Seorang pendeta bernama Buhaira (Bahira) yang tinggal di Busra, Syam, melihat tanda-tanda kenabian dalam diri Nabi Muhammad SAW saat masih kecil. Tanda yang ia saksikan itu persis seperti yang dijelaskan dalam kitab yang ia pelajari.
Kisah ini diceritakan Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah yang disyarah dan ditahqiq Ibnu Hisyam. Ibnu Ishaq mengisahkan suatu ketika Rasulullah SAW ikut pamannya, Abu Thalib, membersamai rombongan dagang Quraisy menuju Syam. Setibanya di Busra, rombongan berhenti dekat rumah ibadah yang ditempati Buhaira.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, Buhaira tak mempedulikan rombongan dagang Quraisy ketika singgah di dekatnya. Namun, kali ini berbeda. Saat rombongan berhenti di bawah pohon rindang, Bahira melihat hal istimewa dari salah satu rombongan itu. Ia melihat awan menaungi Rasulullah SAW yang duduk di bawah pohon. Bahkan, ranting-ranting pohon itu ikut merunduk luluh menaungi sang nabi.
Buhaira yang melihat peristiwa luar biasa itu kemudian minta pelayannya membuatkan banyak makanan untuk menjamu rombongan Quraisy. Setelah siap, ia mengundang kabilah dagang tersebut makan di rumahnya.
"Hai orang-orang Quraisy, saya ingatkan jangan sampai ada seorang pun yang tidak makan makananku ini," kata Buhaira minta semua rombongan Quraisy, termasuk anak-anak ikut makan bersama.
Kala itu, Rasulullah SAW tetap berada di bawah pohon karena dia masih anak kecil. Buhaira kemudian menghampirinya, mendekapnya, dan membawanya bersama rombongan Quraisy untuk menikmati jamuan.
Buhaira memperhatikan Rasulullah SAW dengan teliti. Ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Rasulullah SAW. Setelah selesai makan, Buhaira menghampiri Rasulullah SAW dan menanyakan sejumlah hal.
Awalnya Buhaira bertanya dengan menyebut nama Al-Lata dan Al-Uzza seperti yang dilakukan orang-orang Quraisy, tetapi Rasulullah SAW enggan menjawab karena bersumpah untuk nama berhala itu. Buhaira kemudian bertanya dengan menyebut nama Allah, Rasulullah SAW langsung bersedia menjawab semua pertanyaan darinya.
Buhaira menanyakan banyak hal pada Rasulullah SAW. Mulai dari kondisi tidur, postur tubuh, hingga masalah-masalah lainnya untuk memastikan kebenaran tanda kenabian dalam kitabnya. Benar saja, tak ada yang meleset satu pun dari tanda-tanda itu.
Pendeta itu juga melihat tanda-tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak Nabi Muhammad SAW. Kata Ibnu Hisyam, tanda kenabian Rasulullah SAW seperti bekas bekam.
Setelah itu, Buhaira memanggil Abu Thalib dan menanyakan siapa sebenarnya Rasulullah SAW. Awalnya Abu Thalib mengaku anak kecil yang bersamanya itu adalah putranya. Namun, Buhaira membantah. "Tidak! Dia bukanlah anakmu. Anak muda ini tidak layak memiliki seorang ayah yang masih hidup," katanya.
Abu Thalib kemudian mengatakan Rasulullah SAW adalah keponakannya. Setelah itu, Buhaira minta Abu Thalib membawa Rasulullah SAW ke Makkah dan minta menjaganya dari kejahatan orang-orang Yahudi.
Buhaira tahu betul apabila orang-orang Yahudi sampai melihat tanda kenabian Rasulullah SAW seperti yang ia saksikan, mereka akan membunuhnya. Ada tiga Ahli Kitab yang sempat melihat tanda pada Rasulullah SAW itu. Namun, Buhaira berhasil menghalanginya agar mereka tak mencari Rasulullah SAW.
(kri/inf)
Komentar Terbanyak
Eks Menag Yaqut Tegaskan 2 Rumah Rp 6,5 M yang Disita KPK Bukan Miliknya
KPK Sebut Pejabat Kemenag Tiap Tingkat Dapat Jatah di Kasus Korupsi Kuota Haji
Perjalanan Umrah Ruben Onsu, Doa yang Cepat Diijabah dan Bisa Cium Hajar Aswad