Israel Tewaskan 85 Orang Gaza di Tengah Seruan Gencatan Senjata Pemimpin Dunia

Israel Tewaskan 85 Orang Gaza di Tengah Seruan Gencatan Senjata Pemimpin Dunia

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Kamis, 25 Sep 2025 17:45 WIB
Smoke rises following an Israeli strike amid an Israeli operation, as seen from central Gaza Strip, September 21, 2025.
Gambaran serangan udara yang masih terus dilakukan oleh Israel di Gaza. Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Jakarta -

Israel meningkatkan serangan dahsyat terhadap warga Palestina di Gaza meskipun para pemimpin dunia telah menyerukan gencatan senjata di Majelis Umum PBB.

Setidaknya 12 warga Palestina, termasuk tujuh perempuan dan dua anak-anak, tewas dalam serangan di sebuah stadion yang menampung keluarga-keluarga pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza. Israel terus melancarkan serangan gencarnya meskipun ada seruan gencatan senjata dari pemimpin dunia di Majelis Umum PBB.

Dikutip dari Al Jazeera pada (24/9/2025), Stadion al-Ahli yang telah diubah menjadi tempat perlindungan sementara bagi warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel, kembali menjadi lokasi pembantaian pada hari Rabu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hanya memiliki apa yang saya miliki. Saya pergi tanpa membawa apapun," ujar Najwa, seorang perempuan pengungsi dari Kota Gaza kepada Al Jazeera. Ia juga mengatakan, "Kami ketakutan. Transportasi mahal. Kami tidak mampu membayar untuk membawa barang-barang kami."

ADVERTISEMENT

BBC (25/9/2025) melaporkan ratusan ribu penduduk sejauh ini telah meninggalkan pusat kota terbesar di Gaza. Di mana bencana kelaparan telah dikonfirmasi bulan lalu oleh badan yang didukung PBB. Namun, ratusan ribu lainnya masih berada dalam kondisi kemanusiaan yang memperihatinkan, dengan layanan kesehatan dan layanan penting lainnya yang lumpuh.

Menimbulkan Teror

Ketika PBB memperingatkan bahwa militer Israel menimbulkan teror terhadap penduduk Palestina di Kota Gaza dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Kepala staf militer Israel, Eyal Zamir mengklaim bahwa warga Palestina didorong ke selatan demi keselamatan mereka.

Akan tetapi para penyelidik PBB telah membantah klaim tersebut. Sebuah komisi penyelidikan minggu ini menyimpulkan bahwa tindakan Israel bertujuan untuk membangun kendali permanen atas Gaza sekaligus memastikan menjamin bahwa populasi mayoritas di Tepi Barat yang diduduki dan di dalam Israel adalah orang Yahudi.

Zamir menambahkan bahwa, "Sebagian besar penduduk Gaza telah meninggalkan Kota Gaza" dan bahwa tentara "akan melanjutkan serangan yang sistematis dan menyeluruh" ke pusat kota terbesar di wilayah kantong tersebut.

Rumah sakit di Kota Gaza mengatakan pada Rabu sore bahwa mereka telah menerima jenazah lebih dari 60 orang yang tewas akibat serangan dan tembakan Israel sejak tengah malam.

Badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas mengatakan, sepertiga dari korban tewas adalah akibat serangan Israel terhadap sebuah gudang yang menampung para pengungsi di dekat Pasar Firas dan enam perempuan serta sembilan anak-anak termasuk di antara mereka.

Warga Kota Gaza, Thaer Saqr mengatakan, ia telah mencoba melakukan perjalanan ke selatan dari lingkungan Sheikh Radwan pada Selasa bersama istri, anak-anak dan saudara perempuannya.

"Tank-tank di jalan pesisir ... menembaki kami, dan saudara perempuan saya tewas," katanya kepada AFP.

Ia mengatakan mereka sekarang berada di rumah sakit al-Shifa dan menegaskan bahwa mereka tidak akan pergi, bahkan jika militer Israel membunuh mereka semua.

Serangan Israel terhadap warga Gaza tetap dilakukan meskipun para pemimpin negara Muslim telah melakukan pertemuan di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Selasa (23/9/2025) waktu setempat.

Bahkan Al Jazeera telah mencatat, hingga September 2025 sudah ada 157 negara anggota PBB yang mengakui Negara Palestina. Ini berarti mewakili 81 persen dari komunitas internasional. Selain itu, Palestina juga diakui oleh Takhta Suci (Vatikan) yang memiliki status pengamat non-anggota di PBB.

Pengakuan terbaru datang dari negara-negara Barat, yakni Prancis, Luksemburg, Malta, Monako, Andorra, dan Belgia pada Sidang Umum PBB (UNGA) ke-80. Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal juga bergabung mengakui Palestina pada 22 September 2025. Langkah ini menandai perubahan besar, mengingat sebagian besar negara tersebut selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel.




(lus/inf)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads