Surat Al Anbiya ayat 47 membahas tentang penilaian Allah SWT terhadap hamba-Nya pada hari kiamat kelak. Sang Khalik menegakkan neraca atau timbangan keadilan seadil-adilnya.
Mengenai Al Anbiya sendiri, surat ini terdiri dari 112 ayat dan berada di urutan ke-21 dalam mushaf Al-Qur'an. Surat Al Anbiya tergolong sebagai surat Makkiyah.
Bacaan Surat Al Anbiya Ayat 47
وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab latin: Wa naḍa'ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati fa lā tuẓlamu nafsun syai`ā, wa ing kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā ḥāsibīn
Artinya: "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan."
Isi Kandungan Surat Al Anbiya Ayat 47
Melalui surat Al Anbiya ayat 47, Allah SWT menyatakan tentang bagaimana Dia akan menilai hamba-Nya pada hari kiamat kelak. Dijelaskan dalam Tafsir Kementerian Agama (Kemenag RI), tak ada seorang pun yang akan dirugikan ketika hari itu terjadi.
Penilaian dilakukan setepat-tepatnya sehingga tak ada salah seorang pun yang amal kebaikannya dikurangi, begitu pula dengan sifat buruk. Tidak ada kejahatan yang dilebih-lebihkan dari apa yang sudah seseorang perbuat di dunia.
"Dalam keadilan Allah dijelaskan bahwa semua kebajikan manusia, betapapun kecilnya niscaya dibalas-Nya dengan pahala, dan semua kejahatannya betapapun kecilnya niscaya dibalas-Nya dengan azab atau siksa-Nya," tulis Tafsir Kemenag RI pada surat Al Anbiya ayat 47.
Senada dengan itu, dalam Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka pada surat Al Anbiya ayat 47 diterangkan bahwa Allah SWT akan meletakkan neraca penimbang yang memiliki ukuran adil, tidak curang, serta tidak merugikan. Meskipun amalan baik itu sebesar biji zarrah tetap terlihat.
Allah SWT memiliki sifat Al-Adl yang artinya Maha Adil. Neraca yang menimbang amalan manusia di akhirat itu telah dibuat sedemikian rupa hingga tak mungkin ada kecurangan pada alat tersebut.
Pada ujung ayat surat Al Anbiya ayat 47, Allah SWT menegaskan tidak ada yang lebih teliti dari-Nya dalam menghitung. Cukuplah sang Khalik sebagai saksi pembuat perhitungan yang paling adil.
Ditafsirkan, hal tersebut menjadi jaminan bahwa penilaian yang Allah SWT lakukan terhadap hamba-Nya akan dilakukan seadil-adilnya. Tidak seorang pun hamba dirugikan ketika menerima pahala dari kebaikannya atau azab dari kejahatan yang dilakukan.
Wallahu a'lam.
(aeb/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Guru Madin Dituntut Rp 25 Juta, FKDT Sayangkan Sikap Wali Murid