Perjalanan ke Amerika Serikat tentu tidak mudah, Rasul harus mengantongi visa untuk bisa masuk dan tinggal di sana. Serangkaian proses dilakoninya demi mengantongi visa AS. Termasuk mengumpulkan uang sebanyak Rp 50 juta di tabungannya.
Pengalaman Jadi Imam di Amerika Serikat
Menjadi imam masjid di Amerika Serikat bukanlah perkara mudah. Selain kendala komunikasi, Rasul juga harus memahami adanya perbedaan pandangan mazhab yang diikuti muslim di Amerika Serikat.
"Adaptasinya luar biasa perlu perjuangan, apalagi aku nggak bisa komunikasi pakai bahasa Inggris," katanya.
Rasul memaksimalkan waktu belajar Bahasa Inggris di hari Kamis dan Jumat, karena di momen ini ia harus menyampaikan khutbah selama 30 menit di hadapan orang asing.
"Kalau sudah masuk hari kamis, saya sudah persiapkan konsepnya, lalu saya terjemahkan ke bahasa Inggris, saya baca satu per satu setiap katanya. Itu berjuang banget," kenangnya.
Proses adaptasi ini diakui Rasul berjalan sekitar 4 bulan.
Imam di Masjid Indonesia di AS
Tahun pertama tiba di Amerika Serikat, Rasul menjalani hari-hari sebagai imam di masjid Indonesia yang berlokasi di Philadelphia.
"Tahun pertama di masjid Al-Falah, Philadelphia. Ini masjid Indonesia. Lingkungannya banyak orang Indonesia," jelas lulusan Fakultas Agama Islam, Universitas Muslim Indonesia ini.
Kemudian di tahun kedua dan ketiga, Rasul dipercaya untuk menjadi imam masjid di Islamic Center of Scranton yang 98 persen jemaahnya adalah orang asing. "Bahasa Inggris saya terasah di situ karena mau tidak mau harus berbahasa Inggris," jelas Rasul.
Meskipun prosesnya tidak mudah, Rasul mengaku menikmati perannya sebagai imam masjid di Amerika Serikat. Ia juga mengaku betah dengan lingkungan tempat tinggalnya saat ini namun tidak berniat untuk tinggal lama di sana.
"Betah tapi tidak mau tinggal di sini. Saya punya cita-cita besar mau sukses di Indonesia, di tanah Makassar," pungkas Rasul.
(dvs/kri)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Iran-Israel Memanas, PBNU Minta Kekuatan Besar Dunia Tak Ikut Campur