Tata Cara Salat Sunnah Istisqa, Doa dan Waktunya

Tata Cara Salat Sunnah Istisqa, Doa dan Waktunya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Kamis, 19 Sep 2024 14:00 WIB
Salat minta hujan di Pekanbaru di tengah kabut asap
Foto: Salat minta hujan di Pekanbaru di tengah kabut asap. (Chaidir Anwar Tanjung/detikcom).
Jakarta -

Salat sunnah istisqa dilaksanakan ketika ada kebutuhan selama masa kemarau atau kekeringan. Salat ini memiliki cara khusus dalam pelaksanaannya, yang diiringi dengan khotbah, istighfar, dan doa.

Dikutip dari buku Tuntunan Lengkap 99 Shalat Sunnah Superkomplet karya Ibnu Watiniyah, secara etimologis, istisqa berarti meminta hujan, yaitu berdoa kepada Allah SWT untuk menurunkan hujan saat terjadi musim kering atau kemarau panjang. Oleh karena itu, saat kondisi tersebut, disunnahkan untuk melaksanakan salat istisqa dua rakaat.

Salat sunnah ini disarankan untuk dilaksanakan selama masa kemarau panjang, dan tidak dianjurkan jika hujan mulai turun atau sumber air kembali mengalir.

Hal yang Dilakukan sebelum Salat Istisqa

Mengacu sumber sebelumnya dan dari kitab Fiqh as-Sunnah 5 Jilid Lengkap karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syaudiqna, sebelum mengerjakan salat istisqa, imam memerintahkan seluruh masyarakat supaya berpuasa selama tiga hari, bertobat, tidak mengerjakan perbuatan dosa dan memperbanyak sedekah.

Pada hari pelaksanaannya, semua masyarakat berangkat menuju tempat salat dengan pakaian sederhana, dalam keadaan khusyuk dan tawadu.

Tata Cara Melaksanakan Salat Istisqa

  1. Salat Istisqa dikerjakan sebanyak dua rakaat, pada rakaat pertama takbir dibaca tujuh kali sebelum membaca surah Al-Fatihah, dan rakaat kedua takbir dibaca lima kali sebelum membaca surah Al-Fatihah.
  2. Pada rakaat pertama, hendaklah imam membaca surah Al-Fatihah kemudian surah Al-A'la, dan pada rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah dilanjutkan dengan surah Al-Ghasyiah. Bacaan ini harus dilakukan dengan suara keras.
  3. Setelah membaca surah Al-Fatihah dan surat pendek, dilanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara sujud, dan sujud kedua hingga salam seperti salat sunnah lain.
  4. Khatib membaca khotbah yang disampaikan sesudah salat maupun sebelumnya. Dalam khotbah ini membaca istighfar tujuh kali pada khotbah pertama dan membaca istighfar lima kali pada khotbah kedua.
  5. Saat khatib memulai khotbah kedua dan telah mencapai sepertiga dari khotbahnya, khatib menghadap kiblat dan membelakangi jemaah untuk memanjatkan doa.
  6. Khatib kemudian mengubah posisi sorban di bahunya dengan membalik yang di atas ke bawah dan yang kanan ke kiri serta sebaliknya. Begitu pun dengan jemaah yang ikut serta disunnahkan untuk melakukan hal demikian.
  7. Khotbah selesai, imam dan jemaah membaca doa kepada Allah SWT sambil mengangkat kedua belah tangannya. Ketika membaca doa, hendaknya mereka membacanya dengan khusyuk dan penuh kesungguhan.

Niat Salat Istisqa

Adapun niat salat istisqa sebagai berikut:

أُصَلَّى سُنَّةَ الْإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُومًا إمَامًا) لله تَعَالَى

Latin: Ushalli sunnatal istisqa'i rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mûman/imâman lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat salat sunnah istisqa dua rakaat dengan menghadap kiblat sebagai makmum/imam, karena Allah Ta'ala."

Doa setelah Salat Istisqa

Dalam kitab Fiqh as-Sunnah Sayyid Sabiq terdapat doa yang dibaca setelah salat istisqa. Doa ini diriwayatkan Salim bin Abdullah dari bapaknya, bahwa jika memohon agar diturunkan hujan, Rasulullah SAW membaca doa berikut,

االلَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْئًا مُعَيْئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلاً عَامًا طَبَقًا سَدًّا دَائِمًا، أَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالبِلادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ اللأَوَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُوهُ إِلَّا إِلَيْكَ، اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبَتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُمْعَ وَالْعَرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا

Arab Latin: Allāhumma asqinā ghaitsan mu'ayyinan marī'an ghadaqan mujallalan 'āman ṭabaqan saddan dā'iman. Allāhumma asqinā al-ghaitsa wa lā taj'alnā minal-qāniṭhīn. Allāhumma inna bil ibādi wal bilādi wal bahā'imi wal khalqi minal la wā'i wal jahdi wal ḍhanki mā lā nashkūhu illā ilaik. Allāhumma anbit lanā zzar'a wa adirra lanā dḍhar'a, wasqinā min barakāti ssamā'i wa anbit lanā min barakātil arḍi. Allāhummarfa' 'annāl jahda wal jum'a wal-'arya wakshif 'annā minal balā'i mā lā yakshifuhu ghairuk. Allāhumma innā nastaghfiruka innaka ghaffāran, fa arsilissamā'a 'alaynā midrāra.

Artinya: "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu. Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."




(kri/kri)

Hide Ads