Kasus HIV/AIDS di Kota Bandung mendadak jadi sorotan publik. Itu karena angkanya menembus 12.358 kasus hingga 2021 berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung.
Jumlah ini tersebar di berbagai daerah di Kota Bandung. Wilayah paling banyak terdapat kasus HIV/AIDS adalah Kecamatan Andir dengan 4.235 kasus.
Di bawah Andir, ada daerah lain yang jumlah kasusnya ribuan. Mulai dari Regol 2.289 kasus, Lengkong 1.835 kasus, Coblong 1.269 kasus, Batununggal 1.069 kasus, dan Sumur Bandung 1017 kasus. Di luar wilayah itu jumlah kasusnya di bawah 1.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari jumlah yang ada, baru sekitar setengahnya dari para penyintas HIV/AIDS yang mengakses layanan pengobatan, tepatnya 5.843 orang. Sedangkan selebihnya belum berobat.
"Kita masih punya PR sekitar 5-6 ribu yang harus kita cari," kata Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi kepada detikJabar.
Mencuatnya kasus ini seolah membuka tabir HIV/AIDS nyata adanya di Kota Bandung. Faktanya, data yang diungkap KPA Kota Bandung menggambarkan keadaan sebenarnya.
Yana Suryana, pegiat HIV positif, memandang munculnya angka itu sebagai hal positif. Ia mengibaratkan kondisi itu sebagai gunung es yang mulai terbongkar atau mencair.
"Kalau saya melihat ini sebagai hal positif, dalam artian fenomena gunung es sedikit-sedikit jadi lebih terbongkar," kata Jimi, sapaan akrabnya, kepada detikjabar, Kamis (25/8/2022).
Sebab jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, kasus HIV/AIDS sangat sulit didata. Itu karena para penyintas sangat tertutup. Salah satunya karena stigma negatif di masyarakat. Sehingga mereka enggan memeriksakan diri.
Alasannya, ketika diketahui hasilnya positif, penyintas dibayangi berbagai pandangan negatif. Bahkan tak sedikit yang akhirnya dijauhi keluarga hingga teman.
"Sebelum-sebelumnya angka HIV sudah keluar karena memang masalah stigma, entah di layanan atau di sektor apapun, mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya," ungkapnya.
Pria yang aktif di Jabar Quick Respons (JQR) dan Jaringan Indonesia Positif itu pun menilai terbukanya jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Bandung sebagai angin segar. Program penanggulangan HIV/AIDS saat ini dinilai lebih baik.
Mereka yang melakukan tindakan berisiko akhirnya mau memeriksakan diri. Sehingga, ketika diketahui positif, mereka tahu apa yang harus dilakukan.
"Dengan (munculnya) angka ini positif, artinya angka terseut adalah angka keberhasilan program penanggulangan HIV di Bandung," ucap Jimi.
"Kenapa angka ini bisa keluar? Artinya banyak teman-teman ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang tidak takut lagi untuk datang ke layanan kesehatan untuk memeriksakan diri, untuk dites," sambungnya.
Meski begitu, angka yang menurutnya bisa saja jauh lebih besar. Sebab, kemungkinan masih ada orang yang pernah melakukan perilaku berisiko dan sudah terpapar HIV, tapi tidak memeriksakan diri.
Di saat bersamaan, Pemkot Bandung dan berbagai pihak terkait harusnya melakukan langkah besar agar penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS bisa lebih maksimal. Sehingga kasusnya diharapkan akan lebih terkendali.
"Hal paling penting dari masalah angka yang di Bandung cukup tinggi ini sangat disayangkan tidak dibarengi support system, support social yang ada," tuturnya.
Ia lalu mencontohkan pelayanan BPJS Kesehatan yang tidak melayani pengobatan bagi ODHA pecandu narkoba. Sedangkan di saat bersamaan ODHA rentan terpapar penyakit penyerta yang bisa memperburuk kondisinya.
Meski begitu, ada beberapa rumah sakit yang melayani pengobatan bagi ODHA tanpa memandang pasiennya pecandu narkoba atau bukan. Sebab, ketika ODHA kesulitan mengakses obat untuk penyakit penyertanya, hal itu akan memperburuk kondisi sang pasien.
Jimi pun berharap mencuatnya kasus HIV/AIDS di Bandung dibarengi langkah oleh berbagai pihak terkait. Mulai dari memperbanyak pelayananan terkait pengobatan, konseling, hingga langkah pencegahan.
Apalagi, dari data yang ada juga diketahui ratusan mahasiswa ber-KTP Kota Bandung juga ternyata positif HIV. Jumlahnya mencapai 414 orang.
Angka ini menggambarkan langkah pencegahan juga harus dilakukan maksimal di sektor pendidikan. Sehingga diharapkan tak ada lagi pelajar atau mahasiswa yang terinfeksi HIV.
"Kenapa (sosialisasi di bidang) pendidikan juga jadi penting? Karena cukup signifikan, banyak mahasiswa ber-KTP Kota Bandung terinfeksi HIV. Itu berarti sektor pendidikan juga harus mengambil peran lebih," ucap Jimi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Baca juga: Grafik Kasus HIV AIDS di Kota Bandung |
7.
8.
9.
10.
11.