Setiap surat dalam Al-Qur'an memiliki latar belakang sejarah dan isi yang berbeda-beda. Dalam Al-Quran, terdapat pembagian surat berdasarkan tempat diturunkannya, salah satunya surat Madaniyah.
Penetapan golongan surat dalam Al-Qur'an bukan hanya karena turun di Madinah saja, melainkan karena memiliki karakteristik dan cara untuk menetapkannya. Berikut penjelasannya.
Surat Madaniyah Adalah yang Berasal dari Madinah
Dalam buku Ulumul Qur'an yang ditulis oleh Badrudin, kata Madaniyah terbentuk dari kata al-madani, yang berasal dari kata Madinah. Kata tersebut kemudian diberi tambahan "ya" nisbah, sehingga menjadi al-madaniy atau al-madaniyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara harfiah, al-madaniy atau al-madaniyah berarti "yang bersifat Madinah" atau "yang berasal dari Madinah". Oleh karena itu, ayat atau surat yang diturunkan di Madinah disebut dengan al-madaniyah.
Dengan demikian, surat Madaniyah adalah keseluruhan surat atau ayat dalam Al-Qur'an yang diturunkan di Kota Madinah, yaitu setelah peristiwa hijrah (ba'dal hijrah). Surat-surat atau ayat-ayat yang termasuk dalam kategori surat Madaniyah adalah surat-surat yang diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah.
Adapun di antara surat-surat yang tergolong surat Madaniyah adalah Al-Baqarah, Ali 'Imran, An-Nisa', Al-Ma'idah, Al-Anfal, At-Taubah, Ar-Ra'd, Al-Hajj, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Ar-Rahman, Al-Hadid, Al-Mujadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu'ah, Al-Munafiqun, At-Taghabun, Ath-Thalaq, At-Tahrim, Al-Insan, Al-Bayyinah, Az-Zalzalah, dan An-Nashr.
Dari daftar surat tersebut, ada beberapa yang diperdebatkan golongannya antara Madaniyah atau Makkiyah. Di antaranya Ar-Ra'd, Ar-Rahman, At-Taghabun, As-Shaff, Al-Bayyinah, dan Az-Zalzalah.
Ciri-ciri Surat Madaniyah
Dikutip dari buku Kuliah Al-Qur'an yang disusun oleh Lalu Muhammad Nurul, berikut adalah penetapan surat-surat Madaniyah dan ciri-ciri khas temanya.
1. Setiap surat berisi kewajiban atau sanksi (hukum). Setiap surat yang di dalamnya disebut orang-orang munafik kecuali surat Al-Ankabut. Ia adalah Makkiyah. Setiap surat yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.
2. Tema dan gaya bahasanya adalah menjelaskan masalah ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik pada waktu damai maupun pada waktu perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan).
Selain itu, surat Madaniyah berisi seruan terhadap Allah SWT dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan-penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah SWT, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah keterangan datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka).
Surat-surat Madaniyyah juga menyingkap perilaku orang-orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
3. Surat-surat Madaniyah cenderung memiliki suku kata dan ayat yang panjang, dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan syariat tersebut.
4. Ciri khas surat Madaniyah adalah setiap surah yang di dalamnya mengandung izin untuk berperang atau keterangan tentang perang dan hukumnya.
5. Surat-surat Madaniyah berisi tentang waris, perdata, pidana, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
Surat yang menyebutkan orang-orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang merupakan surat Makkiyah namun di dalamnya ada ayat yang menceritakan tentang orang-orang munafik. Surat yang mengandung debat dengan orang-orang Yahudi (ahli kitab) juga termasuk dalam kategori ini.
Cara Menentukan Surat Madaniyah atau Makkiyah
Merujuk pada sumber sebelumnya, untuk mengetahui dan menentukan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, para ulama bersandar pada dua cara utama yakni manhaj sima'i Naqli (metode pendengaran seperti apa adanya) dan manhaj qiyasi ijtihadi (menganalogikan dan berijtihad).
1. Cara Sima'i Naqli
Metode ini didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang hidup pada masa turunnya wahyu atau dari para tabi'in yang menerima dan mendengar dari sahabat tentang bagaimana, di mana, dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu tersebut. Sebagian besar penentuan ayat Makkiyah dan Madaniyah didasarkan pada cara pertama ini.
2. Cara Qiysi Ijtihadi
Metode ini didasarkan pada ciri-ciri khas surat Makkiyah dan Madaniyah. Apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung ayat Madaniyah atau mengandung peristiwa yang terjadi di Madinah, maka ayat tersebut dikategorikan sebagai ayat Madaniyah, dan sebaliknya. Jika dalam satu surat terdapat ciri-ciri surat Makkiyah, surat tersebut dinamakan surat Makkiyah, dan sebaliknya. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
Meski demikian, penamaan sebuah surat sebagai Madaniyah tidak berarti bahwa seluruh ayat-ayat dalam surat tersebut adalah ayat Madaniyah. Mengutip buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an karya Syaikh Manna Al-Qaththan, terjemahan Aunur Rafiq El-Mazni, dalam surat Makkiyyah terkadang terdapat ayat-ayat Madaniyyah dan dalam surat Madaniyah pun terkadang terdapat ayat-ayat Makkiyyah. Dengan demikian, penamaan surat sebagai Makkiyah atau Madaniyah didasarkan pada sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu, dalam penamaan surat, sering disebutkan bahwa surat itu Makkiyyah, kecuali ayat "ini" adalah Madaniyah. Dan surat Madaniyah, kecuali ayat "ini" adalah Makkiyyah.
Salah satu contoh ayat Makkiyah yang terdapat dalam surat Madaniyah adalah pada Surat Al-Anfal. Surat Al-Anfal merupakan surat Madaniyah, tetapi banyak ulama yang mengecualikan ayat 30, yang berbunyi,
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya: "(Ingatlah) ketika orang-orang yang kufur merencanakan tipu daya terhadapmu (Nabi Muhammad) untuk menahan, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya."
Mengenai ayat ini, Muqatil mengatakan, "Ayat ini diturunkan di Makkah; zhahirnya menunjukkan demikian, sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar terhadap Rasulullah sebelum hijrah."
Begitu pula dengan ayat yang diturunkan di Madinah tapi hukumnya Makkiyah, seperti pada surat Al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dari segi tempat turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik di Makkah. Contoh lainnya adalah permulaan surat Bara'ah (At-Taubah), yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang musyrik di Makkah.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa