Surat Al-Isra Ayat 1, Tentang Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad

Surat Al-Isra Ayat 1, Tentang Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad

Hanif Hawari - detikHikmah
Senin, 19 Agu 2024 14:00 WIB
Ucapan Isra Miraj 2023
Ilustrasi Isra Miraj (Foto: canva)
Jakarta -

Al-Isra adalah surat ke-17 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 111 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Pada ayat 1, surat ini mengisahkan peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang terjadi usai Rasulullah SAW melewati tahun kesedihan.

Tahun kesedihan Nabi Muhammad SAW ini dikenal dengan 'Amul Huzni. Pada waktu tersebut, beliau kehilangan dua orang tercintanya, yaitu pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah.

Untuk menghibur Nabi Muhammad SAW dari kesedihan tersebut, Allah SWT membawa beliau dalam sebuah perjalanan di malam hari yang hanya dapat terjadi atas kehendak-Nya. Perjalanan tersebut dikenal sebagai Isra Miraj.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa ini sangat penting bagi umat Islam karena pada saat itulah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT untuk melaksanakan salat lima waktu. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 1.

Bacaan Al-Isra Ayat 1

Berikut ini adalah bacaan surat Al-Isra ayat 1, dengan tulisan Arab, Latin, dan artinya:

ADVERTISEMENT

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Arab latin: Subhanalladzi asraa bi'abdihii lailam minalmasjidil ḥaraami ilal masjidil aqsalladzi baaraknaa ḥaulahụ linuriyahụ min aayaatinaa, innahụ huwassamii'ul-basir

Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Tafsir Surat Al-Isra Ayat 1

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, akhir surat an-Nahl (surat sebelum Al-Isra) mengandung pesan untuk Nabi Muhammad SAW agar bersabar dan tidak merasa sedih akibat tipu daya dan penolakan dari orang-orang yang menolak dakwahnya.

Ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi kesulitan dengan orang-orang kafir yang menolak dakwahnya, ayat pertama dari surat Al-Isra ini menyebutkan bahwa beliau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT. Allah SWT telah memperjalankannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya.

Ayat pertama ini menyatakan, "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya, Nabi Muhammad, pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Masjidil Aqsa, yang telah Kami berkahi sekelilingnya dengan tanah subur yang menghasilkan berbagai tanaman dan buah-buahan serta menjadi tempat turunnya para nabi, digunakan untuk memperlihatkan kepada beliau sebagian dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Kami, baik melalui penglihatan langsung maupun melalui hati. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar segala perkataan hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala tingkah laku serta perbuatan mereka."

Menurut tafsir Tahlili Kemenag, Allah SWT menyatakan kemahasucian-Nya melalui firman "subḥāna" agar manusia mengakui kesucian-Nya dari segala sifat yang tidak layak dan meyakini keagungan-Nya yang tiada tara. Ungkapan ini juga menegaskan kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya dalam perjalanan yang sangat cepat pada suatu malam.

Allah SWT memulai firman-Nya dengan "subḥāna" dalam ayat ini dan beberapa ayat lainnya sebagai tanda bahwa ayat tersebut mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terjadi karena kehendak dan kekuasaan-Nya.

Dari kata "asrā'" dapat dipahami bahwa Isrā' Nabi Muhammad SAW terjadi pada malam hari, karena "asrā" dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari. Penyebutan "lailan" sebagai isim nakirah, yang berarti "malam hari", digunakan untuk menggambarkan bahwa peristiwa Isrā' terjadi dalam waktu malam yang singkat dan untuk menegaskan bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi pada malam hari.

Allah SWT meng-isrā'-kan hamba-Nya pada malam hari, karena waktu tersebut adalah saat yang paling utama bagi hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan merupakan waktu terbaik untuk beribadah.

Perkataan 'abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini merujuk kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah dipilih sebagai nabi terakhir. Beliau diberikan perintah untuk melakukan perjalanan malam sebagai bentuk penghormatan kepadanya.

Ayat ini tidak menjelaskan secara rinci waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad SAW ke tempat tinggalnya di Makkah. Hanya saja yang diterangkan bahwa Isrā' Nabi Muhammad saw dimulai dari Masjidil Haram, yaitu masjid yang terkenal karena Ka'bah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Maqdis. Masjid itu disebut Masjidil Aqsa, yang berarti "terjauh," karena letaknya yang jauh dari kota Makkah.

Selanjutnya, Allah SWT menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah sekitarnya diberkahi oleh Allah karena menjadi tempat turunnya wahyu kepada para nabi. Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur. Selain itu, masjid tersebut juga merupakan salah satu tempat ibadah para nabi dan tempat tinggal mereka.

Selanjutnya, Allah SWT menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada beliau tanda-tanda kebesaran-Nya. Tanda-tanda tersebut disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang mencakup pengalaman berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai cobaan, serta kebesaran jagat raya dan kemahakuasaan Allah sebagai Maha Pencipta.

Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad SAW sangat bermanfaat untuk memperkuat keyakinan beliau dalam menghadapi berbagai rintangan dari kaumnya dan meyakini kebenaran wahyu Allah SWT, baik yang telah diterima maupun yang akan datang.

Di akhir ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka. Tidak ada detak jantung atau gerakan tubuh dari seluruh makhluk di antara langit dan bumi yang lepas dari pengamatan-Nya.

Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isrā', yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di waktu malam. Sementara itu, peristiwa Mi'raj, yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa), tidak disebutkan dalam ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam surat an-Najm.

Hampir semua ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi setelah Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul. Peristiwanya terjadi satu tahun sebelum hijrah. Menurut Imam az-Zuhrī, Ibnu Sa'ad, dan lainnya, hal tersebutlah yang terjadi. Imam Nawawi pun memastikan demikian.

Bahkan menurut Ibnu Ḥazm, peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab tahun kedua belas setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi. Sementara itu, al-Ḥāfiẓ 'Abdul Gani al-Maqdisī berpendapat bahwa Isra dan Miraj terjadi pada 27 Rajab, berdasarkan fakta bahwa masyarakat merayakannya pada tanggal tersebut.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads