Pelaksanaan Puasa di Awal Islam, Belum ada Perintah Puasa Ramadan

Pelaksanaan Puasa di Awal Islam, Belum ada Perintah Puasa Ramadan

Devi Setya - detikHikmah
Minggu, 18 Agu 2024 07:00 WIB
Ilustrasi puasa Ayyamul Bidh bulan Januari 2024.
Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Jakarta -

Puasa telah dilakukan sebelum datangnya Islam. Sejak Islam datang, puasa menjadi ibadah yang syariatnya lebih jelas.

Makna puasa bukan hanya menahan diri dari haus dan lapar. Dalam buku Menjaga Puasa Ramadhan, Dr. Mansur Chadi Mursid, M.M. menjelaskan bahwa puasa dari segi bahasa yaitu imsak yang artinya menahan diri secara mutlak.

Segala hal yang menahan diri secara bahasa maka disebut dengan puasa, misalnya diam yakni menahan diri untuk berbicara, lapar (menahan diri untuk makan), menahan marah, menahan dari berbohong dan sebagainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut syara, puasa adalah menahan diri dari segara yang membatalkannya dengan niat tertentu juga aturan dan waktu tertentu, jadi puasa itu menahan suatu hal disertai niat yang benar pada saat yang tepat. Untuk waktunya yakni dari terbit matahari sampai terbenam matahari.

Puasa di Awal Islam

Mohammad Hafid dalam bukunya yang berjudul Fikih Puasa Serial Kajian Ramadhan, pelaksanaan puasa wajib pada awal mula Islam tidak sama dengan puasa yang kita kenal saat ini.

ADVERTISEMENT

Pada masa awal Islam, puasa wajib dilakukan bukan di bulan Ramadhan tetapi dilaksanakan setiap bulan. Hanya saja tidak dilakukan setiap hari.

Puasa di masa awal Islam dilaksanakan tiga hari dalam setiap bulannya, kemudian ditambah dengan puasa asyura. Selanjutnya terkait kewajiban puasa, turunlah firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya, "Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa umat-umat sebelum kalian."

Kewajiban puasa masih bersifat pilihan antara mengerjakan atau membayar tebusan dengan memberi makan orang miskin.

Kemudian, setelah turun ayat perintah puasa Ramadhan, maka setiap muslim diwajibkan berpuasa. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Puasa Ramadan pada awalnya diperintahkan pada tahun kedua hijriyah tepatnya di bulan Syaban. Kemudian selama hidupnya, Rasulullah SAW pernah melangsungkan puasa wajib sebanyak sembilan kali.

Dalam sejarahnya, puasa wajib di bulan Ramadan telah mengalami banyak perubahan. Hal ini membuktikan bahwa Islam memiliki prinsip memudahkan dan tidak menyulitkan.




(dvs/lus)

Hide Ads