Kisah Uwais Al-Qarni, Menggendong Ibunya Menunaikan Haji

Kisah Uwais Al-Qarni, Menggendong Ibunya Menunaikan Haji

Indah Fitrah - detikHikmah
Selasa, 22 Jul 2025 05:00 WIB
Ilustrasi Kisah Uwais Al Qarni
Ilustrasi Kisah Uwais Al Qarni. Foto: iStock
Jakarta -

Pada masa Nabi Muhammad SAW, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni yang berasal dari negeri Yaman.

Uwais merupakan anggota salah satu suku dari kabilah Arab yang bernama Murad. Nama lengkapnya adalah Abu Amr bin Amir bin Juz'i bin Malik Al-Qarni Al-Muradi Al-Yamani.

Secara lahiriah, Uwais adalah seorang miskin dengan status sosial rendah. Ia hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak dipedulikan oleh orang-orang di sekitarnya. Namun di sisi Allah, Uwais Al-Qarni adalah sosok yang sangat mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang membuat kedudukannya tinggi? Salah satunya yaitu baktinya kepada sang ibu.

Simak kisahnya berikut ini yang dikutip dari artikel ilmiah berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Kisah Uwais Al-Qarni yang disusun oleh Ubaidillah, Rianawati dan M. Edi Kurnanto.

ADVERTISEMENT

Kisah Teladan Uwais Al-Qarni yang Berbakti pada Ibunya

Uwais Al-Qarni adalah seorang lelaki sederhana yang sangat taat kepada Allah dan amat berbakti kepada ibunya. Ia tidak pernah membiarkan ibunya sendirian, terlebih dalam kondisi lumpuh dan buta.

Suatu hari, Uwais pulang terlambat. Ibunya pun bertanya,

"Mengapa kau terlambat pulang, Nak?"
Uwais menjawab,

"Aku sedang beribadah kepada Allah agar bisa merasakan kenikmatan taman surga. Namun kemudian datang seseorang yang memberitahuku bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu."

Sejak saat itu, Uwais benar-benar menyadari bahwa hak ibunya adalah tanggung jawabnya. Ia pun merawat ibunya dengan sepenuh hati.

Suatu ketika, sang ibu mengungkapkan keinginannya yang sangat sulit dipenuhi: ia ingin menunaikan ibadah haji. Permintaan itu membuat Uwais termenung. Perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangatlah jauh, dan ia tidak memiliki biaya. Namun Uwais tak putus asa. Ia terus memikirkan cara untuk mewujudkan harapan ibunya.

Akhirnya, Uwais membeli seekor anak sapi dan membangun kandangnya di atas bukit. Setiap hari, ia menggendong anak sapi itu naik turun bukit. Kelakuannya terlihat aneh di mata masyarakat, hingga banyak orang mengira Uwais telah gila. Anak sapi itu pun semakin besar, demikian pula tenaga yang dibutuhkan untuk menggendongnya. Namun karena dilakukan setiap hari, tubuh Uwais pun semakin kuat, dan berat anak sapi itu tidak terasa lagi olehnya.

Waktu pun berlalu. Ketika musim haji tiba, anak sapi itu telah mencapai bobot 100 kg. Otot-otot Uwais kini kuat, dan tujuannya pun terungkap. Semua latihan itu ternyata adalah persiapan untuk menggendong ibunya menunaikan ibadah haji.

Dengan penuh keikhlasan, Uwais menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah, menempuh perjalanan panjang dan berat demi mewujudkan impian sang ibu.

Sesampainya di Mekkah, Uwais berdiri tegap sambil menggendong ibunya saat wukuf di Arafah. Sang ibu terharu, air matanya mengalir melihat Baitullah di hadapannya. Di depan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa bersama.

"Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," ucap Uwais.

"Bagaimana dengan dosamu sendiri?" tanya ibunya, terheran-heran.

Uwais menjawab,

"Cukuplah jika dosa ibu diampuni. Dengan ridha ibu, aku berharap Allah memasukkanku ke surga."

Itulah keinginan tulus Uwais yang dipenuhi cinta dan ketakwaan. Allah pun mengabulkan doanya. Seketika itu juga, penyakit sopak yang dideritanya sembuh, hanya tersisa satu bulatan putih di tengkuknya.

Bulatan itu bukan tanpa makna, di kemudian hari, itulah tanda yang menjadi petunjuk bagi Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Nabi, untuk mengenali siapa Uwais Al-Qarni.




(inf/lus)

Hide Ads