Surah Al-Maidah ayat 48 mengandung sejumlah penjelasan, salah satunya tentang pentingnya mengikuti syariat yang diturunkan kepada masing-masing umat, serta menegaskan bahwa setiap umat akan diujikan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan, Allah SWT mensyariatkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hambaNya, dengan apa yang Allah SWT syariatkan kepada mereka, guna memberikan pahala atau siksaan kepada mereka, atas ketaatan atau kedurhakaan yang telah mereka lakukan, atau yang telah mereka rencanakan untuk berbuat semua itu.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 48:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
Arab Latin: Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan 'alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi' ahwā'ahum 'ammā jā'aka minal-ḥaqq(i), likullin ja'alnā minkum syir'ataw wa minhājā(n), wa lau syā'allāhu laja'alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt(i), ilallāhi marji'ukum jamī'an fa yunabbi'ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūn(a).
Artinya: "Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur'an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan."
Nabi Muhammad SAW Pemberi Keputusan di Antara Umat Manusia
Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya juga menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan Al-Qur'an yang agung ini diturunkan paling akhir, dan sebagai penutup kitab-kitabNya. Sebagai kitab yang paling lengkap, paling agung, dan paling sempurna dari kitab-kitab sebelumnya (Taurat dan Injil), Allah SWT mengumpulkan di dalamnya berbagai kebaikan yang ada pada kitab-kitab sebelumnya, dan menambahkannya dengan berbagai kesempurnaan yang tidak dijumpai dalam kitab-kitab lainnya. Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan Al-Qur'an sebagai saksi, penjamin, dan yang menghakimi kitab-kitab Sebelumnya secara keseluruhan.
Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW, untuk memberikan keputusan di antara umat manusia, menurut apa yang diturunkan Allah SWT kepadanya di dalam kitab yang agung ini, dan menurut apa yang Allah SWT tetapkan baginya berupa hukum bagi para Nabi sebelumnya, yang belum diganti di dalam syariat.
Ibnu Abi Hatim mengatakan dari Ibnu "Abbas, ia berkata, "Nabi Muhammad SAW mempunyai dua pilihan: jika beliau berkehendak, beliau akan memberikan keputusan kepada mereka, dan jika beliau tidak berkehendak, maka beliau menolak memberikan putusan kepada mereka, sehingga beliau mengembalikan." Arti mengembalikan disini yaitu, mengembalikan keputusan tersebut kepada Allah SWT.
Nikmat yang Allah Beri untuk Mereka yang Beriman dan Mengamalkan Syariat
Menurut Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) RI, pada surah Al Maidah ayat 48, Allah SWT menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri, untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab samawi-Nya, untuk diberi pahala atau disiksa.
Oleh karena itu, seharusnya manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi penutup rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah SWT memenuhi panggilan-Nya ke alam baka. Di sanalah nanti Allah SWT akan memberitahukan segala sesuatu tentang hakikat yang diperselisihkan mereka.
Ditegaskan juga dalam penutup tafsir ini, bahwa orang yang benar-benar beriman lah yang akan diberi nikmat berupa pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng tanpa alasan dan bukti, akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri