Saat Abu Jahal Diam-diam Dengarkan Rasulullah Baca Al-Qur'an

Saat Abu Jahal Diam-diam Dengarkan Rasulullah Baca Al-Qur'an

Devi Setya - detikHikmah
Minggu, 24 Mar 2024 05:00 WIB
Ilustrasi kisah Nabi
Foto: Getty Images/REIMUSS
Jakarta -

Abu Jahal adalah salah satu orang yang sangat membenci Rasulullah SAW. Semasa hidupnya ia selalu menentang ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.

Abu Jahal memiliki nama asli Amir Ibnul Hasyim. Ia tinggal di Makkah dan hidup di masa Rasulullah SAW.

Mengutip buku Cerita Al Qur'an oleh M. Zaenal Abidin, julukan Abu Jahal diberikan kepada Amir Ibnul Hasyim karena ia dikenal sebagai sosok yang bodoh. Julukan Abu Jahal memiliki arti Bapak Kebodohan.

Abu Jahal tidak pernah setuju dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW, ia sekuat tenaga mengajak masyarakat Makkah untuk mengingkarinya. Namun suatu hari Abu Jahal pernah mendengarkan secara saksama bacaan Al-Qur'an yang dilantunkan Rasulullah SAW.

Kisah ini diceritakan dalam buku Peristiwa di Balik Turunnya Al-Qur'an oleh Muhammad Nasrulloh.

Pemimpin Quraisy Abu Jahal terus menerus ingin membuat Rasulullah SAW putus asa dan menghentikan dakwahnya. Sebenarnya Abu Jahal mengakui bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang jujur dan arif. Namun, rasa dengki telah membutakan mata batinnya melihat kebenaran.

Suatu ketika Rasulullah SAW bersalaman dengan Abu Jahal. Lalu ada seseorang menyindir Abu Jahal dengan berkata, "Kenapa kamu bersalaman dengan orang yang telah keluar dari agama ini?"

Abu jahal menjawab, "Sumpah, aku tahu dia adalah seorang Nabi. Tapi sejak kapan kita menjadi pengikut keturunan Abdul Manaf (kakek buyut Rasulullah SAW)."

Abu Jahal mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT namun ia khawatir akan kehilangan gelar pimpinan tanah Ka'bah karena tanggung jawab Ka'bah dipegang silih berganti antara nenek moyang Abu Jahal dan Rasulullah SAW.

Abu Jahal Mendengarkan Rasulullah SAW Membaca Al-Qur'an

Suatu hari Abu Jahal berusaha mendengarkan apa yang dibaca Rasulullah SAW di waktu malam. Dia mendengar dengan tenang setiap bacaan indah Rasulullah SAW hingga masuk waktu subuh.

Ketika Rasulullah SAW berhenti membaca ayat-ayat Al-Qur'an, Abu Jahal kemudian lekas pulang.

Dalam perjalanan pulang, Abu Jahal bertemu dengan Abu Sufyan dan Akhnas bin Syarif. Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf atau lebih dikenal dengan panggilannya Abu Sufyan bin Harb adalah salah seorang pemimpin utama bani Quraisy di Makkah yang sangat menentang Nabi Muhammad.

Demikian juga Akhnas bin Syarif, salah satu dari bangsawan bani Tsaqif dan memiliki status terhormat di kalangan orang Arab maupun suku Quraisy, dia adalah pemimpin bani Zuhrah yang juga menentang ajaran Islam.

Tiga orang yang menentang Rasulullah SAW ini secara diam-diam mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an. Mereka lalu sepakat merahasiakan hal ini dari penduduk Arab karena khawatir terpengaruh dengan Nabi Muhammad SAW.

Pada malam berikutnya, masing-masing dari tiga orang itu datang lagi mendengar bacaan Rasulullah SAW dengan prasangka tidak mungkin temannya yang lain akan datang lagi.

Namun setelah usai, lagi-lagi jalan menjadi saksi yang mempertemukan mereka. Ketiga orang itu sekali lagi melakukan hal yang sama. Kejadian ini kembali terulang di malam berikutnya.

Akhnas bin Syarif lalu mengunjungi Abu Jahal meminta tanggapannya atas apa yang dia dengar. Abu jahal kemudian menjawab:

"Kami selalu bersaing dengan klan Abdu Manaf (kakek buyut Rasulullah SAW) untuk mendapatkan kemulian dan pengaruh. Ketika mereka memberi makan, kami juga bisa memberi makan. Ketika mereka memikul tanggung jawab, kami juga memikul tanggung jawab. Ketika mereka bersedekah, kami juga bersedekah. Hingga tatkala persaingan ini memanas lalu tiba-tiba mereka berkata, 'Kami punya Nabi yang menerima wahyu dari langit'. Lantas bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Sungguh aku tidak akan beriman kepadanya selamanya."

Selanjutnya Al-Akhnas bertanya pada Abu Sufyan, "Bagaimana pendapatmu mengenai isi bacaan tersebut?" Abu Sufyan menjawab, "Aku mengakui kebenaran sebagian isinya dan mengingkari sebagian lainnya, lalu bagaimana denganmu?" Al-Akhnas menjawab, "Aku berpikir itu adalah sebuah kebenaran."

Abu Sufyan dan Al-Akhnas akhirnya memeluk Islam dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Sementara Abu Jahal tetap menjadi kafir karena rasa gengsinya.

Abu Jahal enggan beriman bukan karena tidak percaya dengan kejujuran seorang Muhammad SAW. Dia hanya tidak bisa percaya dan menerima apabila saingannya dari pengikut Abdu Manaf lebih unggul dari pengikut Makhzum.

Kisah ini menjadi sebab turunnya ayat Al-Qur'an surah Al An'am ayat 33,

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحْزُنُكَ ٱلَّذِى يَقُولُونَ ۖ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجْحَدُونَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah."

Wallahu 'alam.




(dvs/kri)

Hide Ads