Kisah Abu Jahal yang Diam-diam Mendengarkan Rasulullah Membaca Al-Qur'An

Kisah Abu Jahal yang Diam-diam Mendengarkan Rasulullah Membaca Al-Qur'An

Indah Fitrah - detikHikmah
Kamis, 06 Mar 2025 03:45 WIB
Memasuki 10 hari terakhir bulan suci ramadan, banyak orang berlomba-lomba mengejar pahala. Salah satunya kala ia menyambut Nuzulul Quran. Inilah potretnya. 

Nuzulul Quran adalah peristiwa turunnya Al-Quran dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk umat manusia. Momen ini diperingati saat memasuki hari ke -17 Bulan Suci Ramadan.
Ilustrasi membaca Al Qur'an. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Abu Jahal dikenal sebagai musuh utama Rasulullah SAW yang selalu menentang ajaran Islam. Pemimpin Quraisy ini memiliki nama asli Amr bin Hisyam dan tinggal di Makkah.

Dari buku Cerita Al-Qur'an susunan M. Zaenal Abidin, julukan "Abu Jahal" yang berarti "Bapak Kebodohan" diberikan kepadanya karena keras kepalanya dalam menolak kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW.

Namun, di balik kebenciannya terhadap Islam, ada kisah menarik yang menunjukkan bagaimana Al-Qur'an mampu memikat hati siapa pun yang mendengarnya. Berikut kisahnya yang diambil dari buku Peristiwa di Balik Turunnya Al-Qur'an tulisan Muhammad Nasrulloh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Abu Jahal yang Diam-Diam Mendengarkan Al-Qur'an

Pada suatu malam yang sunyi, Abu Jahal tanpa sengaja melewati tempat Rasulullah SAW sedang membaca Al-Qur'an. Suara lantunan ayat-ayat suci itu begitu indah dan menyentuh hati. Tanpa sadar, ia berhenti dan mendengarkan dengan penuh perhatian hingga waktu subuh tiba.

Ternyata, dua tokoh Quraisy lainnya, yaitu Abu Sufyan dan Akhnas bin Syarif, juga melakukan hal yang sama. Ketiganya mendengarkan secara diam-diam, seolah tak kuasa menolak keindahan ayat-ayat yang dilantunkan Rasulullah SAW.

ADVERTISEMENT

Ketika pagi menjelang, mereka bertemu di jalan dan menyadari bahwa masing-masing telah melakukan hal yang sama. Merasa malu, mereka sepakat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Namun, rupanya mereka kembali datang dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an Baginda Nabi pada malam berikutnya. Hal ini terus berulang selama tiga malam berturut-turut.

Setelah peristiwa itu, Akhnas bin Syarif mendatangi Abu Jahal dan bertanya tentang isi bacaan yang mereka dengar. Dengan jujur, Abu Jahal mengakui bahwa ia tidak bisa menyangkal kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur'an. Namun, ia tetap menolak untuk beriman karena alasan harga diri dan persaingan antar klan.

Ia berkata, "Kami selama ini bersaing dengan bani Abdu Manaf (kakek buyut Rasulullah SAW) dalam semua hal. Ketika mereka membagikan makanan, kami juga membagikan makanan. Ketika mereka memikul tanggung jawab, kami juga memikul tanggung jawab. Ketika mereka bersedekah, kami juga bersedekah. Tapi sekarang mereka berkata, 'Kami punya Nabi yang menerima wahyu dari langit.' Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku tidak akan pernah beriman kepadanya."

Di sisi lain, Abu Sufyan mengakui bahwa sebagian isi Al-Qur'an adalah kebenaran, meskipun masih ada yang ia ragukan. Sementara itu, Akhnas bin Syarif dengan yakin menyatakan bahwa ia mempercayai sepenuhnya apa yang telah ia dengar.

Akhirnya, Abu Sufyan dan Akhnas bin Syarif memilih untuk memeluk Islam dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Sementara Abu Jahal tetap dalam kekafirannya, bukan karena tidak percaya, tetapi karena gengsi dan ambisinya untuk tetap berkuasa.

Pesan Moral dari Kisah Abu Jahal

Kisah ini mengajarkan bahwa keindahan dan kebenaran Islam bisa dirasakan oleh siapa saja, bahkan oleh mereka yang menentangnya. Namun, terkadang, gengsi dan kepentingan duniawi menjadi penghalang bagi seseorang untuk menerima hidayah dari Allah SWT.

Sebagai penghiburan bagi Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan ayat dalam surah Al-An'am ayat 33:

قَدْ نَعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ

Arab latin: Qad na'lamu innahū layaḥzunukal-lażī yaqūlūna fa innahum lā yukażżibūnaka wa lākinnaẓ-ẓālimīna bi'āyātillāhi yajhadūn(a).

Artinya: Sungguh, Kami mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu betul-betul membuatmu (Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena sebenarnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu selalu mengingkari ayat-ayat Allah.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa kebenaran akan selalu bersinar, dan hanya mereka yang membuka hati yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads