Surat Ali Imran Ayat 104: Bacaan Arab, Latin, Arti, dan Tafsirnya

Surat Ali Imran Ayat 104: Bacaan Arab, Latin, Arti, dan Tafsirnya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Rabu, 13 Nov 2024 08:00 WIB
Ilustrasi Alquran, mengaji ayat Al-quran.
Foto: Ali Burhan/Unsplash
Jakarta -

Surat Ali Imran merupakan surah Madaniyah dengan urutan ke 3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat.

Ayat ke-104 surat ini berisi perintah Allah SWT kepada umat Islam agar mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan yang tercela.

Dalam ayat tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang yang melaksanakan ajakan tersebut adalah mereka yang akan memperoleh keberuntungan. Berikut bacaan surat Ali Imran ayat 104 dan tafsir lengkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacaan Surat Ali Imran Ayat 104: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut ini bacaan surat Ali Imran ayat 104:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

ADVERTISEMENT

Arab Latin: waltakum mingkum ummatuy yad'ûna ilal-khairi wa ya'murûna bil-ma'rûfi wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulâ'ika humul-mufliḫûn

Artinya: "Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 104

Menurut Tafsir Kemenag RI, surat Ali Imran ayat 104 mengandung perintah dari Allah SWT kepada umat Islam untuk mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh perbuatan yang makruf (akhlak mulia), dan mencegah perbuatan yang mungkar (perbuatan buruk).

Perintah ini menekankan pentingnya kehadiran segolongan umat Islam yang bergerak dalam dakwah, untuk memberikan peringatan apabila ada gejala perpecahan atau penyimpangan dari ajaran agama. Dengan adanya golongan ini, umat Islam akan lebih terjaga dari perpecahan dan pengaruh buruk dari luar.

Oleh karena itu, dakwah bukan hanya mengajak orang untuk berbuat baik, tetapi juga untuk mencegah keburukan dan kemaksiatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, umat Islam harus memahami bahwa kemenangan dalam perjuangan, baik di dunia maupun akhirat, hanya dapat dicapai dengan kekuatan yang bersumber dari persatuan. Persatuan yang kuat ini hanya dapat terwujud dengan menanamkan sifat-sifat keutamaan, yang pada akhirnya akan melahirkan kekuatan besar.

Kekuatan tersebut hanya bisa dicapai jika agama tetap terpelihara melalui dakwah. Oleh karena itu, kewajiban pertama umat Islam adalah menggiatkan dakwah agar agama tetap berkembang dengan baik dan sempurna, sehingga tercapailah kebajikan, persatuan, dan kekuatan untuk mencapai kemenangan.

Orang-orang yang menjalankan tugas dakwah dan memenuhi syarat-syarat perjuangan inilah yang akan meraih kesuksesan dan keberuntungan.

Imam Nawawi dalam Kitab Tafsir Al-Azhar mengutip beberapa pendapat ahli tafsir yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan "Al-khairi" yang berarti kebaikan di dalam surat Ali Imran ayat 104 ini adalah Islam, yaitu memupuk kepercayaan dan iman kepada Allah SWT, termasuk Tauhid dan Ma'rifat.

Ini mencerminkan hakikat kesadaran beragama yang membedakan antara yang baik dan buruk, serta yang ma'ruf dan yang mungkar. Kesadaran beragama ini akan memunculkan rasa kebaikan dalam diri seseorang, yang mendorongnya untuk mengamalkan dan memperjuangkan kebaikan serta menentang keburukan.

Tanpa kesadaran agama yang tumbuh dalam diri seseorang, usaha untuk membedakan yang makruf dari yang mungkar menjadi sia-sia, karena pengetahuan tersebut bersumber dari ajaran Allah SWT.

Oleh karena itu, dalam melakukan dakwah, penting untuk menumbuhkan kesadaran beragama terlebih dahulu. Dakwah yang hanya menekankan pada hukum halal dan haram, tanpa membangun kesadaran agama lebih dulu, akan sia-sia. Hal ini bisa disamakan dengan tindakan seorang suami yang memberikan talak kepada istri orang lain yang bukan haknya.

Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرَهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيمان ( رواه مسلم عن أبي سعيد الخدري )

"Barangsiapa antara kamu yang melihat sesuatu yang mungkar, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak sanggup (dengan tangan), hendaklah dia mengubahnya dengan lidahnya. Jika dia tidak sanggup (dengan lidah), hendaklah dia mengubahnya dengan hatinya. Dan yang demikian (dengan hati) adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads