Pupusnya Harapan Atlet Berhijab Prancis Berlaga di Olimpiade

Pupusnya Harapan Atlet Berhijab Prancis Berlaga di Olimpiade

Rahma Harbani - detikHikmah
Rabu, 31 Jul 2024 16:59 WIB
Atlet Ice Skating ini poinnya dikurangi juri karena memakai hijab
Ilustrasi atlet berhijab. Foto: Instagram @zahralari
Jakarta -

Adalah Helene Ba. Salah satu atlet basket muslim Prancis yang menjadi korban dari aturan larangan berjilbab dari Federasi Bola Basket Prancis (FFBB). Hancurkan mimpi berlaga di Olimpiade Paris 2024.

Ba bercerita kepada Aljazeera, pertama kali ia dilarang untuk bermain basket pada 4 Desember 2022. Wanita berusia 22 tahun ini mengingat kenangan 'kejam' yang diterimanya saat mendapat kabar tersebut.

Pada hari pertandingan, wasit malah mengabarkan dia tidak bisa bermain kepada pelatihnya, bukan dirinya langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wasit bahkan tidak menyebutkan Pasal 9.3 (aturan larangan berhijab dari atlet) tetapi malah menyatakan bahwa mengenakan jilbab adalah 'masalah bahaya'," katanya, dikutip Rabu (31/7/2024).

Meski demikian, Ba bertekad tidak akan melepas hijabnya. Menurutnya, aturan tersebut termasuk tindakan kekerasan yang merampas hak dalam beragama.

ADVERTISEMENT

"Saya katakan bahwa saya tidak akan melepas jilbab saya. FIBA (federasi bola basket dunia) mengizinkannya, dan ini adalah pertandingan lokal. Meminta seorang wanita untuk melepas sehelai kain adalah tindakan kekerasan. Ini adalah tuntutan hukum dan kami memiliki hak untuk beragama dan kebebasan untuk berolahraga," tegas dia.

Ba bercerita ditawari teman-temannya untuk melepas jilbab. Namun, dengan tegas disanggahnya, "Iman selalu diutamakan," dan ia pun pergi meninggalkan stadion.

Gagal berlaga di Olimpiade Paris 2024 lantaran jilbab yang menjadi identitasnya pun dirasakan oleh Diaba Konate. Atlet muda bola basket ini bahkan sudah tergabung dalam timnas muda Prancis.

Saat menginjak usia 17, Konate dipanggil oleh FFBB hingga turut berlaga dalam tiga turnamen besar. Mulai dari final Kejuaraan Eropa U18, Youth Olympic Games 2018 hingga meraih medali emas di laga World Beach Games 2019.

Konate memang baru-baru ini kembali ke kota asalnya setelah selama hampir 6 tahun menyelesaikan studinya di Amerika Serikat (AS). Di sana, ia tergabung dalam UC Irvine hingga melampaui 1.000 poin dalam kariernya.

Kini usianya menginjak 24 tahun, harapan Konate bermain bersama timnas Prancis sirna. Ironisnya lagi, hambatannya bukan karena performanya melainkan jilbab yang dikenakannya.

"Saya tidak pernah mengira itu akan menjadi hambatan besar," kata Konate kepada Al Jazeera. Ia baru mulai berjilbab 2 tahun lalu, sejak saat itu justru diskriminasi yang diterima olehnya.

Konate bercerita, penyelenggara Olimpiade Paris 2024 mengatakan padanya ia baru bisa ikut serta dalam pertandingan bila ia melepas jilbabnya. Konate merasa 'dipermalukan' dengan peraturan baru yang dikeluarkan oleh federasi tersebut.

Federasi melarang atletnya untuk mengenakan perlengkapan apapun yang bersinggungan dengan agama atau politik.

Konate juga mengaku merasa 'ditinggalkan' oleh federasi dan mantan pelatih nasionalnya dulu. Ia merasa mereka tidak lagi menghubunginya sejak aturan baru tersebut diterapkan pada Desember 2022.

Konate mengatakan dia 'patah hati' dengan larangan hijab di Prancis.

"Ini seperti hubungan dua orang. Saya ingin melangkah maju, tetapi mereka malah mundur. Saya mencintai negara asal saya, tetapi saya merasa Amerika lebih mencintai saya," tuturnya, dikutip dari The Guardian.

FFBB melarang penggunaan 'perlengkapan apa pun yang berkonotasi agama atau politik' yang mendiskriminasi wanita muslim berhijab. Sekularisme di Prancis atau 'laïcité' telah membatasi mereka yang mengenakan pakaian keagamaan untuk memasuki banyak lembaga publik resmi seperti arena olahraga.

Menteri Olahraga Amelie Oudea-Castera kemudian mengeluarkan pernyataan pelarangan penggunaan jilbab untuk atlet tuan rumah selama Olimpiade Paris 2024 berlangsung. Pernyataan Oudea-Castera tersebut dilayangkan pada September 2023 lalu.

Dilansir dari Reuters, Oudea-Castera dalam acara 'Sunday In Politics' yang ditayangkan France 3 TV menyebut, pelarangan jilbab bagi atlet tuan rumah ini ditujukan untuk menghormati prinsip sekularisme. Ia mengatakan, pihak pemerintah menentang simbol-simbol keagamaan selama pesta olahraga berlangsung dengan dalih memastikan "netralitas mutlak dalam layanan publik".




(rah/lus)

Hide Ads