Kisah Nabi Ismail Lengkap dari Lahir hingga Wafat

Kisah Nabi Ismail Lengkap dari Lahir hingga Wafat

Hanif Hawari - detikHikmah
Minggu, 11 Agu 2024 05:00 WIB
Nabi Ismail
Ilustrasi Nabi Ismail AS (Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo)
Jakarta -

Kisah Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS, adalah salah satu cerita inspiratif dalam sejarah Islam. Dari bayi yang ditinggalkan di padang pasir bersama ibunya, Siti Hajar, hingga menjadi seorang nabi yang mulia, perjalanan hidup Ismail penuh dengan mukjizat dan ujian iman.

Kisah ini tidak hanya menarik untuk dipelajari, tetapi juga mengandung banyak hikmah yang relevan hingga saat ini.

Dirangkum dari buku Seri Kisah Nabi: Kisah Nabi Ismail A.S., oleh Rina Dewi, berikut ini adalah ringkasan kisah perjalanan hidup Nabi Ismail dari kelahirannya hingga wafat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelahiran Bayi Nabi Ismail

Kisah kelahiran Nabi Ismail AS bermula ketika Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, belum dikaruniai anak. Atas dorongan Siti Sarah, Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar, yang kemudian mengandung dan melahirkan Nabi Ismail AS.

Kelahiran Nabi Ismail AS tidak hanya membawa suka cita, tetapi juga menjadi ujian bagi Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Atas perintah Allah, Nabi Ibrahim AS membawa Siti Hajar dan Nabi Ismail AS yang masih bayi ke sebuah lembah yang tandus, yaitu Makkah yang saat itu belum berpenghuni.

ADVERTISEMENT

Di lokasi yang sekarang menjadi Masjidil Haram, unta Nabi Ibrahim AS berhenti, menandai akhir dari perjalanannya. Di tempat itulah Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar bersama putranya dengan hanya membawa sedikit persediaan makanan dan minuman.

Lingkungan di sekitarnya sangat tandus, tanpa tanaman, tanpa air mengalir, hanya batu dan pasir kering yang tampak sejauh mata memandang.

Di sana, Siti Hajar diuji dengan kesabarannya ketika dia dan anaknya merasa kehausan karena tidak ada air. Dalam kondisi terdesak ini, dengan keimanan yang kuat, Siti Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah mencari air, hingga akhirnya malaikat Jibril datang dan menuntun air zamzam memancar dari tanah dekat kaki Nabi Ismail AS.

Allah SWT mencatat kisah Hajar yang bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwa dalam Surat Al Baqarah ayat 158:

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Artinya: Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Perintah untuk Menyembelih Nabi Ismail

Cerita ini bermula ketika Nabi Ibrahim AS menerima wahyu dari Allah SWT dalam mimpinya, di mana ia diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS yang saat itu sudah memasuki usia remaja.

Sebagai seorang hamba yang taat, Nabi Ibrahim AS merasa sangat berat hati, namun ia berserah diri kepada kehendak Allah SWT. Ketika ia memberitahukan perintah ini kepada Nabi Ismail AS, putranya menunjukkan keimanan yang luar biasa, dengan rela menerima nasibnya sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah SWT.

Kisah kesetiaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail terhadap perintah Allah tertulis dalam surat As Saffat ayat 102,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Ketika tiba saatnya untuk melaksanakan perintah tersebut, Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS ke tempat yang telah ditentukan.

Saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih putranya, Allah SWT menguji ketaatan mereka dan menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor hewan.

Peristiwa ini menunjukkan ketaatan mutlak Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah SWT, dan menjadi asal muasal dari ibadah kurban yang dilakukan umat Islam hingga sekarang.

Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim Membangun Ka'bah

Beberapa tahun setelah Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail AS di Makkah, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk kembali ke Makkah. Ketika tiba di sana, Nabi Ibrahim AS menemukan bahwa Nabi Ismail AS telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat dan taat.

Allah SWT kemudian memberikan perintah kepada mereka berdua untuk membangun sebuah rumah ibadah yang akan menjadi pusat tauhid, yaitu Ka'bah.

Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dengan penuh ketulusan dan pengabdian memulai pembangunan Ka'bah di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Masjidil Haram. Mereka bekerja bersama-sama, mengangkat batu dan meletakkannya di tempat yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Setelah menentukan posisi yang tepat, Nabi Ibrahim AS mulai membangun pondasi Ka'bah. Kemudian, ia meminta bantuan Nabi Ismail AS untuk mencari batu terbaik yang akan dijadikan tanda bagi umat manusia.

Nabi Ismail AS bertemu dengan malaikat Jibril yang memberinya sebuah batu hitam yang kini dikenal sebagai Hajar Aswad. Dengan gembira, Nabi Ismail AS segera membawa batu tersebut kepada ayahnya. Nabi Ibrahim AS begitu bahagia hingga mencium batu tersebut berulang kali.

Setelah meletakkan batu tersebut, Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS berdoa kepada Allah SWT agar banyak orang datang ke Makkah untuk mengunjungi Ka'bah.

Doa mereka dikabulkan oleh Allah, dan kunjungan ke Makkah untuk menunaikan haji menjadi bagian dari rukun Islam yang kelima bagi mereka yang mampu. Jejak kaki Nabi Ibrahim saat membangun Ka'bah dikenang dengan nama Maqam Ibrahim.

Kenabian Nabi Ismail

Sebagai putra Nabi Ibrahim AS yang dikenal dengan akhlak yang mulia, Nabi Ismail AS dianugerahi tugas kenabian oleh Allah SWT sebagai penghargaan atas kesetiaannya dalam mendampingi Nabi Ibrahim AS dalam menyiarkan ajaran Islam.

Sepanjang hidupnya, Nabi Ismail AS membimbing suku Amalika di Yaman dan menghabiskan lebih dari lima puluh tahun masa kenabiannya untuk menyampaikan firman Allah SWT kepada kaum musyrik, mengajak mereka memeluk agama Islam dan mempercayai keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Berkat perjuangannya, ajaran Islam menyebar merata di negeri Yaman.

Wafatnya Nabi Ismail

Setelah sebagian besar masyarakat Yaman memeluk Islam, beliau kembali ke Makkah. Nabi Ismail AS wafat pada 1779 SM di Makkah, Arab Saudi, pada usia 137 tahun.

Setelah meninggal, Nabi Ismail AS dimakamkan di dekat makam ibunya. Setelah kepergiannya, tugas dakwah yang telah dirintisnya dilanjutkan oleh putra-putrinya, yang kemudian bermigrasi ke berbagai wilayah di Jazirah Arab dengan tujuan menyebarkan agama Islam.




(hnh/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads